Ilmu vs Wirid
Amal shalih itu ada dua macam, ada yang bermanfaat hanya untuk diri sendiri dan ada yang selain untuk dirinya juga berdampak positif bagi orang lain. Tentang hal ini, Syaikh Ibnul Haj (w. 737 H) dalam kitab al-Madkhalnya mengatakan:
وَلَا خِلَافَ بَيْنَ الْأَئِمَّةِ فِي أَنَّ الْخَيْرَ الْمُتَعَدِّيَ أَفْضَلُ مِنْ الْخَيْرِ الْقَاصِرِ عَلَى الْمَرْءِ نَفْسِهِ
"Tidak ada khilaf antara para imam bahwa kebaikan yang berdampak pada orang lain lebih utama daripada kebaikan yang hanya sebatas untuk diri sendiri"
Dalam konteks inilah Kyai saya, Kyai Abdus Salam Mujib, menjelaskan bahwa thariqah ilmu lebih utama daripada thariqah wirid. Ilmu itu bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain, beda dengan wiridan yang bisa dibilang tidak berdampak apa-apa pada orang lain. Tentu saja nasehat ini konteksnya ketika disuruh memilih satu yang menjadi prioritas, jadi bukan untuk sedikit santri yang bisa melakukan keduanya dengan seimbang.
Namun jangan salah, meski berkata demikian, beliau juga pernah bercerita pada kami pada tanggal 3 Desember 2015 (saya kerap mencatat nasehat guru beserta tanggalnya), bahwa beliau juga mempunyai sanad wirid beberapa thariqah mu'tabarah semisal Syadziliyah, Qadiriyah dan lainnya yang artinya beliau juga punya guru thariqah wirid. Soal bagaimana kami melihat keistiqamahan ibadah beliau, itu semua santrinya tahu.
Saya jadi teringat nasehat-nasehat Imam Syafi'i tentang keutamaan ilmu yang dinukil oleh Imam Nawawi dalam Muqaddimah kitab Majmu'-nya, juga tentang bab keutamaan ilmu di awal-awal Ihya' karya Imam al-Ghazali yang semua sepakat mengunggulkan ilmu daripada ibadah. Hadis tentang ini pun bertaburan mudah dicari bahkan bagi mereka yang awam. Tapi meski mereka berkata demikian, sejarah mencatat bagaimana ketekunan para imam tersebut dalam ibadah personal yang "hanya" bermanfaat pada diri sendiri itu. Levelnya bukan lagi luar biasa banyak, tapi andai ada kata di atas luar biasa, maka kata itu yang layak digunakan.
Jadi, kalau ada yang membuat nasehat tentang kelebihan ilmu daripada ibadah sebagai alasan untuk malas beribadah, atau menjadikannya sebagai lelucon seolah bisa jadi pembenaran bagi orang malas, maka itu menandakan hati yang bermasalah.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad