🔰 SYAIKH WAHHABI VS ULAMA HANBALI SOAL MEMBACA AL QUR'AN DIATAS KUBURAN
Oleh Ustadz : M. Rofiannur Al Hamaamuh, SN, DH.
Menurut ulama ulama Wahhabi atau Syaikh Syaikh Wahhabi membaca Al Qur'an diatas kuburan merupakan perkara bid'ah.
Syaikh Ibnu Utsaimin Al Wahhabi mengatakan:
٢٢٤ - سئل فضيلة الشيخ - رحمه الله تعالى - : ما حكم قراءة سورة (يس) عند المقبرة، أو قراءة سورة الإخلاص، فأحد الناس يقول : اقرأوا سورة الإخلاص إحدى عشرة مرة ؟
فأجاب فضيلته بقوله : القراءة عند القبور من البدع سواء (يس) أو (قل هو الله أحد) ، أو الفاتحة ، فلا ينبغي أن يقرأ الإنسان على المقبرة.
Artinya: 224 - Fadilatus Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah Ta'alaa pernah ditanya: Apa hukumnya membaca surah Yasin di sisi kuburan atau membaca surah Al ikhlas, karena ada salah satu orang yang mengatakan: Bacalah surah Al Ikhlas sebelas kali?
Fadilatus Syaikh menjawab: Membaca Al Qur'an disisi kubur bagian dari bid'ah baik membaca Yasin, surah Al ikhlas atau membaca Al Fatihah. Tidaklah pantas orang orang membaca itu diatas kuburan.
[Majmu' Fatawa Libni Utsaimin: 17/221]
Begitupun ketika Ibnu Baz Al Wahhabi ditanya soal membaca Al Qur'an di kuburan dan dia menjawab:
الجواب: القراءة عند القبور بدعة، ولا يجوز فعلها، ولا الصلاة عندها؛ لأن الرسول ﷺ لم يفعل ذلك، ولا أرشد إليه، ولا خلفاؤه الراشدون؛ ولأن هذا مما يفعل في المساجد، والبيوت.
Artinya: Jawab: Membaca Al Qur'an disisi kubur adalah bid'ah, tidak boleh melakukannya begitu juga tidak boleh sholat disisi kubur. Karena, Rasulullah tidak pernah melakukan hal tersebut, juga tidak ada petunjuk begitupun tidak para Kholifah Arrasyidun. Dan sesungguhnya pekerjaan ini (membaca Al Qur'an dan sholat) sebagian dari pekerjaan di masjid dan rumah.
[https://binbaz.org.sa/.../%D9%87%D9%84-%D9%82%D8%B1%D8%A7...]
Jadi, menurut Syaikh wahhabi yang diwakili oleh Syaikh Ibnu Utsaimin Al Wahhabi dan Syaikh Ibnu Baz adalah membaca Al Qur'an di kuburan adalah bid'ah. Maksud mereka adalah membaca Al Qur'an di atas kuburan merupakan perkara yang dibuat buat dan kita sudah tahu kalau lisan mereka sudah berkata bid'ah pasti tertuju pada konteks sesat.
Sedangkan menurut ulama ulama madzhab Hanbali sendiri yang katanya mereka bermadzhab Hanbali, ternyata membaca Al Qur'an di atas kuburan tidak bid'ah dan tidak makruh. Artinya, membaca Al Qur'an bukanlah perkara yang sesat dan bukan juga perkara yang dibenci justru dipahalai orang yang melakukannya dan Sunnah melakukannya.
Hal ini didasari dari dua riwayat sahih Imam Ahmad Bin Hanbal yang di akui kredibelitasan nya oleh para ulama Hanbali sendiri.
Al Imam Ibnu Abi Ya'la Al Hanbali (W 526 H) meriwayatkan:
وروى أبو بكر في الشافي قال قال محمد بن أحمد المروروذي : سمعت أحمد بن حنبل يقول : إذا دخلتم المقابر فاقرؤا بفاتحة الكتاب والمعوذتين وقل هو الله أحد، واجعلوا ثواب ذلك لأهل المقابر فإنه يصل إليهم.
Artinya: Abu bakar dalam Assyafii meriwayatkan, beliau berkata: Muhammad bin Ahmad Al Marurudzi berkata: Aku mendengar Ahmad bin Hanbal berkata: Jika kalian masuk ke area kuburan maka bacalah surah Al Fatihah, Dua Ta'awudz (Al Falaq dan Annas) dan Al Ikhlas lalu jadikan pahalanya itu untuk para ahli kubur. Sesungguhnya itu sampai pada mereka.
[Tabaqatul Hanabilah: 1/248]
Al Imam Ibnu Qudamah Al Hanbali (W 620 H) mengatakan:
مسألة ولا تكره القراءة على القبر في أصح الروايتين هذا هو المشهور عن أحمد فإنه روى عنه انه قال: إذا دخلتم المقابر اقرأ آية الكرسى وثلاث مرار قل هو الله أحد ثم قل اللهم ان فضله لأهل المقابر.
Artinya: Persoalan: Membaca Al Qur'an diatas kuburan tidak di makruhkan dalam paling sahihnya dua riwayat ini. Ialah riwayat yang telah masyhur dari Ahmad. Sesungguhnya telah diriwayatkan darinya, bahwasanya beliau berkata: Jika kalian masuk ke area kuburan maka bacalah Ayat Kursi, dan Al Ikhlas tiga kali kemudian katakanlah: Wahai Allah, utamakan lah ia (pembaca tadi) pada penduduk kubur.
[Al Mughni: 3/348]
Al Imam Ibnu Muflih Al Hanbali (W 763 H) mengatakan:
لَا تُكْرَهُ الْقِرَاءَةُ عَلَى الْقَبْرِ وَفِي الْمَقْبَرَةِ نَصَّ عَلَيْهِ، اخْتَارَهُ أَبُو بَكْرٍ وَالْقَاضِي وجماعة، وهو المذهب
Artinya: Membaca Al Qur'an diatas kubur tidak di makruhkan dan begitupun di kuburan sudah ada nash atasnya dan Abu bakar, Al Qadhi dan para jamaah telah memilihnya (tidak makruh) dan inilah pendapat madzhab.
[Al Furu': 3/419]
Al Imam Al Buhuti Al Hanbali (W 1051 H) mengatakan:
ولا تكره القراءة على القبر . و) لا (في المقبرة، بل تستحب لما روى أنس مرفوعاً قال من دخل المقابر فقرأ فيها يس خفف عنهم يومئذ، وكان له بعددهم حسنات وصح عن ابن عمرو أنه أوصى إذا دفن أن يقرأ عنده بفاتحة البقرة وخاتمتها. ولهذا رجع أحمد عن الكراهة،
Artinya: Membaca Al Qur'an di atas kubur dan di kuburan tidak di makruhkan justru di sunnahkan.
[Kasyaaful Qina': 2/147]
Dan riwayat dari imam Ahmad di atas sudah masyhur dikalangan madzhab Hanbali salah satunya juga selalu di cantumkan dalam kitab kitab ulama madzhab Hanbali juga.
Al Imam Mar'i bin Yusuf Al Hanbali (W 1030 H) mengatakan:
وكان الإمام أحمد بن حنبل رضي الله تعالى عنه ينكر ذلك أولا، حيث لم يبلغه أثر ثم رجع حين بلغه. وفي الإحياء للغزالي، عن الإمام أحمد بن حنبل قال: إذا دخلتم المقابر فاقرؤوا فاتحة الكتاب، وقل هو الله أحد، والمعوذتين، واجعلوا ذلك لأهل المقابر فإنه يصل إليهم. قلت والأخبار والآثار في هذا كثيرة، والله أعلم.
[Bahjatun Naadhirin: 253]
Al Imam Muhammad bin Ahmad Assafarini Al Hanbali (W 1188 H) mengatakan:
قال الغزالي في (الإحياء) وعبد الحق في (العاقبة) عن الإمام أحمد به قال : إذا دخلتم المقابر فاقرؤوا بفاتحة الكتابة والمعوذتين وقل هو الله أحد، واجعلوا ذلك لأهل المقابر فإنه يصل إليهم.
[Bukhuru Azzakhirah: 266]
Al Imam Mahmud Muhammad Khattab Assubki (W 1352 H) mengatakan :
وقالت الحنبلية وبعض المالكية: لا بأس بالقراءة عند القبر وجعل ثوابها للميت.
Artinya: Para Hanbaliyyah dan Malikiyah berpendapat: tidak mengapa dengan pembacaan Al Qur'an dikubur dan menjadikan pahalanya untuk mayyit.
[Addiinu Al Khalish: 4/81]
Al Imam Muhammad Attabban Al Maliki (W 1390 H) mengatakan:
ونصوص السادة الحنابلة كثيرة جدا في استحباب القراءة عند قبر الميت.
Artinya: Nash nash pada Hanabilah sungguh banyak sekali mengenai di kesunnahannya pembacaan Al Qur'an dikubur mayyit.
[Is'aful Mu'minin Wa Mu'minat Bijawazil Qira'at: 23]
Jadi, jelas ya bahwa dalam Madzhab Hanbali membaca Al Qur'an diatas kubur atau di kuburan ternyata Sunnah melakukannya. Tapi kenapa ulama Wahhabi yang katanya bermadzhab Hanbali tidak mengamalkan fatwa fatwa ulama ulama Hanbali?
B. Menjawab pertanyaan Followers.
Sail: Dalam madzhab Hanbali apakah bisa kita mengirimkan pahala pada mayyit, misalnya pahala membaca Al Qur'an, Sholat, Puasa dan ibadah lainnya. Sampai pada mereka atau hanya bermanfaat pada mereka.
Jawabannya: untuk soal bermanfaat atau tidak maka jawabannya adalah bermanfaat dan ini sudah kesepakatan para imam. Dan jika yang ditanyakan adalah sampai atau tidak maka jawabannya khilaf namun pendapat Imam Ahmad sendiri dan mayoritas salaf adalah sampai. Jadi, yang berpendapat tidak sampai menghadiahkan pahala hanya di kalangan minoritas saja seperti Wahhabi.
Assyaikh Ibnu Taimiyah Al Hanbali (W 728 H) mengatakan:
الصحيح أنه ينتفع الميت بجميع العبادات البدنية من الصلاة والصوم والقراءة كما ينتفع بالعبادات المالية من الصدقة والعتق ونحوهما باتفاق الأئمة
Artinya: Yang benar sesungguhnya (menghadiahkan pahala) akan bermanfaat pada mayyit dengan seluruh ibadah ibadah badan yakni sholat, puasa, membaca Al Qur'an seperti akan bermanfaat pula ibadah ibadah harta dari sedekah, memerdekakan budak dan contoh lain keduanya dengan kesepakatan para imam.
[Fatawa Al Kubra: 5/323]
Al Imam Al Buhuti Al Hanbali (W 1051 H) mengatakan:
قال أحمد : الميت يصل إليه كل شيء من الخير للنصوص الواردة فيه ، ذكره المجد وغيره حتى لو أهداها للنبي جاز ووصل إليه الثواب .
Artinya: Ahmad (W 241 H) mengatakan: Mayyit, segala sesuatu kebaikan akan sampai padanya karena ada nash yang sudah tertera mengenainya. Al Majdu (maksudnya Mujaddid Ibnu Taimiyah) dan selainnya telah menyebutkan nya. Sampai sampai andaikan ia menghadiahkan nya pada nabi maka boleh dan sampai pahalanya padanya.
[Arraudhu Al Murbi': 126]
Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah Al Hanbali (W 751 H) mengatakan:
واختلفوا في العبادة الدينية كالصوم والصلاة وقراءة القرآن والذكر فمذهب الإمام أحمد وجمهور السلف وصولها، وهو قول بعض أصحاب أبي حنيفة نص على هذا الإمام أحمد في رواية محمد بن يحيى الكحال قال : قيل لأبي عبد الله : الرجل يعمل الشيء من الخير من صلاة أو صدقة أو غير ذلك فيجعل نصفه لأبيه أو لأمه؟ قال : أرجو أو قال: الميت يصل إليه كل شيء من صدقة أو غيرها، وقال أيضاً : اقرأ آية الكرسي ثلاث مرات، وقل هو الله أحد، وقل اللهم إن فضله لأهل المقابر .
Artinya: Dan ulama berbeda pendapat mengenai ibadah keagamaan seperti puasa, sholat, membaca Al Qur'an dan dzikir. Maka, pendapat madzhab Al Imam Ahmad dan mayoritas salaf adalah akan kesampaian nya. Dan ini merupakan pendapat sebagian para pengikut Abi Hanifah, Al Imam Ahmad sudah memberikan nash atas hal ini, didalam riwayatnya Muhammad bin Yahya Al Kahhal, beliau berkata: Ditanyakan kepada Abi Abdullah (Imam Ahmad bin Hanbal); Seseorang melakukan suatu kebaikan yakni sholat, sedekah dan selain hal tersebut, laki ia jadikan sebagian untuk ayah nya atau untuk ibunya?. Maka imam Ahmad menjadi: Arju (aku berharap begitu) atau beliau menjawab: Mayyit, segala suatu kebaikan apapun yakni dari sedekah atau selainnya akan sampai padanya. Beliau berkata lagi: Bacalah ayat kursi tiga kali dan surah Al ikhlas lalu katakanlah: Ya Allah, utamakan lah keutamaannya pada penduduk kubur.
[Arruh; 133] beliau juga menjelaskan secara ringkas dalam Bada'iul Fawa'id: 3/290-291]
Jadi, siapa yang mereka ikuti sebenarnya. Nafsu mereka atau fatwa ulama dalam Madzhab Hanbali itu sendiri?
Selesai.
baca juga kajian tentang ulama berikut :
- Muslim Indonesia Pengikut Ulama Syafiiyah, Bukan Imam Syafi’i?
- Sikap Umat Ketika Ulama Berbeda Gaya dan Pendapat
- Sikap Ulama Kepada Kedzaliman Penguasa
- Makna Kullu Menurut Para Ulama
- Istighotsah Antara Ibn Taimiyah, Salafi Wahabi dan Ulama Aswaja Lain
Sumber FB : ID Cyber Aswaja