Sentuhan Setan Di Wajahnya
Oleh Ustadz : Rahmat Taufik Tambusai
Suatu hari di depan Rasulullah, Abu Bakar menceritakan seorang sahabat yang amat rajin ibadahnya. Ketekunannya menakjubkan semua orang. Tapi Rasulullah tak memberikan komentar apa-apa.
Para sahabat keheranan, mengapa Nabi tak menyuruh mereka agar mengikuti ketekunan ahli ibadat itu.
Tiba-tiba orang yang dibicarakan itu lewat di hadapan majlis Nabi. Ia kemudian duduk di tempat itu tanpa mengucapkan salam. Abu Bakar berkata kepada Nabi, "Itulah orang yang tadi kita bicarakan, ya Rasulullah."
Nabi hanya berkata, "Aku lihat ada bekas sentuhan setan di wajahnya."
Nabi lalu mendekati orang itu dan bertanya, "Apakah kalau kamu datang di satu majlis, kamu merasa bahwa kamulah orang yang paling soleh di majlis itu?".
Sahabat yang ditanya menjawab, "Allahumma, na'am. Ya Allah, memang begitulah aku."
Orang itu lalu pergi meninggalkan majlis Nabi.
Setelah itu Rasulullah bertanya kepada para sahabat, "Siapa di antara kalian yang mau membunuh orang itu?"
"Aku," jawab Abu Bakar.
Abu Bakar lalu pergi, tapi tak berapa lama ia kembali lagi, "Ya Rasulullah, bagaimana mungkin aku membunuhnya? Ia sedang rukuk."
Nabi tetap bertanya, "Siapa yang mau membunuh orang itu?" Umar bin Khaththab menjawab, "Aku." Tapi seperti juga Abu Bakar, ia kembali tanpa membunuh orang itu, "Bagaimana mungkin aku bunuh orang yang sedang bersujud dan meratakan dahinya di atas tanah?".
Nabi masih bertanya, "Siapa yang akan membunuh orang itu?" Ali bangkit, "Aku."
Ia lalu keluar dengan membawa pedang dan kembali dengan pedang yang masih bersih, tidak berlumuran darah, "Dia telah pergi, ya Rasulullah."
Nabi kemudian bersabda, "Sekiranya engkau bunuh dia. Umatku takkan terpecah sepeninggalku. (H.R. Ahmad).
Berdasarkan hadits di atas, dapat disimpulkan, bahwa ciri - ciri orang yang disentuh oleh setan di wajahnya, dapat dilihat dari ucapan, perbuatan dan sikapnya terhadap sesama muslim, diantaranya:
1. Merasa paling baik dari mayoritas ulama dan umat islam dunia.
Artinya jika suatu pengajian, aliran dan kelompok mengajarkan merasa kelompoknya lebih baik dari mayoritas ulama dan kaum muslimin maka hendaklah dihindari, atau membuat kita merasa paling baik setelah mengikuti pengajiannya, maka hendaklah dijauhi, karena proses pembentukan karakter setan sedang ditancapkan dalam diri kita.
2. Merasa paling alim dari pada ulama otoritatif di bidangnya.
Artinya jika ada satu kelompok mengajarkan doktrin, bahwa gurunya lebih paham sunnah, serta menggiring bahwa ulama diluar kelompoknya dianggap pelaku bid'ah maka hendaklah dijauhi, karena akan melahirkan sifat sombong, sehingga susah menerima kebenaran dan suka merendahkan orang lain, sebagaimana sikap iblis merendahkan nabi adam.
3. Rajin ibadah tetapi sombong dengan ibadahnya.
Orang yang rajin beribadah tetapi semakin angkuh, pada hakikatnya ia semakin jauh dari pada Allah.
Artinya jika ada suatu kelompok yang apabila kita ikut bersama mereka dalam beribadah tetapi membuat kita semakin sombong, serta suka membandingkan ibadah kita dengan ibadah umat islam yang lain, dan menganggap ibadah kita lebih bagus dari pada umat islam yang lain, menuduh yang lain tidak mengikuti sunnah, maka hendaklah tinggalkan kelompok tersebut, karena telah mengaktifkan sifat iblis dalam diri kita.
4. Tidak ada sopan santun kepada ulama dan sesama muslim.
Artinya jika suatu kelompok membuat kita keras kepada sesama muslim, mendoktrin pengikutnya hanya menghormati ulamanya serta memandang rendah yang lain, maka hendaklah dihindari kelompok tersebut, karena telah memupuk kebencian kepada ulama dan umat islam.
Ketika berpapasan dengan muslim yang lain tidak ada tegur sama, senyum dan ucapan salam, karena menganggap bukan dari kelompoknya.
5. Pemecah belah umat islam.
Artinya jika ada kelompok yang membuat umat islam terpecah belah dengan keberadaannya, menimbulkan permusuhan di tengah umat islam, dan merusak persaudaraan hanya karena hal khilafiyah dan cabang maka hendaklah dihindari kelompok tersebut, karena mereka telah mengambil peran iblis.
6. Wajahnya keras, kasar dan jauh dari sifat kelembutan, sesuai dari pada karakter iblis itu sendiri yang digambarkan bengis, keras dan kasar, lawan dari sifat nabi dan rasul yang indah dan sejuk dipandang.
Ulama rabbani terpancar dari wajahnya rahmat Allah, yang terlihat oleh mata keindahan, kesejukan dan kelembutan, karena aura berkah ilmu dan pemahaman yang diridhoi Allah.
Jika ada pada diri kita ciri diatas, bisa jadi kita telah disentuh oleh setan, sehingga kita cenderung kepada sifat iblis, walaupun kita rajin beribadah, tetapi ibadah kita membuat kita semakin angkuh. Maka hati - hatilah, dan hendaklah selalu melihat ke hati, apakah sifat iblis telah bersemayam ?
Dalu - dalu, Senin 29 Juli 2024
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa