Ciri Rumah Tangga Yang Sehat
Oleh Ustadz : Rahmat Taufik Tambusai
Pertanyaan yang selalu kami tanyakan kepada peserta bimbingan perkawinan, apa ciri rumah tangga yang sehat, maka berbagai macam jawaban peserta, pada dasar semuanya benar, karena pada prinsipnya mereka ingin rumah tangga yang akan mereka arungi rumah tangga yang sehat.
Ada yang menjawab dari segi ekonomi, karena baik tidaknya rumah tangga juga tergantung ekonominya, jika pendapatan cukup maka bahtera rumah tangga akan baik.
Dan ada yang melihat dari segi sosial kemasyarakatan, terjalinnya hubungan yang baik dengan tetangga, tidak ada berselisih paham dan ikut aktif kegiatan di tengah masyarakat.
Ada yang memandang dari segi kesehatan, suami, istri dan anak sehat secara fisiknya dan rumah yang rapi serta lingkungan yang tidak polusi.
Adapun yang kami inginkan dari segi keutuhan rumah tangga, maka diantara ciri rumah tangga yang sehat :
1. Masalah rumah tangga tidak boleh sampai keluar rumah.
Apapun yang terjadi antara suami istri tidak boleh diketahui orang lain termasuk orang tua dan keluarga.
Hakikat rumah tangga itu adalah berdua antara suami istri, karena yang tau persis yang terjadi hanya berdua.
Jika orang lain ikut menyelesaikan urusan rumah tangga kita, maka butuh waktu yang lama, sedangkan jika hanya diselesaikan berdua maka lebih cepat pemulihannya, karena tinggal mencari titik temu dan membuang perselisihan.
Apa yang disuka dan dibenci hanya berdua yang tau dan yang telah dan sedang dijalani, maka tinggal didudukan, dengan syarat turunkan ego masing - masing, sampai menemukan yang diinginkan masing - masing.
2. Aib suami istri tidak boleh sampai keluar kamar tidur.
Tidak mengumbar aib rumah tangga, antara suami istri kepada khalayak ramai, tidak menceritakan kekurangan pasangan kita kepada orang lain, karena dengan kita menceritakan aib pasangan kita sama halnya membuka aib diri sendiri. Bukankah pasangan kita belahan jiwa kita.
Jangankan aib kita, aib orang lain tidak boleh diceritakan, jika benar aib tersebut maka hukumnya ghibah, dan apabila tidak benar aib tersebut maka masuk hukum fitnah.
3. Saling menutupi kekurangan.
Antara suami istri tidak boleh ada yang merasa paling lebih, karena pada hakikatnya kita bersatu karena kekurangan, contoh kasarnya, apa yang ada pada istri tidak ada pada suami, dan apa yang ada pada suami tidak ada pada istri, artinya kita hadir dalam rumah tangga karena kurang, maka harus saling menutupi kekurangan, bukan mencari kekurangan pasangan.
Kebodohan paling bodoh, mengumbar masalah rumah tangganya, membuka aib pasangannya dan menceritakan kekurangan pasangannya di media sosial.
Dan tidak ada rumah tangga yang tidak ada masalah, tetapi bukan masalah tersebut dijadikan masalah, karena hidup bagian masalah, selagi hidup maka masalah tetap ada, yang perlu diperhatikan bagaimana menyelesaikan masalah.
Mengumbar masalah rumah tangga, aib pasangan dan kekurangan suami istri bukan menyelesaikan masalah, tetapi dengan menutupinya agar tidak diketahui orang banyak, bagian solusi untuk mereda masalah.
Dalu - dalu, Kamis 6 Juli 2024
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa