Seorang Ahli Ilmu Boleh Disebut Sebagai Imam Apabila Akidahnya Salafi?

Seorang Ahli Ilmu Boleh Disebut Sebagai Imam Apabila Akidahnya Salafi?

Seorang Ahli Ilmu Boleh Disebut Sebagai Imam Apabila Akidahnya Salafi?!

Penceramah ini menyebutkan bahwa seorang ahli ilmu patut disebut sebagai Imam jika akidahnya Salafi. Maka Imam Abu Bakar al-Baqillani, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, Imam Fakhruddin Al-Razi, dan Al-Hafizh Imam Nawawi tidak berhak disebut sebagai orang Imam. Karena akidahnya tidak akidah Salafi.

Pertanyaannya, sejak kapan muncul akidah Salafi? Siapa yang menjadi Imam dalam akidah Salafi? Apa kaidah mereka dalam akidah? Apakah sama akidah mereka dengan Rasulullah dan Sahabat? Atau sama dengan Imam Ahmad bin Hanbal?!

Perlu masyarakat muslim tahu bahwa para Imam yang diikuti oleh mayoritas masyarakat muslim dalam akidah sampai hari ini semuanya Salaf;

1. Imam Abu Hasan Al Asy'ari. Wafat 324 H

2. Imam Abu Mansur al-Maturidi. Wafat 333 H

3. Imam Abu Ja'far at-Thahawi. Wafat 321 H.

Akidah mereka terkait dengan sifat-sifat Allah sama dengan akidah Rasulullah, Sahabat, dan para ulama Salaf. Mereka menetapkan seluruh keyakinan terkait sifat Allah yang diajarkan oleh Al-Qur'an dan Sunnah tanpa tamsil (menyerupakan Allah dengan makhluk secara keseluruhan), tasybih (menisbahkan kesamaan sebagian sifat Allah dengan makhluk), takyif (menvisualisasikan sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk), dan ta'thil (menafikan sifat-sifat Allah); dengan metode tafwidl dan takwil. 

Metode tafwidl bermakna meyakini seluruh sifat-sifat Allah yang dijelaskan oleh nash Al-Qur'an dan Sunnah, menafikan penisbatan sifat-sifat yang diasumsikan sebagai sifat makhluk kepada Allah dan kesamaan sifat-sifat Allah dengan makhluk, dan menyerahkan makna hakiki/definitif sifat-sifat Allah yang disebutkan oleh nash Al-Qur'an dan Sunnah kepada Allah. 

Karena kita tidak tahu hakikat zat Allah. Dan Allah menafikan kesamaan sifat Allah dengan makhluk. Sedangkan manusia hanya bisa menetapkan sifat-sifat berdasarkan pengetahuan dia terhadap sifat-sifat makhluk, sebab keyakinan seseorang pasti berbasis kepada informasi yang dia dapatkan sebelumnya. Sementara informasi tentang hakikat zat Allah tidak ada sumbernya. Bahkan Allah menekankan "Tidak ada yang serupa denganNya, sesuatu apapun". Hadis Rasulullah mengarahkan kita, "berpikirlah tentang ciptaan Allah dan jangan berpikir tentang bentuk zat Allah". Maka para ulama Salaf dulu ketika berjumpa dengan ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat Allah mereka mengatakan "Amirruha kama jaat (biarkanlah nash mutasyabihat sebagaimana wahyu itu dari Allah)". 

Metode kedua, metode takwil, bermakna meyakin seluruh sifat-sifat Allah yang disebutkan oleh nash Al-Qur'an dan Sunnah, menafikan penisbatan sifat-sifat yang diasumsikan sebagai sifat makhluk kepada Allah dan kesamaan sifat-sifat Allah dengan makhluk, dan meyakini sifat Allah berdasarkan satu diantara makna-makna ayat-ayat Al-Qur'an dan Sunnah di dalam bahasa Arab yang sesuai dengan sifat yang pasti ada pada Allah (sifat wajib), sifat yang pasti tidak ada pada Allah (sifat mustahil), dan sifat yang bisa ada dan bisa tidak ada pada Allah (sifat jaiz). Metode takwil ini dilakukan oleh para ulama untuk menjaga agar jangan sampai umat memahami sifat-sifat Allah sama dengan sifat makhluk, terutama oleh orang non Arab yang masuk Islam, karena mereka belum memahami nash sesuai maksud nash menurut pemahaman bahasa Arab yang dipakai sebagai bahasa nash syariat.

Maka ditemukan data Sahabat Ibnu Abbas melakukan takwil, Imam Malik melakukan takwil, Imam Ahmad melakukan takwil, Imam Syafi'i melakukan takwil, Imam Bukhari melakukan takwil.

Sementara akidah itsbat Wahabi datang dari mana? Siapa yang mengajarkan? Akidah Uluhiyah, Rububiyah, dan akidah Asma' wa Sifat siapa yang mengajarkan? Siapa imamnya? IBNU TAIMIYAH. Wafat 728 H. Salaf? BUKAN! Akidahnya Salafi. BUKAN! Justru lebih kuat indikasi akidah tajsim dan tasybih. Dan pada tataran praktek orang awam, menjadi akidah tajsim dan tasybih tanpa disadari orang awam.

Apakah akidah mereka sama dengan akidah Imam Ahmad bin Hanbal? Tidak! Imam Ahmad tidak mengajarkan akidah Uluhiyah, Rububiyah, dan akidah Asma' wa Sifat!

Sumber FB Ustadz : Alnofiandri Dinar

_--**sambung dikomentar**--_

Alnofiandri Dinar

Hari ini kita mengerti agama karena jasa para Imam yang mereka nafikan itu. Kalaulah tidak ada para ulama yang mereka klaim sebagai Salafi itu justru umat lebih tenang, nyaman, dan kompak dalam beragama.

Klaim SALAF mereka justru merusak kebersamaan umat Rasulullah shalallahu alayhi wa sallam.

Musardin M Wi

Suka suka orang tu saja nampaknya membuat kaidah, istilah dan definisi. Sekalipun nyatanya apa yg mereka buat bertentangan dengan aimmatus salaf dan mayoritas kibar ulama. Laa haula walaa quwwata illa billah

Fitrian Effendi

Koplak penceramahnya tu... Ibnu Taimiyah saja masih sebut mereka imam...

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Seorang Ahli Ilmu Boleh Disebut Sebagai Imam Apabila Akidahnya Salafi? - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®