Ini sebenarnya fenomena umum dan terjadi di mana-mana, tapi menarik saya tulis secara khusus dalam kasus salafi karena belakangan saya nulis tentang itu.
Anda juga mungkin pernah melihat chart ini, Dunning-Krugger Effect namanya, menjelaskan tentang fenomena hubungan antara kepedean dengan kemampuan. Orang baru belajar sering kali pede dengan ilmunya tanpa ia sadari bahwa ternyata yang ia tahu hanya secuil dari apa yang seharusnya diketahui. Di titik inilah kepedean itu muncul, "This is easy!" katanya. Ia bisa saja nyaman dan berada di situ dalam waktu yang lama, mengira ilmunya sudah mendalam padahal ya tidak, ia menganggap pihak lain tak berilmu hingga berani menantang orang karena merasa sudah menguasai ilmunya.
Fenomena ini jamak dalam tubuh salafi. Mereka diajari hal-hal sederhana yang seolah masuk akal tapi sebenernya perlu pembahasan yang dalam, seperti kalimat-kalimat: "Kalo Rasulullah ga ngerjain maka ga usah dikerjain", "agama itu bersumber dari dalil kalo ga ada dalilnya maka itu bid'ah", "Rasulullah bilang semua bid'ah itu sesat, semua ya berarti semua", "kebenaran itu satu yang lain adalah kesesatan", dsb dsb.
Tidak mengherankan jika kemudian lahir orang-orang yang pede luar biasa, selalu berhasrat untuk menyalahkan dan mendebat orang, padahal hal yang diributkan itu ya perkara yang itu-itu juga meski sebenarnya sudah banyak bantahan atas apa yang mereka debatkan.
Semakin lama belajar barulah mereka tahu bahwa ilmu itu luas dan tidak sesederhana yang mereka pahami, mulailah mereka kenal dengan perbedaan dan mencoba husnuzhan dengan perbedaan di internal mereka meski masih agak garang kepada kelompok lain. Prosesnya terus begitu hingga akhirnya sadar bahwa dirinya selama ini menyerang sana sini ya cuma modal pede saja. Iapun kemudian semakin lapang terhadap perbedaan, toleran dan menghargai pihak lain. Beberapa teman salafi di daftar pertemanan saya pun secara terang-terangan mengakui perjalanan intelektualnya seperti yang saya gambarkan di atas.
Untuk kawan-kawan salafi, mohon maklum jika saudara2 aswaja sebegitu kesalnya kepada salafi hingga sering kali pukul rata atau bahkan melakukan tindakan fisik karena kekesalan mereka terhadap kelakuan salafi puber itu memang sudah di ubun-ubun. Untuk kawan-kawan aswaja, pahami bahwa mereka juga berproses, jika mereka dapat hidayah dan bisa bergerak maka terimalah dan berkawanlah dengan mereka, sambil terus sabar menghadapi puber-puber baru yang bikin kesel lagi. Diskusi tetap terus dilakukan, syubhat dan tuduhan tetap perlu dibantah, tapi kadang ada waktu untuk kita bisa istirahat dan meminum kopi bersama.
Sumber FB Ustadz : Fahmi Hasan Nugroho
Kenapa dari kemarin nulis salafi yang bagus terus, padahal kan salafi biasanya sering bikin ribut baik online ataupun offline.
Ya, that's true. Defaultnya pemikiran salafi adalah puritanisme sebagaimana yang saya tulis kemarin, sehingga pemikiran awal kelompok salafi (varian apapun) tidak akan jauh dari upaya membersihkan Islam dari apa yang mereka anggap "kotor".
Pemikiran ini menarik karena memang sangat logis. Agama kita kan dari Allah dan dari Rasulullah maka harus sesuai dengan aslinya dong? Ya ga salah sih, tapi yang salah adalah ukuran "asli dan tidak asli" itu yang kadang mereka buat seenaknya sendiri tanpa mempertimbangkan tradisi keilmuan pihak lain yang telah mapan, akhirnya karena merasa telah menemukan "yang asli" hingga merasa berhak untuk sikut sana dan sini karena menganggap selainnya itu ya masih "kotor".
Di titik ini keributan selalu terjadi. Karakteristik kelompok salafi yang rata-rata semangat keberagamaannya itu tinggi menambah kekacauan karena orang-orang yang ilmunya sedikit dan tak punya adab bermunculan, senangnya mendebat, menyalahkan, dan tak mau mendengar suara dari pihak lain meski yang mereka salahkan adalah ulama besar sekalipun. Banyaknya akun media sosial hingga radio dan tv yang berisi konten salafi ya muncul dari semangat ini, bahkan di titik ini NU dan Muhammadiyah juga kalah.
Yang lebih parah adalah ketika salafi telah mendominasi suatu masjid yang sebelumnya dimiliki oleh masyarakat, inginnya mendatangkan ustadz dari luar tapi ketika DKM mengadakan pengajian ga mau hadir, dan ketika diberikan kesempatan untuk mengundang ustadz dari luar jamaah2 salafi lain juga ikut berdatangan. "Perebutan masjid" istilahnya, ini jelas akan menanamkan luka yang dalam di hati masyarakat, maka tak perlu heran jika salafi mendapatkan penolakan luar biasa dari kalangan aswaja tradisionalis karena sudah selalu disalahkan, dituduh sesat, masjidnyapun ingin didominasi.
Kekacauan ini memang muncul dari oknum-oknum yang mengalami "puber intelektual", merasa menemukan hal yang baru dan semangat tinggi yang kemudian membuatnya semangat menyerang pihak lain tanpa pandang bulu. Tapi sangat disayangkan oknum tersebut sangat banyak bahkan hampir dapat dikata defaultnya orang baru menjadi salafi ya seperti itu karena ustadz-ustadznya pun begitu. Yang puber bisa sadar dan toleran, tapi default metode para ustadznya begitu, ya orang-orang puber akan terus lahir dan keributan akan terus berlanjut meski pemain sudah berganti.
Bagi saya pribadi sih, jika salafi sudah bisa toleran saja dengan pendapat di luarnya maka itu sudah cukup. Cuma ya sulit karena sesama salafi pun kadang ga bisa saling toleran.. 😅
baca juga: Pengalaman Menjadi Salafi dan Kembali ke Aswaja
Sumber FB Ustadz : Fahmi Hasan Nugroho
Tak kenal maka taaruf, bukan tak kenal lalu berbicara di sana sini seolah paling tahu dan paling mengerti.
Sekitar tiga-empat tahun kebelakang saya mulai berkenalan dengan varian salafi yang bermazhab, ada yang bermazhab Hanbali karena mengikuti tradisi keilmuan fikih dari Saudi dan ada yang bermazhab Syafi'i karena mengikuti gurunya yang mazhab Syafi'i dan sesuai dengan mayoritas umat muslim di Indonesia. Varian ini cenderung toleran dengan perbedaan dan tidak saklek sebagaimana anti mazhab (apalagi yang masih puber), mereka bisa diajak diskusi, duduk bersama dan saling menghormati dalam perbedaan pendapat fikih, bahkan mereka ikut meramaikan dialektika mazhab vs non mazhab yang selama ini biasanya hanya diikuti oleh kalangan Aswaja saja.
Jadi bumi itu luas, sebelum kenalan sama yang jauh (maksudnya non muslim) maka kenalan jg sama yang deket (maksudnya yang masih sesama muslim).
baca juga: Salafi Puber Mendebat Qunut Subuh
Sumber FB Ustadz : Fahmi Hasan Nugroho