🔰 PROBLEMATIKA TENTANG ZAKAT FITRAH SINGKAT
Oleh Ustadz : M. Rofiannur Al Hamaamuh, SN, DH.
Kami akan menjawab dan menjelaskan secara singkat tentang beberapa polemik yang kerap terjadi di masyarakat mengenai zakat fitrah sebagaimana berikut:
1. Zakat Fitrah Dengan Beras Bolehkah?
Wahhabi mengklaim bahwa zakat fitrah tidak boleh dari beras sebab tidak ada hadistnya atau dalilnya. Apakah benar?
Jawabannya adalah salah dan keliru apa yang dinyatakan oleh wahhabi tersebut. Sebab, produk zakat fitrah memang di ambil dari bahan pangan atau kebutuhan sehari hari penduduk/masyarakat dari wilayah masing masing yaitu dari berupa makanan pokok. Di Indonesia bahan pokok makanannya adalah beras, sebab orang Indonesia bahan pangan nya adalah nasi. Berbeda dengan di masa nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, pokok makanan saat itu adalah gandum. Jadi, tak heran beras tidak di kategorikan oleh beliau.
Untuk mudah memahami ini maka cermati firman Allah Subhaanahu wa ta'alaa berikut:
اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعٰمِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغٰرِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِۗ
Artinya: Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan.
[Surah At-taubah ayat 60]
Disitu Allah menyebutkan dua orang utama yaitu orang faqir dan miskin. Maka, sudah tentu yang mereka berdua butuhkan adalah makanan dan pokok makanan mereka tergantung dengan wilayah masing masing. Kalau wilayahnya pokok makanannya adalah kurma, maka pakai kurma, jika pakai gandum ya pakai gandum, jika pakai beras ya pakai beras. Kita ambil contoh, Indonesia. Indonesia makanan pokoknya adalah beras. Maka, zakat dengan beras itu sudah benar dan bukan keliru atau salah. Sebab, pruduk zakat fitrah itu intinya adalah bahan pangan atau pokok makanan.
Sahabat nabi Abi Sa'id Al Khudri mengatakan:
عن أبي سعيد قال: قال كنا نخرج صدقة الفطر إذا كان فينا رسول الله صلى الله عليه وسلم صاعا من طعام أو صاعا من تمر أو صاعا من شعير أو صاعا من أقط
Artinya: Dizaman Rasulullah shalallahu alaihi wa kami mengeluarkan sedekah fitri satu sha' makanan, atau satu sha' kurma, satu sha' gandum atau satu sha' keju.
[Sunan Annasai: 5/51]
Dalam redaksi hadits yang lainnya juga dijelaskan masih dalam rawi yang sama:
كُنَّا نُخْرِجُ في عَهْدِ رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَومَ الفِطْرِ صَاعًا مِن طَعَامٍ، وقالَ أبو سَعِيدٍ: وكانَ طَعَامَنَا الشَّعِيرُ والزَّبِيبُ والأقِطُ والتَّمْرُ.
Artinya: Dulu kami mengeluarkan satu sha' makanan dizaman Rasulullah Sallahu Alaihi Wasallam di hari lebaran Fitri. Dan abu Sa'id berkata: Dan makanan kami adalah Gandum, Kismis, keju dan kurma.
[Sahih Al Bukhari: 2/131]
Dalam hadist lainnya juga dijelaskan:
۲۲۹۳ - أنبا محمد بن منصور قال حدثنا سفيان قال حدثنا ابن عجلان قال : سمعت عياض بن عبد الله يخبر عن أبي سعيد الخدري قال : لم نخرج على عهد رسول الله ﷺ إلا صاعاً من تمر أو صاعاً من شعير أو صاعاً من زبيب أو صاعاً من دقيق أو صاعاً من أقط أو صاعاً من سلت.
Artinya: Dari Abi Sa'id Al Khudri, beliau berkata: Tak pernah kami mengeluarkan di zaman nabi terkecuali hanya satu sha' kurma saja, atau satu sha' gandum, kismis, tepung, keju atau satu sha' sult (jenis tanaman gandum).
[Assunanul Kubra Linnasa'i: 2/28]
Riwayat dari Ibnu Umar juga dijelaskan:
٢٢٩٥ - أنبا موسى بن عبد الرحمن قال حدثنا حسين عن زائدة قال ثنا عبد العزيز بن أبي داود عن نافع عن ابن عمر قال : كان الناس يخرجون عن صدقة الفطر في عهد رسول الله ﷺ صاعاً من شعير أو تمر أو سلت أو زبيب.
Artinya: Ibnu Umar berkata: Manusia/masyarakat dahulu mereka mengeluarkan sedekah fitri dizaman nabi hanya satu sha' gandum saja, atau kurma, sult atau satu sha' kismis.
[Assunanul Kubra Linnasa'i: 2/28]
Jadi sudah jelas ya, tak harus kurma, gandum, atau lain lainnya pruduk yang dijadikan sebagai bahan zakat fitrah. Karena, zakat fitrah memang diambil dari bahan pokok makanan daerah atau wilayah masing masing. Dan di setiap negara tentu berbeda beda.
2. Ukuran Satu Sha' itu berapa?
Satu sha' itu hitungan nya adalah 2,75 KG sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Fiqhul Islam Wa Adillatuh: 3/385, Kifayatul Akhyar: 1/188 dan lain lainnya. Ukuran satu Sha' 2,75 KG itu merupakan ukuran yang benar, sah dan pas dalam madzhab kita yaitu Assyafi'iyah. Begitu dalam madzhab lainnya selain madzhab Hanafi. Namun, oleh masyarakat di genap kan hitung nya menjadi 3 KG. Dan itu tidak mengapa dan itulah yang paling baik.
Al Imam Ibnu Qudamah Al Hanbali (W 620 H) mengatakan:
وأخرج زيادة كان أحوط وأحسن
Artinya: Mengeluarkan zakat fitrah secara lebih merupakan bentuk kehati-hatian dan itu lebih baik.
[Al Mughni: 4/168]
Dalam sekte salafi Wahabi juga menggenapkan menjadi tiga kilogram.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz Al Wahhabi mengatakan:
زكاة الفطر مقدارها بصاعنا الآن ثلاثة كيلو تقريبًا
Artinya: Zakat fitrah ukuran nya dengan sha' kita sekarang adalah tiga kilogram kurang lebih.
[https://binbaz.org.sa/.../%D9%85%D9%82%D8%AF%D8%A7%D8%B1...]
Syaikh Abdul Aziz bin Baz Al Wahhabi juga mengatakan:
فإذا أخرج ثلاثة كيلو عن زكاة الفطر فقد أخرج شيئًا كافيًا.
Artinya: Jika seseorang mengeluarkan zakat fitrah tiga kilogram. Maka, ia telah mengeluarkan sesuatu yang telah mencukupi.
[Fatwa Nur Ala Addarb: 1/1206]
Sekian dari kami semoga bermanfaat. Selesai.
Terima kasih.
Sumber FB : ID Cyber Aswaja