✍️ 9 Poin Dalam Debat "Siapa Ahlussunah Wal Jamaah?"
Catatan saya untuk Niko dan Ridwan:
1. Mereka (Niko dan Ridwan) selalu keluar dari judul debat
2. Mereka tidak dapat menjawab sesuai pertanyaan, misalnya ditanya "Siapa?" muter-muter tidak langsung menyebutkan nama yang ditanya. Dan ini seringkali terjadi.
3. Ridwan mengatakan tafsir Kursiyyuhu dengan membawa kitab Lisanul Arab dengan teks MAWDLI'U QODAMILLAH "Tempat kaki Allah". Itu dusta dan salah fatal! Tidak ada yang menafsirkan dengan teks itu. Tafsir yang ada adalah MAWDLI'UL QADAMAYN "Tempat kedua kaki". Dan ini tafsir SECARA BAHASA atas teks KURSIY. Dan, jika Ridwan mau menggunakan dalil yang menggunakan teks QODAMAYHI dan mau ditarik pada makna "Dua telapak kaki Allah", sedangkan pada dalil lain ada keterangan bahwa "Dua telapak kaki Allah" itu kelak akan dimasukkan kedalam neraka. Apakah Ridwan akan meyakini bahwa sebagian Dzat Allah akan masuk kedalam neraka, diawali dengan menembus ke bawah Arsy, menembus langit 7, 6, terus ke bawah hingga ke neraka dengan konsekuensi Ridwan terjerumus dalam aqidah Hululiyyah?
4. Ridwan merasa lebih tahu aqidah Imam Asy'ary daripada para ulama' pengikut Imam Asy'ari dan Asy'ariyyun sendiri
5. Ridwan dan Niko masih saja gagal paham pada TAFWIDH, seakan-akan TAFWIDH adalah meniadakan makna padahal TAFWIDH adalah memasrahkan makna pada Allah. Jadi, makna dari ayat mutasyabihat itu ada, bukan tidak ada, bahkan ada banyak kemungkinan makna. Manakah makna yang dikehendaki oleh Allah? Maka inilah yang ditafwidh, diserahkan kepada Allah.
6. Ridwan masih salah paham ketika di kitab ulama' ada dalil الرحمن على العرش استوى , juga إن لله يدا , dll seakan-akan setiap ulama' yang menulis itu di kitabnya akan dipastikan sebagai pendukung aqidah musyabbihah dan mujassimah. Padahal, yang bermasalah bukan dalil-dalil itu, melainkan pemahaman atas dalil-dalil itu. Apakah ketika saya berkata إن لله يدا (dengan teks Arab, bukan terjemah Indonesia) kemudian Ridwan mau menganggap bahwa saya meyakini bahwa Allah punya TANGAN (Makna hakikat TANGAN dalam bahasa Indonesia adalah anggota badan). Apakah Ridwan mau menuduh saya meyakini makna ini? Bukan begitu cara memahami ulama yang seperti itu di kitab-kitab mereka! Pahami pemahaman penulis kitab atas teks itu, baru dapat memasukkan penulis itu di kelompok mana. Misalnya, jika Ridwan dan Niko menggunakan makna TANGAN ALLAH bagi يد الله, berarti kalian bukan mufawwidh, tetapi mujassim karena makna TANGAN adalah pasti anggota badan. Jika bukan anggota badan berarti takwil. Maka aqidah kalian beda dengan aqidah penulis kitab yang tidak menggunakan makna itu meskipun sama-sama mengutip dalil-dalil itu.
7. Niko juga kurang paham atas apa yang saya tanyakan sehingga dia menganggap bahwa saya tidak paham atas apa yang dia jelaskan. Niko mengaku tidak mengeluarkan Imam Asy'ari dari Ahlussunah karena kata Niko, Imam Asy'ari bertaubat di akhir hayatnya. Berarti Niko mengeluarkan Asy'ariyyun dari ahlussunah karena Niko menuduh Asy'ariyyun tidak beraqidah dengan aqidah yang diyakini di akhir hayat Imam Asy'ari. Berarti, tanpa sadar, Niko menganggap Asy'ariyyun saat ini sudah tidak masuk dalam hadits pujian Nabi yang saya bacakan semalam. Padahal secara nasab dan sanad aqidah, Asy'ariyyun saat ini masih sangat eksis sebagai kelompok mayoritas di seluruh dunia. Apakah Niko menemukan dalil yang membatalkan pujian nabi atas Asy'ariyyun mengingat ini adalah kelompok sangat besar, bahkan ini adalah aqidah mayoritas umat Islam. Jika Ridwan dan Niko menganggap bahwa kelompok yang terbesar di seluruh dunia ini adalah sesat. Apakah kalian menganggap bahwa Al Qur'an dan Al Hadits telah lalai karena tidak menjelaskan Asy'ariyyun akhir jaman sebagai kelompok sesat? Jika tidak ada satu dalilpun yang membatalkan pujian nabi. Bukankah itu bukti bahwa Asy'ariyyun saat ini tetap berada dalam nash pujian itu?
8. Kalian menolak takwil padahal sudah sering dijelaskan tentang takwil-takwil yang dilakukan oleh para sahabat, tabiin, tabiit tabiin, dll. Bahkan Imam Bukhari melakukan takwil. Tapi kalian sebut itu bukan takwil melainkan tafsir. Muter-muter disini padahal di berbagai kitab itu disebut takwil. Termasuk Imam Bukhari pun melakukan takwil. Dan apa yang dilakukan oleh Imam Bukhari itu di berbagai kitab disebut takwil, bukan tafsir.
9. Kalian menolak ilmu Kalam padahal ilmu Kalam dipakai oleh seluruh ulama' ahlussunah. Bahkan kitab-kitab Ibnu Taimiyah sendiri itu penuh dengan retorika ilmu Kalam. Bahkan, pembicaraan kalian dalam diskusi itu sebenarnya berbau retorika ilmu Kalam. Misalnya saat Ridwan mau membatalkan hadits pujian nabi. Ridwan tidak mengutip dalil untuk membatalkan, tapi justru menggunakan logika saja. Bukankah itu termasuk cara jidal mutakallimin? Bahkan Ridwan gegabah dengan tidak memperhatikan teks hadits yang menggunakan teks هم (Mereka Asy'ariyyun). Sedangkan saya ketika membantah Ridwan masih tetap mengacu pada dalil yaitu teks هم (mereka Asy'ariyyun) yang berarti bukan hanya Abu Musa Al Asy'ari yang dipuji, melainkan semua bangsa dan keturunannya.
Wallahu a'lam.
Sumber FB Ustadz : Saiful Anwar