Seputar Sejarah Puasa Ramadhan
M. Syihabuddin Dimyathi
1. Di awal Islam, puasa yang wajib adalah 3 hari setiap bulan ditambah puasa hari Asyura saja.
2. Kemudian ketentuan itu dihapus, diganti puasa ramadhan. Tapi saat itu ada pilihan, walaupun mampu puasa, boleh untuk tidak puasa dengan membayar fidyah.
3. Kemudian ketentuan itu juga dihapus, diganti dengan puasa Ramadhan seperti yang kita kenal sekarang, pokoknya yang mampu puasa, maka wajib puasa.
4. Waktu puasa dulu dengan sekarang juga beda. Dulu setelah Maghrib kok tidur, maka sudah ga boleh makan, minum, jima' dan yang membatalkan puasa lainnya.
Atau setelah Maghrib ga tidur, tapi selesai melaksanakan shalat isya'. Maka juga sudah ga boleh melakukan makan minum dan seterusnya itu.
Jadi, dulu waktu puasa sangat panjang.
5. Kemudian ada peristiwa Sayyidina Umar bin Khattab setelah bertemu Rasulullah, beliau pulang. Beliau mendapati istrinya sedang tidur, kemudian membangunkannya dan ingin mengumpulinya.
Sang istri berkata : “aku sudah tidur”. Dalam artian sudah ga boleh jima'.
Sayyidina Umar berkata : “engkau belum tidur.” Akhirnya beliau mengumpuli istrinya.
Kemudian pagi harinya Sayyidina Umar mengabarkan kejadian itu kepada Rasulullah, dan akhirnya turunlah firman Allah yang memperbolehkan mengumpuli istri dimalam hari, QS. Al-Baqarah 187.
6. Ada juga kejadian seorang sahabat bernama Qois bin Shirmah, seharian bekerja, pas waktu buka tanya istrinya ada makanan atau tidak, istrinya menjawab ga ada, kemudian sang istri pergi mencari makan.
Setelah kembali ternyata suaminya ketiduran. Akhirnya sudah gaboleh makan. Besoknya bekerja lagi akhirnya siang² pingsan.
Kemudian diberitahukan kepada Rasulullah dan akhirnya turun QS. Al-Baqarah ayat 187 yang boleh makan minum sampai sebelum fajar shadiq.
7. Puasa Ramadhan disyariatkan pada tahun 2 H.
Diringkas dari Fiqhus Shiyam karya Dr. Hasan Hitou
Sumber FB Ustadz : M Syihabuddin Dimyati