Hukum Berpuasa bagi Pekerja Berat
✏️ Abdurrahman Bin Farid Al Mutohhar
Bagi pekerja berat seperti kuli bangunan, nelayan, pembajak tanah, tukang becak dll, tetap diwajibkan untuk berpuasa dan tidak diperbolehkan bagi mereka untuk tidak berpuasa atau membatalkan puasanya dengan tanpa udzur syari’at
Namun diperbolehkan bagi pekerja berat untuk membatalkan puasanya (berbuka sebelum waktunya) jika terpenuhi 6 syarat berikut ini:
1. Pekerjaan berat yang dilakukan tidak bisa diundur hingga bulan syawwal
2. Pekerjaan tersebut tidak bisa dilakukan dimalam hari karena adanya halangan
3. Jika dipaksa berpuasa akan memunculkan kesulitan atau keberatan yang ditolerir menurut kebiasaannya, dan hal tersebut bisa di tolerir jika dipaksa puasa dapat memberatkan dia dengan sekiranya diperbolehkan baginya untuk tayammum (contoh, dipaksa puasa akhirnya sakit berat yang menyebabkan diperbolehkannya untuk tayammum) atau diperbolehkannya untuk sholat duduk dalam sholat fardhu
4. Tetap diwajibkan untuk niat dimalam hari dan dipagi harinya tetap menjalankan puasa, maka tidak diperbolehkan untuk berbuka kecuali jika mendapatkan udzur (jika benar-benar tidak kuat jika dilanjutkan puasanya maka boleh berbuka)
5. Berniat untuk mencari keringanan hukum (dispensasi syari’at) saat berbuka, untuk membedakan antara berbuka yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan
6. Tidak boleh menyalah gunakan keringanan syariat, yang artinya dia gunakan pekerjaan beratnya sebagai tujuan dalam tidak berpuasa atau membebani dirinya diluar batas kemampuannya hanya untuk mendapatlan keringanan hukum syari’at dalam diperbolehkannya berbuka puasa, jika demikian maka tidak diperbolehkan, sama seperti musafir (orang yang bepergian) yang bertujuan murni dalam bepergiannya untuk mendapatkan keringanan hukum agar diperbolehkan untuk berbuka
Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka diperbolehkan untuk membatalkan puasanya atau berbuka sebelum waktunya,
Namun Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka berdosa baginya untuk berbuka puasa meskipun diganti dihari-hari selain bulan romadhon dan wajib untuk diberi tahu akan hukum yang sesungguhnya,
Ada riwayat bahwasanya Nabi Muhammad mengatakan : “Barangsiapa yang berbuka puasa tanpa adanya udzur maka tidak mencukupi baginya meskipun diganti dengan puasa sepanjang tahun”.
Referensi :
Bughyatul Mustarsyidiin Hal 743-744 juz 1
(مسألة)
لا يجوز الفطر لنحو الحصاد وجذاذ النخل والحراث إلا إن اجتمعت فيه الشروط. وحاصلها كما يعلم من كلامهم ستة : أن لا يمكن تأخير العمل إلى شوّال ، وأن يتعذر العمل ليلاً ، أو لم يغنه ذلك فيؤدي إلى تلفه أو نقصه نقصاً لا يتغابن به ، وأن يشق عليه الصوم مشقة لا تحتمل عادة بأن تبيح التيمم أو الجلوس في الفرض خلافاً لابن حجر ، وأن ينوي ليلاً ويصحب صائماً فلا يفطر إلا عند وجود العذر ، وأن ينوي الترخص بالفطر ليمتاز الفطر المباح عن غيره ، كمريض أراد الفطر للمرض فلا بد أن ينوي بفطره الرخصة أيضاً ، وأن لا يقصد ذلك العمل وتكليف نفسه لمحض الترخص بالفطر وإلا امتنع ، كمسافر قصد بسفره مجرد الرخصة ، فحيث وجدت هذه الشروط أبيح الفطر ، سواء كان لنفسه أو لغيره وإن لم يتعين ووجد غيره ، وإن فقد شرط أثم إثماً عظيماً ووجب نهيه وتعزيره لما ورد أن : (من أفطر يوماً من رمضان بغير عذر لم يغنه عنه صوم الدهر)
Sumber FB Ustadz : Amang Muthohar