Beriman Kepada Takdir Buruk
Oleh Ustadz : Rahmat Taufik Tambusai
Dulu sewaktu kecil saya memahami bahwa orang yang soleh, rajin sholat, puasa, sedekah dan ulama itu tidak akan ditimpa sakit dan kesusahan, karena mereka dekat dengan Allah, pasti Allah sayang kepada mereka, dan sampai saya berpikir, jika ada orang soleh atau ustadz sakit, berarti ia tidak ikhlas beribadah. Dengan berjalannya waktu pemahaman demikian berubah karena bertambahnya usia.
Ternyata di tengah umat islam masih banyak yang memilki pemahaman seperti di atas, mengganggap ketika dirinya sudah rajin sholat dan ibadah yang lainnya, maka hidupnya mudah, rizkinya lancar dan tidak ditimpa sakit.
Padahal faktor seseorang sehat atau sakit bukan hanya karena ibadah atau tidak ibadah, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor pola makan dan pola hidup.
Ada yang rajin ibadah tetapi tidak pakai makan atau bergadang tanpa tidur, maka fisiknya akan lemah, karena nabi sendiri ahli ibadah tetapi hak fisiknya tetap dipenuhi dan diberikan. Begitu juga berkaitan dengan lancar tidaknya rizki, bukan hanya berkaitan dengan ibadah tetapi juga pola hidup, jika bermalas malasan, dan tidak mau menambah ilmu dan wawasan maka tidak akan mampu juga mendongkrak kualitas diri dan ekonomi.
Sama halnya, ketika ada orang yang sakit parah, ada sebagian kita memahami, bahwa sakitnya tersebut merupakan azab akibat dosa yang pernah dilakukan, padahal penyebab sakit bukan hanya disebabkan oleh dosa, bisa jadi akibat pola hidup dan pola makan, atau bisa jadi ujian dari Allah, bukan karena dosa, pola hidup dan makan, tetapi Allah ingin mengangkat derajatnya di sisi Allah.
Di antara faktor masih berlaku pemahaman diatas :
1. Tidak mempelajari sejarah para nabi secara cermat, bukankah nabi juga mengalami sakit, padahal seorang yang paling mulia di sisi Allah, tetapi tetap diberi sakit, sakit yang diderita nabi bukan karena dosanya, nabi itu maksum, bisa jadi sebagai pelajaran bagi umatnya bahwa nabi juga manusia, dengan demikian nabi bisa mengajarkan umatnya tetap berobat, tidak boleh berputus asa.
Nabi juga mengalami masa sulit dalam mendakwahkan ajaran islam, dimusuhi dan diperangi, sebagai bukti bahwa sunnatullah berlaku kepada setiap hambanya. Sakit, sehat, mudah, susah, senang dan sedih bagian dari sunnatullah.
2. Tidak memahami rukun iman dengan baik, terutama iman kepada takdir baik dan buruk datangnya dari Allah, artinya dari awal Allah telah menegaskan apapun kedudukan hambanya di sisi Allah, akan diberi takdir buruk, berupa sakit, kesusahan dan kesulitan, agar hambanya jangan merasa telah baik dan suci dihadapan manusia. Takdir buruk pada hakikatnya baik di sisi Allah agar hambanya tetap ingat kepada Allah dan menjaganya dari sifat yang tidak baik, sebagai contoh, coba bayangkan seorang ahli ibadah tidak pernah sakit sedikit pun maka akan melahirkan sifat sombong dengan ibadahnya.
3. Tidak sampai kepadanya hadits dan ayat berkaitan ujian dan cobaan dari Allah, sakit dan sulit merupakan diantara cara Allah mengetes keimanan dan ketakwaan umatnya, apakah betul - betul beriman atau hanya manis di mulut saja, dengan ujian dan cobaan tersebut Allah ingin menaikkan derajat hambanya.
Para pelaku hijrah yang kita jumpai pernah bercerita semenjak hijrah dan bertaubat banyak ujian dan cobaan yang dialaminya, yang dulu ekonomi lancar, semenjak hijrah usahanya bangkrut, dulu semua orang mendekat, semenjak hijrah satu persatu mulai menjauhi, dan dulu sebelum hijrah bergadang bermalam - malam badan tetap sehat tetapi semenjak bertaubat, badan terasa sakit dan lemah.
Apapun yang dialami seorang hamba baik yang buruk sekalipun merupakan bagian iman kepada Allah, bahwa Allah yang berkuasa terhadap hambanya, jangan pernah merasa lebih karena ibadah yang telah dilakukan.
Kesimpulannya, apapun kedudukan kita di sisi Allah, akan melewati yang namanya takdir buruk, dan tujuan takdir buruk, Allah ciptakan tak lain tak bukan untuk kebaikan hambanya, agar hambanya sadar bahwa ada suatu kekuatan di atas kekuatan dirinya.
Dalu - dalu, Selasa 16 Januari 2024
Yuk umroh yang minat hubungi kami AZKIA GROUP #PembimbingBersertifikat
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa