Mana Dalilnya?
Oleh : Rahmat Taufik Tambusai
Pertanyaan mana dalilnya sebagai bukti bahwa orang yang bertanya termasuk awam masih ditingkat penuntut ilmu, jika sudah setaraf di atas penuntut ilmu, maka dia akan mencari sendiri dengan ilmu yang dipunyainya.
Orang yang selalu mempertanyakan dalil adalah orang yang tidak hapal dalil, sebagai bukti, apakah mereka yang selalu bertanya mana dalilnya hapal ayat dan hadits berkaitan sholat dari takbir sampai salam, kita yakin mereka tidak hapal, termasuk kita juga tidak hapal.
Pertanyaan mana dalilnya merupakan pertanyaan dari orang awam kepada orang alim tujuannya untuk menambah ilmu, tetapi hari ini yang terjadi pertanyaan ini untuk menyudutkan ulama seolah - olah amalan mereka tidak punya dalil.
Orang yang selalu mempertanyakan dalil, sesungguhnya menginginkan dalil yang sesuai dengan doktrin yang telah mereka pelajari, sebagai bukti ketika ditunjukkan dalil diluar pemahaman mereka maka tidak akan diterima, karena dalil kebenaran hanya milik mereka, sedangkan pertanyaan mana dalil hanya untuk mendoktrin orang awam, agar ikut paham mereka.
Mereka yang selalu mempertanyakan mana dalilnya, mengganggap sumber dalil itu hanya dua ; Al Quran dan Sunnah, sesuai dengan doktrin yang mereka terima, berbeda dengan pemahaman mayoritas ulama, bahwa sumber dalil yang disepakati ada empat ; Al Quran, Sunnah, Ijma' dan Qiyas, adapun yang tidak disepakati ada enam.
Golongan yang selalu mempertanyakan mana dalilnya pada zaman sekarang, mereka yang mengaku sebagai salafi, dulu nama mereka wahhabi.
Apakah mereka yang selalu mempertanyakan mana dalilnya memiliki pemahaman yang baik terhadap dalil itu sendiri, ternyata tidak, buktinya pemahaman mereka jauh dari pemahaman mayoritas ulama, tidak sejalan dengan salafus soleh yang hidup di tiga abad pertama.
Orang yang selalu bertanya mana dalilnya hakikatnya mereka miskin dalil, karena yang mereka tanyakan ada di dalam kitab para ulama, karena kurang berguru dan membaca sehingga tidak tau, orang yang sedikit tau sama dengan miskin ilmu, dan ilmu itu berupa dalil - dalil.
Dalil dalam pandangan mereka adalah berupa doktrin - doktrin gurunya, ketika ditanya balik, tunjukkan dalilmu, maka dia akan mengatakan ada sama guruku, artinya dalil mereka adalah gurunya.
Peminta dalil orang - orang fanatik, sebagai bukti ketika disodorkan dalil, mereka akan tetap menolak karena tidak sesuai dengan yang didoktrin, bahwa kebenaran dalil hanya milik ulama mereka, ketika dijelaskan dalil yang mereka gunakan sesuai dengan pemaham mayoritas ulama, mereka tolak karena tidak sesuai dengan manhaj kelompoknya.
Mereka yang suka mempertanyakan dalilnya mana, sesama mereka saling tahzir, karena standar dalil antara satu kelompok dengan kelompok lain tidak sama, beda syekh maka beda pemahaman, karena mereka tetap berpatokan kepada syekhnya, bukan kepada ilmu tentang dalil itu sendiri, sebagai buktinya nyata, apakah pernah terlihat ustad mereka mengisi di masjid dimana ustad tersebut ditahzir, padahal sama - sama satu manhaj salafi wahhabi ?
Ciri khas peminta dalil memahami dalil menggunakan akalnya sehingga menjadi akal akalan, sebagai contoh ; rukun wudhu hanya dua, taik kucing tidak najis, buaya halal dll, akibat tidak mengikuti metode mayoritas ulama dalam memahami dalil dan penjelasannya.
Dan para peminta dalil, guru mereka tidak hafiz dan muhaddist, karena tidak hapal makanya bertanya - tanya tetapi sok tau, beda dengan ulama aswaja dalil dalam otak dan hati mereka, jadi tidak perlu lagi bertanya, tinggal tuangkan dan jabarkan dalam kitab mereka, tinggal kita mau membaca atau tidak.
Dalu - dalu, Kamis 28 Desember 2023
Yuk umroh yang minat hubungi kami AZKIA GROUP #PembimbingBersertifikat
Sumber FB