Dulu ada ulama (ulama Yaman kalah tak keliru) yang secara madzab pemikiran berafiliasi ke Salafi-Syafi'i (akidah Salafi Wahabi tapi fikih pengikut madzhab Syafi'i), dalam sebuah website menulis, bahwa istighosah dengan anbiya' dan auliya' setelah kewafatan mereka tidak ditemukan nash ulama' Syafi'iyah yang membolehkan. Waktu itu saya hanya heran, mengapa ada ulama' tidak se-amanah ilmiyah ini?! Dusta atau memang tidak tahu! Wallahu A'lam.
Kini muncul lagi kitab yang ditulis oleh Ala' Hasan Ismail dengan judul "Mauqif asy-Syafi'iyah al-Muta'akhkhirin min Bida' al-Qubur wa al-Istighotsah" (Posisi ulama' Syafi'iyah periode akhir dari bid'ah kuburan dan istighosah) yang menyebut bahwa istighotsah dengan sholihin yang telah meninggal adalah haram dan syirik akbar (kafir). Saya telah membaca ucapan ulama' Syafi'iyah yang dinukil dan saya tidak menemukan teks (syirik akbar) seperti yang dimaksudkan penulis. Ala' Hasan Ismail juga menyebut bahwa hanya Imam Taqiyuddin as-Subki dan Imam Ibn Hajar al-Haitami yang membolehkan istighosah dan diklaim telah menyendiri dengan kebid'ahannya dari ulama' Syafi'iyah. Keajaiban luar biasa jika 'Ala Hasan Ismail yang Salafi Wahabi ini merasa jauh lebih faham seluk beluk madzhab Syafi'i daripada kedua ulama' besar tersebut yang telah masyhur reputasinya dikalangan ulama' Syafi'iyah.
Uniknya, 'Ala Hasan Ismail menyebutkan nama al-Hafiz Ibn Hajar dalam daftar ulama' yang mensyirikkan istighotsah. Padahal di lain tempat, ada Salafi Wahabi yang terang-terangan menuduh syirik al-Hafiz Ibn Hajar karena telah melakukan istighosah dengan Rasulullah ﷺ. Jadi? Silahkan teruskan sendiri.
Kritik ilmiyah atas pemahaman atau koreksi atas ketergelinciran ulama' lain adalah hal biasa dalam ranah diskusi ilmu. Jika itu masalah khilafiyah yang muktabar maka dengan lapang dada kita harus mengakui khilafiyah tersebut tanpa harus memonopoli kebenaran hanya dalam pihaknya saja. Tapi meninggalkan nilai-nilai kejujuran adalah sikap yang tidak bisa ditoleransi jika itu dilakukan oleh seseorang yang disebut ulama' atau ustadz. Mengapa kejujuran atau amanah ilmiyah dikalangan Salafi Wahabi menjadi sangat mahal?
Saya pribadi berusaha dan senantiasa berlindung kepada Allah dari menisbatkan sesuatu yang tidak dilakukan atau diucapkan oleh seseorang, termasuk ikhwah Salafi Wahabi.
Sumber FB Ustadz : Hidayat Nur
Nggak heran sih, namanya juga wahabi. Mereka minoritas yang sering syadz, jadi kalau mau mengesankan dirinya didukung banyak ulama, maka harus pakai kedustaan.
Ustadz Abdul Wahab Ahmad