ITSBAT SIFAT ALLAH
- Dalam pembahasan akidah, saya memilih Itsbat. Itu manhaj Salaf, tidak seperti Asya'irah atau yang lainnya.
+ Apanya yang diitsbat?
- Itsbat sifat tentu saja.
+ Kalau demikian justru itu adalah akidah Asya'irah seluruhnya. Dalam ajaran Asya'irah seluruh sifat yang warid secara sahih wajib diitsbat. Jangankan di kitab-kitab besarnya, di kitab akidatul awam untuk anak SD pun sejak awal diajarkan:
وكل ما جاء به الرسول # فحقه التسليم والقبول
"Semua yang dibawa oleh Rasul, maka wajib tunduk dan diterima"
- Tapi Asya'irah mentakwil, itu artinya kan tidak menetapkan sifat?
+ Tidak semua Asya'irah mentakwil. Banyak yang justru tafwidh. Baik tafwidh maupun takwil adalah sama-sama Itsbat sifat.
- Loh kok bisa disebut Itsbat?
+ Karena untuk ditafwidh (dipasrahkan makna spesifiknya), maka perlu itsbat (ditetapkan) keberadaan maknanya terlebih dahulu. Kalau maknanya tidak ada, mana mungkin dipasrahkan? Demikian juga sebelum ditakwil perlu ada makna dahulu. Bila maknanya sejak awal tidak ditetapkan, apanya yang mau ditakwil? Jadi keduanya adalah manhaj Itsbat.
- Tapi Asya'irah menolak sifat uluw dan semacamnya?
+ Kata siapa Asya'irah menolak sifat uluw? Semua Asya'irah menetapkannya. Mereka terbiasa mengatakan Allah Ta'ala, kata Ta'ala menunjukkan uluw. Demikian juga semua membaca "subhana rabbiyal A'la" dalam shalatnya. Itu semua membuktikan penetapan sifat uluw bukan? Seperti banyak orang di masa ini yang termakan hoax buku-buku Taymiyun, anda terjebak pada strawman fallacy di mana anda memikirkan yang buruk-buruk tentang Asya'irah lalu menyerang Asya'irah berdasarkan pikiran buruk yang anda buat sendiri, padahal Asya'irah sama sekali tidak demikian.
- Kalau demikian, berarti Asya'irah menerima bahwa Allah Maha Tinggi di atas segalanya dan Maha Besar melebihi segalanya?
+ Tentu saja, siapa sih muslim yang menolak itu?
- Tapi apa maksud Itsbat/penetapan kedua sifat itu menurut Asya'irah?
+ Tentu saja secara maknawi. Artinya Allah lebih hebat dari segala yang ada, lebih mulia dari apa pun, lebih tinggi derajatnya dari seluruh makhluk. Inilah makna Itsbat kedua sifat itu.
- Kalau itu sih bukan Itsbat, masih kurang.
+ Lalu apa lagi yang diitsbat bila itu masih kurang?
- Ya kemaha besaran dan ketinggian yang hakiki yang layak bagi Allah.
+ Bukankah makna di atas sudah sangat hakiki dan sangat layak bagi Allah? Apa lagi yang kurang menurut anda?
- Ya yang ditetapkan oleh Allah dan Rasulullah sendiri.
+ Bukankah justru makna di atas yang telah ditetapkan sendiri oleh Allah dan Rasulullah serta diimani seluruh kaum muslimin? Apa lagi yang kurang diitsbat menurut anda?
- Tidak, masih kurang...
+ Ya apa lagi yang kurang? Yang belum diitsbat apa lagi menurut anda?
- Eh.. Eh... Eh... Uhuk.. Uhuk...
+ Apa anda mau bilang bahwa yang sebenarnya perlu diitsbat adalah makna jismiyah semisal bahwa Allah punya badan berukuran gede, punya tempat di koordinat tertentu di atas langit sana dan punya batasan fisikal? Bilang saja kalau ini memang manhaj anda, namanya adalah mazhab mujassimah. Semua mujassim mengitsbat makna ini dan bagi mereka seluruh kaum muslimin salah ketika belum sampai mengitsbat makna jismiyah ini.
- Enak saja, saya bukan mujassim. Saya tidak berpikir seperti itu.
+ Bagus kalau demikian. Lalu apa makna yang menurut anda kurang atau tidak diitsbat?
- Eeee... Eeee.... Uhuk... Uhuk.... Saya beli obat batuk dulu akhi.
+ Silakan, semoga lekas sembuh batuknya. Jangan lupa beli juga buku "Kerancuan Akidah Wahabi" agar tidak lagi merasa bahwa akidah mayoritas ulama (Asy'ariyah-Maturidiyah) sebagai akidah yang kurang Itsbat sebab Itsbat sifat Allah yang mereka lakukan sudah lengkap selengkap-lengkapnya, kecuali menurut mujassim tentu saja.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad
9 Mei 2021