SYAIKH ALBANI MUJTAHID MUTLAK?
Walaupun kegigihan Syaikh Albani dalam mengkaji hadits patut diapresiasi, tapi menyebut beliau sebagai mujtahid mutlak (selevel Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal atau mujtahid yang lain) atau menganggap beliau sebagai salah satu huffazh hadits (menghafal 100 ribu hadits beserta sanad) sebagaimana predikat yang diberikan ustadz-ustadz Salafi Wahabi kepada beliau adalah sangat berlebihan dan keterlaluan sekali.
Beliau, untuk menuju level Imam Jalaluddin as-Suyuthi saja masih sangat jauh. Ingat, Imam Jalaluddin as-Suyuthi pernah mengaku sebagai mujtahid mutlak (muntasib) tapi ditolak oleh banyak ulama', walaupun beliau sendiri seorang hafizh hadits yang hebat dan alim yang mutafannin (menguasai banyak cabang ilmu ke-Islaman) serta mapan dan mutabahhir dalam setiap fan yang dikuasainya.
Sementara Syaikh Albani, tanpa bermaksud merendahkan, beliau hanya konsentrasi dibidang hadits dan lemah dalam bidang lain, khususnya perangkat ijtihad, termasuk usul fikih. Hal itu bisa dibaca saat beliau berdebat dengan Syaikh Muhammad Sai'd Ramadhan al-Buthi tentang hukum bermadzhab. Belum lagi beberapa pendapat beliau yang menyelisihi ijma' ulama' yang menunjukkan bahwa beliau lemah dalam hal ijtihad. Dalam ilmu hadits, beliau juga tidak terbilang wow sekali (level pakar hadits kenamaan) dan bahkan penilaian hadits beliau juga sering berbeda dengan penilaiannya sendiri (tanaqudh) serta kerap menyelisihi kaidah yang disepakati jumhur ulama, baik salaf atau kholaf.
Mungkin penilaian diatas sama lebay-nya dengan penilaian sebagian kawan Salafi Wahabi bahwa Ustadz Firanda Andirja dalam keilmuan Islam sudah mencapai level mujtahid tarjih yang berkemampuan dan memiliki otoritas mentarjih aqwal ulama' atau imam-imam madzhab.
Sumber FB Ustadz : Hidayat Nur