Ilmu dan Barakah
Sebagian orang berkata bahwa dirinya tidak mencari ilmu tapi mencari barakah sebab orang yang berilmu ada banyak sedangkan orang yang mendapat barakah hanya sedikit. Biasanya yang berkata begitu juga mencela ahli ilmu dengan memberi contoh perbuatan buruk sebagian ahli ilmu, misalnya dengan berkata bahwa banyak orang alim tapi korupsi, tapi bermaksiat, tapi berakhlak buruk dan sebagainya.
Hmmm... Biasanya, yang berbicara begitu adalah orang yang tidak berilmu, jelasnya begitu seperti pengakuannya sendiri. Soal barakah apakah dia betul mendapatkannya atau tidak, itu hal yang sulit diukur. Yang justru mudah diukur adalah kadarnya dalam meremehkan ilmu.
Yang jelas, jalan mencari ilmu merupakan jalan raya bagi keberkahan di dunia dan akhirat. Siapa yang melewati jalan pencarian ilmu, maka Allah mempermudah jalannya menuju surga, sabda Rasulullah (HR. Muslim). Jadi, bila seseorang mencari ilmu, maka sudah pasti dia akan mendapat barakah. Dan barakah ilmu relatif mudah diukur sebab kemanfaatan ilmu adalah sesuatu yang terang benderang hingga posisi orang berilmu dalam al-Qur’an di tempatkan di tempat ketiga setelah Allah dan para Malaikat (Ali Imran: 18). Beda jauh antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu (az-Zumar: 9).
Sedangkan barakah yang tanpa ilmu, maka sulit mengukurnya sekarang ini. Sering kali yang ada hanya klaim sepihak bahwa ini barakah dan itu barakah atau klaim bahwa ilmunya yang sedikit tapi barakah sedangkan ilmu orang lain ada banyak tapi tidak barakah atau klaim bahwa gurunya sendiri mempunyai barakah melebihi guru orang lain atau tempatnya belajar memberikan barakah yang lebih melimpah melebihi tempat lain. Bagaimana cara mengukur klaim barakah itu? Tidak ada yang tahu kecuali Allah sehingga tidak jelas bagi kita. Yang jelas hanya satu, yakni fakta bahwa dia mengklaim mendapat barakah lebih banyak meskipun dia mengaku tidak punya banyak ilmu.
Saya kira klaim semacam itu tidak tepat sebab justru menghambat datangnya ilmu. Ilmu tidak akan datang pada orang yang ucapannya meremehkan ilmu, catat ini.
Seharusnya seorang thalib berkata bahwa dirinya mencari ilmu agar mendapat barakah, bukan berkata bahwa dia tidak mencari ilmu lalu mencela ahli ilmu dengan dalih hanya mencari barakah. Barakah tentu perlu dicari, akhlak juga perlu dicari, tapi jangan sambil mencela dan meremehkan ilmu, seperti kebiasaan beberapa orang tidak berilmu yang kebetulan punya panggung.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad