Syaikh Ibnu Utsaimin VS Syaikh Al Bani mengenai hadist Jariyah
Menurut Syaikh Ibnu Utsaimin, berdasarkan hadist Jariyah. Menunjukkan bahwasanya Allah memiliki tempat dan Allah diatas langit. Sebagaimana ketika nabi bertanya kepada budak: dimana Allah? Dan ia menjawab: diatas langit.
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata:
وفي حديث الجارية من صفة الله: ﺇثبات المكان لله وﺃنه في السماء
Artinya: Dan didalam hadist Jariyah: Merupakan penetapan tempat kepada Allah dan sesungguhnya Allah diatas langit.
[Majmu' Fatawa Libni Utsaimin: 4/287]
Sedangkan menurut Syaikh Al Bani, bahwasanya hadist Jariyah itu, nabi tidak mempersoalkan tempat nya Allah atau kedudukan tempat Allah (Makaanah - المكانة). Dan jawaban yang tegas dari syaikh Al Bani adalah hadist Jariyah tidak menunjukkan Allah bertempat melainkan Allah ada tanpa tempat.
Syaikh Albani berkata:
السٶال: حديث الجارية: ﺃين الله؟ قالت في السماء. هل هو جوب عن فرضية مكان ﺃو فرضية مكانة؟
الجواب: ليس هذا ولا هذا اي ﺃن الجواب ليس عن سٶال مكانة ولا عن مكان. ﺃما ﺃنه ليس سٶالا عن المكانة فلان مكانة الله المعنوية معروفة لذي كل المسلمين بل حتی الكافرين. ﺃما ﺃنه ليس سٶالا عن المكان فذلك ﻷن الله عز وجل ليس له مكان. ... لكن نقول: ان الله منزه عن المكان باتفاق جميع علماء اﻹسلام. لماذا؟ ﻷن الله كان ولا شيئ معه، وهذا معروف في الحديث الذي في صحيح البخاري عن عمران بن حصين: كان الله ولا شيئ معه. ولا شك ﺃن المكان هو شيئ. اي: هو شيئ وجد بعد ان لم يكن. وﺇذا قال الرسول: كان الله ولا شيئ معه. معناه: كان ولا مكان له، ﻷنه هو الغني عن العالمين، هذه الحقيقة متفق عليها.
Artinya: Soal: Hadist Jariyah: Dimana Allah? Budak menjawab: Diatas langit. Apakah ia merupakan jawaban dari wajib menetapkan tempat atau menetapkan sifat tempat (makanaah).
Jawab: hadist itu bukanlah tentang ini (tentang tempat) dan juga bukan ini (kedudukan tempat). Dan jawabannya bukanlah sebuah jawaban dari pertanyaan kedudukan tempat dan juga bukan dari tempat. Adapun sesungguhnya bukanlah dari jawaban kedudukan tempat, karena kedudukan tempat nya Allah yang maknawi, itu sudah makruf (diketahui) bagi semua orang Islam bahkan sampai orang orang kafir.
Dan adapun bukanlah jawaban pertanyaan mengenai tempat. Karena, Allah Azza Wa Jalla tidak memiliki tempat (tidak bertempat). Tetapi, kami berkata: Sesungguhnya Allah suci dari tempat dengan kesepakatan ulama Islam. Kenapa begitu?
Karena, Allah sudah ada dan tidak ada sesuatu yang membersamainya. Ini sudah makruf didalam hadist yang ada didalam sahihnya imam Al Bukhari dari Imran bin Hushain: Allah ada dan tidak ada sesuatu yang membersamainya. Dan tidak diragukan lagi bahwa tempat adalah sesuatu. Artinya: tempat merupakan sesuatu yang ada setelah ketiadaannya. Ketika Rasul berkata: Allah ada dan tidak ada sesuatu yang membersamainya. Maknanya adalah Allah ada dan tanpa tempat, sesungguhnya Allah maha kaya dari seluruh alam. Inilah makna hakiki yang telah disepakati atasnya.
[Fatawa Al Bani: 239]
Jadi, bagi para Wahhabi maka mulai dari sekarang tentukan pilihan kalian sendiri mengenai fatwa ulama kalian diatas.
Kalau soal akidah, Syaikh Al-Albani ini wahabi paling cerdas. Nyelenehnya hanya soal fikih dan beberapa penilaiannya terhadap hadis, dan itu hanya masalah kecil. Rahimahullah.
by Ustadz : Abdul Wahab Ahmad
Sumber Facebook : ID Cyber Aswaja