RUMUS PAHALA DAN DOSA
Menurut ulama' omongan hati ada lima tingkatan:
Pertama, lintasan yang ada dalam hati disebut dengan Hajiz (الهاجس).
Kedua, ketika lintasan hati tersebut berlanjut, maka disebut Khathir (الخاطر).
Ketiga, keraguan antara mengerjakan atau meninggalkan disebut dengan Haditsun Nafsi (حديث النفس).
Keempat, berniat menyengaja mengerjakan seseorang disebut dengan Hamm ( ّالهم).
Kelima, tekat kuat untuk mengerjakan sesuatu disebut 'Azm (العزم).
Untuk yang pertama, ulama' ijma' tidak kena khitab hukum karena itu di luar kendali seseorang.
Untuk yang kedua dan ketiga, ketika berkaitan dengan hal baik tidak mendapatkan pahala karena tidak adanya niat atau qashd. Ketika berkaitan dengan maksiat juga tidak mendapatkan dosa selagi tidak dikerjakan atau dikatakan. Rasulullah bersabda
إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي مَا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا مَا لَمْ تَعْمَلْ أَوْ تَتَكَلَّمْ
"Sesungguhnya Allah memaafkan apa yang dikatakan oleh hati mereka, selama tidak melakukan atau pun mengungkapnya" (HR. Bukhari)
Adapun yang keempat yaitu Hamm ( ّالهم), ketika berkaitan dengan kebaikan, maka dihitung pahala satu meski tidak dikerjakan. Namun jika berkaitan dengan maksiat, maka tidak dianggap dosa bahkan ketika tidak dikerjakan akan mendapatkan pahala.
Sedangkan yang kelima yaitu 'azm (العزم), menurut ulama' ahli tahqiq sudah berkaitan dengan dosa dan pahala. Meski menurut Ibnu Razin, 'azm untuk melakukan dosa besar meskipun berdosa tapi tidak sebesar dosa besar yang di'azami tersebut.
Di atas adalah rumus pahala dan dosa untuk omongan yang ada dalam hati. Sedangkan ketika sudah menjadi tindakan dan ucapan, maka ada rumus tersendiri seperti yang dijelaskan dalam hadits ke-11 yang ada dalam kitab Riyadhus Salihin yang Insya Allah akan dibahas besok pagi di masjid Baiturrozaq Citralandsby .
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahid Alfaizin