Membaca Surat/Ayat Dalam Sholat
1. Sholat Berjamaah
Untuk sholat berjamaah maka bacalah ayat/surat yang ringan-ringan saja artinya surat-surat pendek lebih baik membaca satu buah surat utuh seperti juz amma (juz 30).
Bacalah ayat/surat yang sudah hafal juga oleh para jemaah karena banyak kelebihannya diantaranya andai imam terlupa makmum bisa mengingatkan, bisa juga sambil memperbaiki bacaan makmum, serta lebih khusuk dan tenang karena makmum dapat menyimak.
Mungkin kita pernah baca riwayat sahabat yang ditegur Nabi karena membaca ayat terlalu panjang dalam sholat berjamaah, hal ini juga dilaporkan kepada Nabi SAW kemudian beliau menasehatinya.
2. Sholat Sendirian
Dalam hal ini kita boleh membaca ayat/surat apa saja, mau surat-surat panjang atau pendek silahkan, baik sholat wajib maupun sholat sunnah. Karena dalam hal ini tidak ada yang akan kita tenggang. Mau sampai pagi menjelang subuh kita berdiri dalam sholat silahkan.
Akan tetapi untuk sholat sunah ini lebih baik, karena dalam sholat wajib kita dianjurkan berjamaah ke masjid, mushalla atau surau atau juga bisa di rumah bersama keluarga jika memang ada halangan ikut jemaah ke masjid, seperti hujan lebat, badan kurang sehat dll.
Kenapa lebih utama membaca satu buah surat utuh dibandingkan dengan surat/ayat panjang? diantara alasannya agar lebih selamat karena kita tidak tahu bisa jadi kita berhenti apa ayat yang kurang pas. Belum saatnya kita waqaf (berhenti) namun karena ketidak tahuan kita sudah waqaf, waallahu a'lam.
Dalil ini ditulis Imam Ibnu Hajar al-Asqlani pada bab sholat jemaah dan jadi Imam pada kitab Bulughul Maram hal 89-90.
Ada riwayat dari sahabat Jabir bin Abdullah RA berkata : Muaz sholat isya berjamaah bersama kaumnya, dalam sholat itu ia panjangkan sholatnya. Nabi SAW berkata : Wahai Muaz apakah engkau mau menyiksa orang (menyusahkan orang lain lantaran panjangnya bacaan surat dalam sholat) jika engkau menjadi imam, maka bacalah wa asy-syams, wa adhuha, sabbih isma rabbika al-a'la, iqra' bi ismi rabbika, dan wal al- lail idza yaghsya (HR. Muttafaqun Alaihi).
Keterangan lebih detail bisa dilihat ke dalam kitab-kitab Fiqih, karena ada penjelasan para ulama di dalamnya, saya hanya mengambil kesimpulannya saja. Yang lebih penting lagi untuk diingat kita sedang sholat (ibadah) bukan sedang berlomba mencari penilaian orang lain.
Sumber FB Ustadz : Pardi Syahri