Obat Busuk Hati?
Oleh Ustadz : Rahmat Taufik Tambusai
Suatu hari saya pernah diingatkan oleh seorang bapak, dan beliau telah meninggal dunia - semoga Allah mengampuni dosanya - beliau menyampaikan kepada saya pada waktu itu : Ji, jangan dekat - dekat dengan sifulan, sifulan dan sifulan, dan disebutkannya nama beberapa orang satu persatu.
Lantas saya bertanya, kenapa begitu pak? lalu dijawabnya dengan singkat : mereka busuk hati.
Busuk hati seperti apa pak? Kataku, lalu dijawabnya ; kalau didepan haji, mereka bicaranya baik tetapi kalau sudah dibelakang haji, mereka memburuk - burukkan haji.
Seketika terbayang wajah - wajah mereka yang disebutkan, padahal selama ini interaksi kami baik, normal, dan tidak ada masalah.
Tetapi saya tidak terkejut, biasa aja, karena pertama, nabi muhammad yang dikenal baik dari kecil sampai umur 40 tahun, tetap ada yang tidak suka kepadanya, apalagi kita yang penuh kekurangan dan kesalahan.
Dan yang kedua, dari awal hati saya sudah berfirasat tidak baik kepada mereka, tetapi sebagai muslim kita harus tetap berbaik sangka kepada sesama muslim.
Dalam hati ini kayaknya ada sesuatu seperti sensor, setiap melihat wajah orang lain, secara otomatis memberikan sinyal karakter setiap orang yang dijumpai, seperti mbah dukun aja hehehe
Kemudian saya katakan: terimakasih pak atas masukannya, dan saya tidak banyak menimpali cerita beliau, cuma sebagai pendengar yang baik saja.
Dan diantara penjelasan bapak tersebut tentang busuk hati adalah berikut ini ;
1. Sengaja meminta orang lain untuk tampil sebagai imam sholat dengan tujuan setelah orang tersebut tampil, maka terlihat kekurangannya, kemudian dia akan menceritakannya kesana kemari untuk menyampaikan kekurangan orang tersebut, dan dia tahu orang tersebut masih banyak kekurangannya, tetapi didepan kita diberinya motivasi.
2. Sengaja mendorong orang lain untuk mengisi pengajian, dengan tujuan mencari kekurangannya pada saat menyampaikan ceramahnya, kemudian dia akan menceritakan kepada orang lain, untuk merendahkannya.
3. Sengaja berpura - pura bertanya dengan tujuan membenturkan pendapat kita dengan pendapat yang lain, kemudian dia sampaikan kepada yang lain kalau pendapat kita tidak bagus dan tidak pas, dan mengatakan ilmu sifulan masih jauh dan masih rendah dll
4. Sengaja diajaknya kita diskusi, dengan tujuan melihat pola pemikiran kita, jika ada yang berbeda dengan pola pemikirannya, maka dia tambah - tambahkan untuk menjelek - jelekkan kita dihadapan yang lainnya.
5. Sengaja menfitnah dengan sesuatu yang tidak pernah kita lakukan, dengan tujuan agar dia dianggap lebih hebat dari pada kita, dan masyarakat menjadi tidak simpati dan antipati kepada kita.
6. Menganggap kita sebagai saingan, karena takut pengaruhnya berkurang dan pudar dimata kawan - kawannya, maka dibuatnya cerita untuk memojokkan kita.
7. Tidak mau mengakui kelebihan orang lain, jika dihadapan kita dipujinya kita, tetapi jika dibelakang kita, dia akan merendahkan dan menyebutkan kekurangan kita.
8. Sengaja menggagalkan orang lain untuk tidak tampil dan maju, walaupun sepintas dia tidak kelihatan untuk menggagalkannya, tetapi dengan bahasa yang halus disampaikannya kepada pendukungnya.
9. Memuji dengan diselingi dengan kata -tetapi -, dan antara pujian dengan -tetapi- lebih panjang lebar tetapinya, tujuannya untuk menjatuhkan orang tersebut dengan cara halus, sebagai contoh memang dia sekolahnya tinggi tetapi bla bla bla ....
10. Selalu berburuk sangka dengan kegiatan orang lain, walaupun yang dibuat sesuatu yang jelas baik di mata orang banyak, tetapi tetap dicarinya alasan untuk memburuki dan menjelekkannya.
11. Kesalahan sedikit dibesar besarkan, disebarkan dan mengajak orang lain untuk benci dan antpati.
Sambil mendengar penjelasan bapak tersebut, saya pun merenung, diantara poin - poin yang disampaikannya, ada juga yang menyangkut dan terbesit di dalam hati, berarti busuk juga hati ini, gumam saya dalam hati.
Selanjutnya terbayang ekspresi wajah orang - orang yang menceritakan dibelakang kita dengan ekspresi menjijikkan, dan terasa tidak enak di hati, seandainya kita mendengarkan secara langsung yang mereka ceritakan, mungkin lebih tidak enak lagi.
Disinilah saya berpikir, diantara cara ampuh untuk mengobati busuk hati, membayangkan betapa buruknya seandainya orang yang kita buruki tahu kita memburukinya, dan membayangkan ekspresi wajah kita pada saat menceritakannya.
Dengan tidak enaknya yang kita rasakan, membayangi orang lain memburukkan kita dibelakang kita, maka dengan itu pula tertahan hati kita untuk melakukan perbuatan yang sama.
Dalam keadaan saya melamun, terdengar suara bapat tersebut agak keras mengatakan, sehingga membuyarkan lamunan saya ;
Ji, dikampung kita ini banyak orang yang seperti itu dan mungkin ditempat yang lain juga sama, maka haji harus waspada, pada saat bersama mereka jangan terlalu akrab dan jangan terlalu banyak cerita.
Kemudian saya mengangguk kepala tanda membenarkan ucapannya, dan bapak tersebut sambil berlalu pergi mengatakan ; sudah lama ingin ku sampaikan kepada haji, tetapi ini baru kita jumpa, diselingi ketawanya yang khas.
Sejak kejadian dialog tersebut, saya menjadi terkontrol untuk tidak memburuki orang lain, sebab teringat terus pesan bapat tersebut, karena tidak enak rasanya kalau kita bayangkan orang lain sedang memburuki kita dibelakang kita.
Walaupun kadang terlintas juga dalam hati, namanya juga manusia tetapi dibiarkan saja terpenjara di dalam hati dan tidak diucapkan dengan lisan serta tidak ditunjukkan dengan tindakan.
Untuk mendeteksi apakah kita busuk hati atau tidak, sangat mudah, jika ada rasa ingin menjatuhkan orang lain, memojokkan orang lain, merendahkan orang lain, meremehkan orang lain, dan membulli orang lain, maka itu pertanda busuknya hati.
Dan diantara obat untuk busuk hati adalah dengan cara mengisi hati kita dengan perbanyak zikir dan sholawat, disamping itu membayangkan orang lain sedang memburukkan kita dibelakang kita.
Pasti kita merasa jijik dibuatnya, maka orang lain juga merasa jijik dengan perilaku yang sama.
Bagaimana sikap kita, ketika kita mendapatkan informasi bahwa kita diburuki oleh seseorang dibelakang kita.
Slow dan santai saja, karena kita memang buruk, penuh kekurangan dan kesalahan, sambil kita memperbaiki diri.
Emosi saat itu biasa tanda kita manusia, kemudian obati hati yang panas, dengan ungkapan ; nabi muhammad manusia sempurna tetap diburuki orang lain, apalagi engkau hanya manusia biasa.
Yuk umroh ✈🐪🌙 WA 085375339456
Dalu - dalu, Rabu 17 Maret 2021
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa