Ayat-ayat Tanpa Kesan
Pekerjaan yang sebenarnya berat akan terasa ringan bila bisa dicicil.
Sebagaimana juga turunnya 6.236 ayat Al-Quran, turunnya dicicil seayat demi seayat. Lunas dalam hitungan 23 tahun.
Malah beberapa ayat ada yang sempat diturunkan dua atau tiga kali. Sebagiannya lagi ada yang sempat turun namun kemudian teksnya dihapuskan alias dinasakh.
Yang unik karena turunnya sedikit demi sedikit, sehari-hari selalu saja ada update ayat turun yang terbaru.
Dan karena masih baru turun, pastinya akan mengalami trending topik. Karena setiap ayat yang turun pasti membahas isu-isu terkini dan terhangat.
Bagi para shahabat, setiap ayat yang turun pasti ada memori dan kenangan serta kesan tersendiri.
Mereka lah yang bisa memberi komentar terkait latar belakang turunnya suatu ayat.
Beberapa dari mereka malah menjadi objek pembicaraan di dalam suatu ayat yang turun.
Malah ada satu shahabat yang namanya justru tercantum di dalam Al-Quran, yaitu Zaid.
فَلَمَّا قَضَىٰ زَيْدٌ مِنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا
Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia. (QS. Al-Ahzab : 37)
Suasana kebatinan para shahabat tentu jauh berbeda dengan kita sekarang. Kita ini ujug-ujug langsung bertemu dengan kitab Al-Quran yang tebal, 604 halaman 30 juz.
Nyaris tidak ada ayat yang meninggalkan kesan tertentu, semua seperti sama saja di hadapan kita. Kita tidak punya memori apapun atas turunnya suatu ayat.
Apa yang jadi suasana batin para shahabat atas suatu ayat, di hadapan kita ayat itu tidak ada rasanya. Hambar dan biasa-biasa saja.
Kecuali . . .
Kecuali hari ini kita ikutan masuk ke dalam kajian Sirah Nabawiyah, sambil juga mengikuti berbagai alur kisah kasus demi kasus di masa kenabian, kita telaah penggalan demi penggalan, yang kemudian dikisahkan turun lah suatu ayat di tengah mereka.
Maka kajian Sirah yang berpadu dengan kajian asbabun Nuzul menjadi sangat penting dalam Ilmu Tafsir.
Tanpa itu, ayat demi ayat yang kita baca akan berlalu begitu saja, tanpa kesan apapun. Hambar, tawar tanpa rasa.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat