WISUDA PALING WAH DALAM SEJARAH
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Saat seorang anak menyelesaikan suatu pendidikan baik di lembaga atau kepada seorang ulama, maka biasanya akan diadakan wisuda kelulusan. Dan secara umum dalam wisuda, ada tiga muatan utama.
Yang pertama, si anak akan unjuk kebolehan ilmu yang telah ia kuasai. Kedua, diadakan perayaan kebahagiaan oleh keluarga wisudawan. Dan yang ketiga, guru atau sang ulama dari wisudawan akan dimuliakan.
Bentuk pemuliaan itu adalah dalam bentuk hadiah dan pemberian kepada sang ulama yang telah berjasa mendidik dan membimbing para murid selama ini. Dan ini disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Demikian juga perayaannya sebagai bentuk ungkapan syukur dan kegembiraan tidak harus mewah, namun ulama memandang bahwa bersyukur atas nikmat ilmu adalah hal yang paling pantas untuk dinampakkan dari yang lainnya.
Imam Ahmad misalnya diriwayatkan ketika mewisuda anaknya, beliau tidak suka dibacanya syair-syair, tapi beliau membagi-bagikan buah kelapa kepada hadirin.[1]
Al imam Hasan al Bashri rahimahullah berkata :
كانوا إذا حذق الغلام قبل اليوم نحروا جزوراً، واتخذوا طعاماً.
“Adalah para shahabat Nabi dahulu jika anaknya wisuda, mereka akan menyembelih unta dan dijadikan sebagai jamuan.”[2]
Humaid rahimahullah berkata :
كانوا يستحبون إذا جمع الصبي القرآن أن يذبح الرجل الشاة ويدعو أصحابه
“Para shahabat dahulu mereka menyukai jika anaknya telah selesai menghafal al Qur’an mereka menyembelih kambing dan mengundang teman-teman dalam jamuan.”[3]
Khalifah al Musta’shim billah saat wisuda kelulusannya dari menghafal dan mempelajari al Qur’an dari gurunya Ali bin Nayyar diadakan pesta perayaan yang besar dan kepada sang guru dihadiahkan uang 6000 dinar (24 milyar).[4]
Dan dalam sejarah pernah diadakan sebuah acara wisuda yang mungkin “paling gila” yang pernah ada. Yakni ketika salah satu anak Khalifah Abasiyah menyelesaikan pendidikannya kepada seorang ulama besar di masanya. Yang sampai ahli sejarah ada yang mengatakan :
إنّه لم يُرَ يومٌ مثله سرورا وحُسنا وكثرة نفقة
“Tidak ada hari perayaan yang seperti itu dalam kegembiraan, kemegahan dan banyaknya hadiah-hadiah yang dibagikan.”
Mari kita simak kisahnya :
Adalah Khalifah al Mutawakkil ketika putranya al Mu’taz telah menyelesaikan pendidikannya kepada seorang ulama yang bernama Muhammad bin Imran maka beliau menyelenggarakan acara wisuda besar-besaran.
Tercatat harta yang dikeluarkan untuk dibagi-bagikan saat itu adalah permata-permata indah yang senilai 100.000 dinar (400 milyar), Lalu kepingan perhiasan lainnya yang juga senilai 100.000 dinar dan juga 1.000.000 dirham (80 milyar). Semua harta-harta ini dibagikan untuk orang-orang yang tinggal di lingkungan istana.
Salah satu pegawai istana yang bernama Syafi’ menceritakan tugasnya saat ia membagi-bagikan hadiah di acara tersebut, bahwa yang diberikan kepada sang guru Muhammad bin Imran yang mengajar al Mu’taz adalah sebuah guci dari perak yang berisi 9.500 dinar (38 milyar).
Masyarakat umum di undang ke istana dan dijamu makan selama tiga hari tiga malam dan dalam kurun waktu itu dibagi-bagikan dinar dan dirham.[5]
Wallahu a’lam.
______________
[1] Jami’ li Ulum Imam Ahmad (11/210)
[2] Fash al Khawatim hal. 9
[3] Fash al Khawatim hal. 9
[4] Tarikh al Islami (14/819)
[5] Jalis ash Shalih hal. 466
Sumber Facebook Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq