Wahhabi Itu Beda Jalur
Oleh Ustadz : Rahmat Taufik Tambusai
Kenapa salafi wahhabi selalu berbeda dengan kita aswaja? apa haditsnya yang berbeda ustad ?
Hadits yang dipakai salafi wahhabi dengan hadits yang dipakai ulama aswaja sama, referensinya juga sama tidak ada yang beda, dan sama - sama dari nabi, yang membedakannya cuma satu, jalur pengambilan pemahaman mereka tidak satu jalur dengan ulama aswaja, otomatis akan berbeda dalam memahami hadits tersebut.
Salafi wahhabi mengambil pemahaman hadits melalui jalur Ibnu taimiyah, Muhammad bin Abdulwahhab, Albani, Bin Baz, Usaimin, Sholih Fauzan dll, sedangkan kita aswaja melalui pemahaman Imam syafii, Abu hanifah, Imam Malik, Ahmad bin hanbal, Imam Bukhari, Muslim, Nawawi, Ibnu Hajar Asqolani, Suyuti, malau qori, dan ulama hadits yang lainnya.
Karena jalur pengambilan pemahaman haditsnya yang berbeda, maka akan mengakibatkan berbeda dalam menyimpulkan isi kandungan hadits tersebut.
Maka wajar kita aswaja akan sulit duduk bersama dengan wahhabi, karena mereka membawa pemahaman dari jalur yang berbeda, lalu memaksakan pendapat tersebut kepada kita, jika tidak diikuti maka divonis ahli bidah.
Yang anehnya, salafi wahhabi memakai kitab - kitab Imam nawawi, Ibnu Hajar Asqolani, Imam bukhari, dll tetapi pemahamannya tidak diambil dan diikuti, mereka lebih memilih pemahaman Al Bani, Bin Baz, Usaiman dan Ibnu Abdul wahhab dalam memahami hadits.
Dan lebih anehnya, pemahaman Al Bani, Bin Baz, Usaimin, sholih fausan dll mereka katakan mengikuti pemahaman salafus sholeh yang hidup di tiga abad pertama, sebagai perwakilan tunggal pemahaman salafus sholeh.
Yang menjadi pertanyaannya, bagaimana caranya ulama mereka mengambil pemahaman orang yang hidup di tiga abad pertama sedangkan mereka hidup di akhir zaman, bukankah pemahaman didapati dengan bertatap muka langsung atau melalui mereka yang pernah bertatap muka dengan mereka yang hidup di tiga abad pertama dan dilanjutkan tatap muka oleh murid turun ke murid.
Sedangkan pemahaman aswaja diambil dari ulama yang pernah bertatap muka dengan ulama yang sebelumnya, yang diurut ke atas sampai kepada ulama yang hidup di tiga abad pertama, sebagai contoh Ahmad bin hanbal bertatap muka dengan Imam syafii, Imam syafii bertatap muka dengan Imam Malik, Imam malik bertatap Muka dengan murid Imam abu hanifah dan tabiin yang lainnya, Tabiin bertatap muka dengan sahabat, sahabat langsung mengambil ilmu kepada nabi muhammad.
Oleh sebab itu jangan heran pemahaman salafi wahhabi banyak yang berbeda dengan ulama aswaja dalam memahami hadits nabi, baik dalam bidang fiqih maupun dalam bidang akidah, kalau tasawuf lebih jauh lagi berbeda, tidak diakui mereka bagian dari ajaran islam.
Dari segi kualitas ilmu, pasti berbeda jauh, dari segi hapalan hadits saja tak akan pernah sama, sebagai contoh, Imam Ibnu hajar yang digelar dengan amirul mukminin fil hadits hafal 400. 000.000 hadits, sedangkan Ibnu Abdul wahhab, Bin baz, usaimin tidak disebut dalam deretan para huffaz hadits, dan berapa ribu hadits yang dihapal pun tidak disebutkan.
Banyak sedikitnya hapal hadits menunjukkan kualitas diri ; terutama kegigihan dan ketekunan dalam menuntut ilmu dan kecerdasan otak, yang dituangkan diatas kertas yang berjilid - jilid.
Bagaimana sikap muslim yang cerdas, pasti memilih ulama yang kualitas yang lebih tinggi, tanpa merendahkan ulama yang jauh levelnya dibawah mereka.
Ditambah pemahaman ulama super cerdas ini, didukung oleh ulama super cerdas yang hidup sezaman dengannya dan diikuti ulama super cerdas setelahnya.
Sehingga pemahaman mereka menjadi pemahaman mayoritas ulama sepanjang zaman, apa mungkin mereka sepakat dalam kesesatan ?
Atau mereka yang selalu menuduh ulama aswaja sesat, merekalah sesungguhnya yang sesat dalam menyimpulkan hadits nabi, haditsnya benar tetapi pemahamannya tidak benar.
Agar benar pemahamannya maka ikutilah ulama yang diakui keilmuan dan kegigihannya dalam menuntut ilmu dari satu guru ke guru yang lain, bukan kepada guru yang melarang muridnya belajar ke banyak guru.
Dalu - dalu, Jumat 12 Mei 2023.
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa