Standar Ganda Wahabi!
Kata Imam Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam Kitab Fathul Bari;
أن البخاري في جميع ما يورده من تفسير الغريب إنما ينقله عن أهل الفن كأبي عبيدة والنضر بن شميل والفراء وغيرهم، وأما المباحث الفقهية فغالبها مستمدة له من الشافعي وأبي عبيد وأمثالهما، وأما المسائل الكلامية فأكثرها من الكرابيسي وابن كلاب ونحوهما
"Imam Bukhari -di dalam kitab al-Jami' al-Shahih- setiap kali menjelaskan tafsir ayat-ayat yang dipandang gharib, merujuk kepada ahlinya, seperti: Imam Abu Ubaidah, Imam Nadlar bin al-Syumail, dan Imam al-Farra'. Sedangkan mayoritas permasalahan fiqh Beliau ambil dari Imam Syafi'i, Imam Abu Ubaid, dan ulama-ulama seperti mereka. Dan permasalahan ILMU KALAM, kebanyakannya diambil dari IMAM AL-KARABISI, IMAM IBNU KULLAB, dan ulama Ahli Kalam seperti mereka berdua".
Imam Abu Hasan Al Asy'ari mengikuti akidah Imam Ibnu Kullab sama seperti Imam Bukhari mengikuti Imam Ibnu Kullab. Jika Imam Bukhari diikuti, kenapa Imam Abu Hasan Al Asy'ari tidak diikuti, padahal sumber akidahnya sama?
Wahabi supaya diakui sebagai Ahlussunnah dan gengsi mengikuti akidah Imam Abu Hasan Al Asy'ari, membuat dongeng dengan mengklaim Imam Abu Hasan Al Asy'ari taubat dari akidah Kalamiyah yang dianut oleh Imam Ibnu Kullab kepada akidah Salaf. Salafnya siapa? Tidak jelas!
Faktanya, Imam Abu Hasan tidak pernah taubat dari Akidah Ahlussunnah wal-Jama'ah yang dianut oleh Imam Ibnu Kullab. Tidak ada buktinya dari pengakuan Imam Abu Hasan Al Asy'ari sendiri, keluarga, murid, dan pengikutnya. Juga tidak ada tertera di kitab-kitab beliau. Kok bisa Wahabi lebih tahu Imam Abu Hasan dibanding keluarga, murid dan pengikut Imam Abu Hasan?
Imam Abu Hasan Al Asy'ari kalau taubat dengan kesadaran sendiri, terang-terangan, dan menjelaskan bahwa akidah sesat sebelumnya beliau revisi. Beliau taubat dari Mu'tazilah kepada Ahlussunnah. Berbeda dengan Ibnu Taimiyah; bertaubatnya dipaksa oleh Qadhi dari empat mazhab, dipenjara, dan tidak menjelaskan akidah sesatnya direvisi. Sehingga pengikut fanatiknya bingung membedakan akidah sesat dan akidah sahih Ibnu Taimiyah.
Sumber FB Ustadz : Alnofiandri Dinar