DZIKIR DI SELA-SELA TAKBIR ZAWAID SHALAT IED
Dianjurkan berdiam sejenak di antara takbir zawaid (tambahan) shalat Ied dengan durasi kira-kira seorang membaca satu ayat dari Quran yang tidak panjang tapi juga tidak pendek dan diisi dengan dzikir kepada Allah Ta’ala. Redaksi dzikirnya ; “Subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaahaillallah, wallahu akbar.”
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :
قَالَ الشَّافِعِيُّ وَأَصْحَابُنَا يُسْتَحَبُّ أَنْ يَقِفَ بَيْنَ كُلِّ تَكْبِيرَتَيْنِ مِنْ الزَّوَائِدِ قَدْرَ قِرَاءَةِ آيَةٍ لَا طَوِيلَةٍ وَلَا قَصِيرَةٍ يُهَلِّلُ اللَّهَ تَعَالَى وَيُكَبِّرُهُ وَيَحْمَدُهُ وَيُمَجِّدُهُ هَذَا لَفْظُ الشَّافِعِيِّ فِي الْأُمِّ وَمُخْتَصَرِ الْمُزَنِيِّ لَكِنْ لَيْسَ فِي الْأُمِّ وَيُمَجِّدُهُ قَالَ جُمْهُورُ الْأَصْحَابِ يَقُولَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا الله والله أَكْبَرُ وَلَوْ زَادَ عَلَيْهِ جَازَ
“Imam Syafi’i dan para sahabat kami (ulama syafi’iyyah) berkata ; Dianjurkan untuk berhenti di antara setiap dua takbir zawaid hari raya sekadar membaca ayat yang tidak panjang dan tidak pendek untuk bertahlil (mengucapkan Laa ilaahaillallah), bertakbir, memuji-Nya dan menyanjung-Nya. Ini lafadz Syafi’i dalam kitab Al-Umm dan Mukhtashar Al-Muzani. Akan tetapi dalam kitab Al-Umm tidak ada dan menyanjungnya. Mayoritas Ashab menyatakan ; Hendaknya seorang berdzikir dengan ; Subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaahaillallah, wallahu akbar. Seandainya seorang ingin menambahnya, juga boleh” (Al-Majum Syarhul Muhadzdzab ; 5/17)
Dalil untuk hal ini adalah atsar yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi (w. 456 H) rhm ;
أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ، وَأَبَا مُوسَى وَحُذَيْفَةَ خَرَجَ إِلَيْهِمْ الْوَلِيدُ بْنُ عُقْبَةَ قَبْلَ الْعِيدِ، فَقَالَ لَهُمْ: إِنَّ هَذَا الْعِيدَ قَدْ دَنَا، فَكَيْفَ التَّكْبِيرُ فِيهِ؟ فَقَالَ عَبْدُ اللهِ: " تَبْدَأُ فَتُكَبِّرُ تَكْبِيرَةً تَفْتَتِحُ بِهَا الصَّلَاةَ، وَتَحْمَدُ رَبَّكَ، وَتُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , ثُمَّ تَدْعُو [ص:411] وَتُكَبِّرُ، وَتَفْعَلُ مِثْلَ ذَلِكَ , ثُمَّ تُكَبِّرُ وَتَفْعَلُ مِثْلَ ذَلِكَ , ثُمَّ تُكَبِّرُ وَتَفْعَلُ مِثْلَ ذَلِكَ , ثُمَّ تُكَبِّرُ وَتَفْعَلُ مِثْلَ ذَلِكَ
“Al-Walid bin Uqbah keluar mendatangi Ibnu Masud, Abu Musa, dan Hudzaifah. Lalu beliau bertanya kepada mereka ; “Hari raya telah dekat, maka bagaimana takbir di dalamnya ? Abdullah bin Masud menjawab : “Awali dengan takbir sebagaimana kamu membuka takbir shalat, lalu kamu memuji Allah dan bershalawat kepada nabi, lalu berdoa dan bertakbir, dan lalukan semisal itu. Lalu kamu bertakbir dan dan lakukan semisal itu. Lalu kamu bertakbir dan lakukan semisal itu. Lalu kamu bertakbir dan lakukan semisal itu.” (HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Kubra ; 3/410)
Setelah membawakan atsar di atas, Imam Al-Baihaqi rhm menyatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Ibnu Masud di atas tidak ada seorang pun dari sahabat yang lain yang menyelisihinya, dan hal ini telah diamalkan oleh kaum muslimin sejak zaman dulu sampai zaman sekarang (zaman imam Al-Baihaqi). (simak Sunan Al-Baihaqi Al-Kubra ; 3/410)
Jadi, menyela-nyela takbir zawaid shalat Ied dengan dzikir itu telah diamalkan oleh para salaf sejak zaman shahabat dan zaman-zaman yang setelahnya. Alhamdulillah Rabbil ‘alamin.
(Abdullah Al-Jirani)
Sumber FB Ustadz Abdullah Al Jirani