MIQOT UMROH DARI ARAFAH
Pertanyaan:
Dalam satu rangkaian perjalanan umroh ada agenda ziarah ke tempat bersejarah di sekitar kota makkah lalu dilanjutkan menuju tan'im untuk melaksanakan ihram umroh, namun dalam satu kesempatan saat di arafah dan hendak ke tan'im waktu sudah mepet dzuhur sehingga pembimbing menyarankan untuk berniat ihram dari arafah.
Jama'ah banyak yang mempertanyakan apakah hal itu (miqot dari arafah) diperkenankan?
Jawab:
Setiap orang yang hendak melaksanakan umroh wajib hukumnya mengambil ihram (niat masuk ke rangkaian umroh) dari miqot, miqot bagi orang yang berasal dari luar makkah telah disebutkan dalam hadist yaitu Yalamlam, Dzil Hulaifah, Juhfah, Qorn Manazil dan Dzatu Irq.
Adapun bagi yang sedang berada di wilayah sekitar kota Makkah namun masih di luar batas tanah haram dan tidak melewati miqot maka miqotnya dari kediaman.
Terakhir bagi yang berada di dalam kota Makkah maka miqot umrohnya dari Tanah halal terdekat meskipun sejengkal dari tanah haram makkah, di mana pun saja lokasinya boleh dijadikan miqot, sebagaimana dikatakan dalam Minhaju Tholibin:
وَمِيقَاتُ الْعُمْرَةِ لِمَنْ هُوَ خَارِجَ الحَرَمِ: مِيقَاتُ الحَجِّ. وَمَنْ بِالحَرَمِ: يَلْزَمُهُ الخُرُوجُ إِلَى أَدْنَى الْحِلِّ وَلَوْ بِخَطْوَةٍ، فَإِنْ لَمْ يَخْرُجْ وَأَتَى بِأَفْعَالِ الْعُمْرَةِ أَجْزَأَتْهُ فِي الْأَظْهَرِ وَعَلَيْهِ دَمٌ، فَلَوْ خَرَجَ إِلَى الْحِلِّ بَعْدَ إِحْرَامِهِ سَقَطَ الدَّمُ عَلَى المَذْهَبِ. وَأَفْضَلُ بِقَاعِ الْحِلِّ: الْجِعْرَانَةُ، ثُمَّ التَّنْعِيمُ، ثُمَّ الحُدَيْبِيَةُ.
Sedangkan Padang Arafah telah disepakati oleh Ulama' sebagai Tanah Halal (bukan termasuk Haram Makkah) yang mana batas Tanah Haramnya adalah lembah namiroh yang saat ini lokasinya dibangun Masjid Namiroh (Lihat Gambar, kota makkah ada di sebelah sudut kiri atas gambar).
Dikatakan Imam Nawawi dalam Al Majmu' :
" حَدُّ الْحَرَمِ مِنْ جِهَةِ الْمَدِينَةِ دُونَ التَّنْعِيمِ عِنْدَ بُيُوتِ بَنِي نِفَارٍ , عَلَى ثَلَاثَةِ أَمْيَالٍ مِنْ مَكَّةَ , وَمِنْ طَرِيقِ الْيَمَنِ , طَرَفُ أَضَاةِ لِبْنٍ عَلَى سَبْعَةِ أَمْيَالٍ مِنْ مَكَّةَ , وَمِنْ طَرِيقِ الطَّائِفِ عَلَى عَرَفَاتٍ مِنْ بَطْنِ نَمِرَةَ عَلَى سَبْعَةِ أَمْيَالٍ , وَمِنْ طَرِيقِ الْعِرَاقِ عَلَى ثَنِيَّةِ جَبَلٍ بِالْمَقْطَعِ عَلَى سَبْعَةِ أَمْيَالٍ وَمِنْ طَرِيقِ الْجِعْرَانَةِ فِي شِعْبِ آلِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ خَالِدٍ عَلَى تِسْعَةِ أَمْيَالٍ , وَمِنْ طَرِيقِ جَدَّةَ مُنْقَطِعُ الْأَعْشَاشِ عَلَى عَشَرَةِ أَمْيَالٍ مِنْ مَكَّةَ " انتهى من "المجموع" (7/463)
"Batas tanah haram dari arah Madinah adalah di setelah Tan'im di perkampungan Bani Nigar, tiga mil dari Mekah. Dari jalur Yaman terletak di ujung Adhati Libn, tujuh mili dari Mekah. Dari arah Thaif di Arafah di lembah Namirah, tujuh mil (dari Mekah). Dari Jalur Irak di jalur bukit bilmaqtha, tujuh mil. Dari jalan Ji'ranah di perkampungan Alu Abdullah bin Khalid, sembilan mil, dari jalur Jedah, potongan A'syasy, sepuluh mil dari Mekah." (Al-Majmu, 7/463)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengambil miqot dari padang Arafah sebagaimana disarankan pembimbing anda tersebut dibolehkan.
Wallahua'lam
Sumber FB Ustadz : Muhammad Salim Kholili