𝗠𝗔𝗔𝗙-𝗠𝗔𝗔𝗙𝗔𝗡 𝗠𝗘𝗡𝗝𝗘𝗟𝗔𝗡𝗚 𝗥𝗔𝗠𝗔𝗗𝗛𝗔𝗡
Ustadz mau tanya apa hukum bermaaf-maafan sebelum datang bulan ramadhan 🙏
Jawaban
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Ramadhan belakangan ini saya juga beberapa kali mendapatkan WA atau inbox dari teman ataupun orang yang entah siapa yang tiba-tiba dia meminta maaf. Awalnya saya kaget saja, ada masalah apa sampai minta-minta maaf segala.
Ternyata alasannya karena sebentar lagi mau masuk bulan suci Ramadhan. Pernah saya tanya kenapa harus meminta maaf secara khusus sebelum Ramadhan ? Jawabannya karena puasa orang yang tidak dimaafkan kesalahannya oleh sesama muslim tidak akan akan diterima ibadahnya puasanya.
Sebagiannya menjawab dengan mengirimi saya "hadits" berikut ini :
"Do’a Malaikat Jibril Menjelang Ramadhan: Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan : (1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya, (2) Tidak berma’afan terlebih dahulu antara suami istri (3)Tidak berma’afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali."
Meski rasanya saya hampir yakin tidak ada hadits dengan redaksi arti seperti ini, tak ayal saya kemudian mencoba menelisik siapa tahu ada kalimat semisal yang minimal mirip jika bukan hadits ya atsar ulama lah.
Hasilnya, jangankan hadits meski dengan kualitas dhaif, yang palsu saja tidak saya temukan.
Kalimat dengan redaksi di atas tidak ada tercantum dalam kitab ulama manapun. Rasanya 'hadits' tersebut baru muncul belakangan ini, jadi kalau dilacak sumbernya paling mentoknya cuma dari artikel-artikel yang tidak jelas.
Ini adalah hasil kerajinan tangan orang yang kelewat kreatif. Padahal resiko ngotak-ngatik hadits itu bukan perkara ringan, ancamannya super berat :
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan bukan hanya yang membuat-buat hadits palsu, yang turut menyebarkannya termasuk yang diancam dengan hadits tersebut.
𝑳𝒂𝒍𝒖 𝒂𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒎𝒂𝒂𝒇 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒆𝒍𝒂𝒏𝒈 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒉𝒂𝒏 ?
Meminta maaf itu perilaku mulia dan jelas secara asal hukum diperintahkan dalam syariat agama. Namun menghubungkannya dengan waktu tertentu dengan alasan yang dibuat-buat adalah hal lain.
Lagian kalau merasa telah berbuat salah mengapa nunggu menjelang Ramadhan meminta maafnya. Itupun dengan tulisanyang rata-rata cuma dari copy paste broadcast yang telah diedit dan direvisi entah oleh berapa banyak orang.
Dan kalau sudah begitu, kelihatan hanya seperti basa-basi, yang belum tentu juga dimaafkan oleh orang yang didzalimi dan diampuni oleh Allah ta'ala.
Ya bagaimana mau dimaafkan dan diterima taubatnya jika kedzalimannya tidak diminta keridhaannya dengan benar. Utangnya tak mau bayar, ngambil nggak pakai permisi, dan ketika mengghibahi rutin sampai mulut kena sariawan.
Lagian kalau cuma maaf-maafan, untuk apa coba, termasuk maaf-maafan yang dilakukan di waktu hari raya, jelas itu penipuan dan pembodohan. Jangan ada maaf-maafan, tapi harusnya maaf beneran.... :D
HADITS HASIL 'KERAJINAN TANGAN'
Menjelang Ramadhan ramai di Sosmed tentang hadits yang bunyinya :
Do’a Malaikat Jibril Menjelang Ramadhan: Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan : (1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya, (2) Tidak berma’afan terlebih dahulu antara suami istri (3)Tidak berma’afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali.
Bagaimana kedudukan hadits tersebut ?
Jawaban
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Hadits dengan redaksi diatas adalah palsu dan tidak ada tercantum dalam kitab hadits manapun. Rasanya 'hadits' tersebut baru muncul belakangan ini, jadi kalau dilacak sumbernya paling mentoknya cuma dari artikel-artikel yang tidak jelas. Kemungkinan ‘hadits’ diatas hasil gubahan dari hadits shahih berikut ini :
حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ، أنا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي سُلَيْمَانُ وَهُوَ ابْنُ بِلالٍ، عَنْ كَثِيرِ بْنِ زَيْدٍ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ رَبَاحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَقِيَ الْمِنْبَرَ، فَقَالَ: ” آمِينَ، آمِينَ، آمِينَ“، فَقِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا كُنْتَ تَصْنَعُ هَذَا فَقَالَ: ” قَالَ لِي جِبْرِيلُ: أَرْغَمَ اللَّهُ أَنْفَ عَبْدٍ أَوْ بَعُدَ دَخَلَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَقُلْتُ: آمِينَ.ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ أَوْ بَعُدَ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا لَمْ يُدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، فَقُلْتُ: آمِينَ .ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ أَوْ بَعُدَ، ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ، فَقُلْتُ: آمِينَ “
Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, bahwa suatu hari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam naik mimbar dan beliau bersabda, “Amin, amin, amin.” Ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu mengatakan seperti itu?” Beliau bersabda, “Jibril berkata kepadaku, “Semoga Allah menghinakan seorang hamba yang setelah memasuki Ramadhan, Allah belum mengampuni dirinya.” Maka aku katakan, “Amin.”
Kemudian Jibril berkata, “Terhinalah seorang hamba yang mendapati kedua orangtuanya masih hidup atau salah satu dari keduanya akan tetapi tidak dapat membuatnya masuk surga.” Maka aku katakan, “amin.” Kemudian Jibriil berkata, “Terhinalah seorang hamba ketika namamu disebut di sisinya, ia tidak bershalawat kepadamu.” Maka aku katakan, “Amin.” (HR. Ibnu Khuzaimah) [1]
Ada pula hadits serupa dari jalur Abu Salamah ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin ‘Auf ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauraqiy, telah menceritakan kepada kami Rib’i bin Ibrahim, dari ‘Abdurrahman bin Ishaq, dari Sa’id bin Abu Sa’id Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda, “…(Al-Hadits)”[2]
Kesimpulannya bahwa perkataan yang ditanyakan adalah bukan hadits, tapi hanya hasil kerajinan tangan orang yang kelewat kreatif. Padahal resiko ngotak-ngatik hadits itu bukan perkara ringan, ancamannya super berat :
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan bukan hanya yang membuat-buat hadits palsu, yang turut menyebarkannya termasuk yang diancam dengan hadits tersebut.
Wallahu a’lam.©AST
__________________
[1] Diriwayatkan pula oleh imam Bukhari (Al-Adabul Mufrad no. 646); Al-Baihaqi (As-Sunan Al-Kubraa 4/303; Fadhaa’ilul Auqaat no. 55); Ath-Thabarani (Mu’jam Al-Ausath no. 8994); Ismaa’il bin Ishaq Al-Qadhiy (Fadhl Ash Shalaatu ‘Alan Nabi no. 18)
[2] Diriwayatkan pula oleh Ahmad (Musnad no. 7402); Ibnu Hibban (Shahih Ibnu Hibban no. 908); Al-Hakim (Al-Mustadrak 1/549); Ibnul A’rabiy (Mu’jam Ibnul A’rabiy no. 1325); Ibnu Abi ‘Ashim (Ash-Shalatu ‘Alan Nabiy no. 65); Asy-Syajariy (Al-Amaliy no. 633); Ibrahim Al-Harbiy (Gharibul Hadits 3/1076); Ibnu ‘Abdil Barr (Itsaratul Fawa’id no. 7); Al-Baghawiy (Syarhus Sunnah no. 689; Ma’alimut Tanzil no. 727); Al-Qaadhiy ‘Iyadh (Asy-Syifaa 2/50).
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq