𝗠𝗔𝗡𝗙𝗔𝗔𝗧 𝗦𝗔𝗛𝗔𝗕𝗔𝗧 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗕𝗔𝗜𝗞
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
1. 𝗔𝘆𝗮𝘁 𝗮𝗹 𝗤𝘂𝗿’𝗮𝗻
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya akan menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az Zukhruf : 67)
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
“Dan bersabarlah kamu dalam membersamai orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan sore hari dengan mengharap wajah-Nya.” (QS. Al Kahfi: 28)
2. 𝗛𝗮𝗱𝗶𝘁𝘀 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵 𝘀𝗵𝗮𝗹𝗮𝗹𝗹𝗮𝗵𝘂’𝗮𝗹𝗮𝗶𝗵𝗶 𝘄𝗮𝘀𝘀𝗮𝗹𝗮𝗺
لاَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا
“Janganlah engkau bersahabat kecuali dengan seorang mukmin.” (HR. Tirmidzi)
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman dekatnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman dekat kalian.” (HR. Abu Daud)
مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ ...فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً
“Perumpamaan sahabat yang baik adalah seperti berteman dengan penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya.” (Mutafaqqun ‘alaih)
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.” (Mutafaqun ‘alaih)
3. 𝗡𝗮𝘀𝗲𝗵𝗮𝘁 𝘂𝗹𝗮𝗺𝗮
Sayidina Umar bin Khattab berkata :
ما أعطي العبد بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به
“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang shalih. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.”[1]
Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata :
عليكم بالإخوان فإنهم عدة في الدنيا والآخرة
“Hendaklah kalian menjaga dengan baik sahabat-sahabat kalian. Karena mereka adalah simpanan di dunia dan di akhirat.”[2]
Abu Darda’ berkata :
الوحدة خير من جليس السوء، والجليس الصالح خير من الوحدة
“Menyendiri lebih baik daripada berteman dengan orang yang buruk. Dan berteman dengan orang shalih, lebih baik daripada menyendiri.” [3]
Imam Hasan al Bashri berkata :
استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة
”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat.”[4]
إخواننا أحب إلينا من أهلنا وأولادنا، لأن أهلنا يذكروننا بالدنيا، وإخواننا يذكروننا بالآخرة
“Sahabat-sahabat kami lebih kami cintai dari keluarga dan anak-anak kami. Karena keluarga membuat kami hanya ingat kepada dunia, sedangkan para sahabat kami mengingatkan akan akhirat.”[5]
Salamah bin Dinar berkata :
إن أدنيت أهل الخير ذهب أهل الشر
“Jika engkau dekat dengan orang baik, akan pergi darimu orang-orang jahat.”[6]
Dzun Nun berkata :
بصحبة الصالحين تطيب الحياة, والخير مجموع في القرين الصالح, إن نسيت ذكَّرك, وإن ذكرت أعانك
“Dengan berteman dengan orang shalih hidup akan menjadi indah. Dua kebaikan terkumpul pada orang yang shalih, jika engkau lupa dia mengingatkanmu, dan jika engkau ingat dia akan membantumu.”[7]
Mimsyad ad Dinawari berkata :
صحبة أهل الصلاح تورث في القلب الصلاح
“Berteman dengan orang baik akan mewariskan hati yang juga menjadi baik.”[8]
Al Imam Ghazali berkata :
التحابُّ في الله تعالى والأخوَّة في دينه من أفضل القُرُبات
“Saling mencintai dan saling bersaudara karena Allah adalah termasuk sebaik-baiknya ibadah.”[9]
Daud bin Nashr ath Tha’i berkata :
صاحب أهل التقوى إن صحبْتَ؛ فإنهم أقل مؤنة، وأحسن معون
“Bersahabatlah dengan orang yang bertaqwa, karena jika engkau bersahabat dengan mereka, mereka adalah manusia yang paling sedikit menuntut, tapi sebaliknya paling banyak menolong orang lain.”[10]
Abu Hatim berkata :
مودة الأخيار سريع اتصالها، بطيء انقطاعها، ومودة الأشرار سريع انقطاعها، بطيء اتصالها
“Berteman dengan orang baik, cepat tersambungnya dan sulit terputusnya. Sedangkan berteman dengan orang jahat cepat putusnya, susah memperbaikinya.”[11]
Semoga bermanfaat
______
[1] Qutul Qulub (2/360), Silsilah Ulul Himmah (17/11).
[2] Ihya Ulumuddin (2/160)
[3] Syu’ab al iman (7/59)
[4] Lubab fi al Ulum al Kitab (15/54)
[5] Ulul Himmah hal. 335.
[6] Hilyatul Aulia (3/240)
[7] Sifatusshafwah (2/444)
[8] Shifatusshafwah (2/283)
[9] Ihya al Ulumuddin (2/157)
[10] Masalikul Abshar (8/38)
[11] Mausu’ah al Akhlaq hal. 80
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq