HITAM PUTIH
Oleh ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Kadang kasian dengan orang yang cara berfikirnya selalu patah-patah. Melihat segala sesuatu hanya hitam putih, tentang benar salah. Lalu meninggal hirarki nilai positif lainnya seperti : Yang lebih utama, yang cukup dan yang boleh.
Ketika kita menjelaskan bahwa hukum musik misalnya adalah masalah khilafiyah mu'tabarah, untuk membantah klaim adanya ijma' haramnya musik menurut empat madzhab oleh sebagian kelompok, kita malah dituduhnya sebagai da'i yang hendak mendakwahkan musik.
Kan lebih selamat pendapat yang mengharamkan musik ?
Benar, pendapat yang lebih selamat, tentu sangat baik untuk dipilih terlebih oleh orang-orang pilihan. Tapi kalau itu dijadikan sebagai standar untuk menghukumi dan menghakimi benar salahnya pendapat orang lain, itu yang bermasalah.
Lebih bermasalah lagi jika diiringi vonis sesat, bid'ah, lalu ulamanya dituduh sebagai ulama su' pengekor hawa nafsu.
Begitu juga ketika kita mencoba mendudukkan permasalahan transliterasi, sebuah masalah yang sebenarnya tak perlu terlalu dipermasalahkan, untuk menjawab sebagian pihak yang telah menggegerkan jagat dunia maya serta sukses membuat galau pemilik nama Khusnul dan Chusnul, kita justru dituduhnya mengajari berbahasa yang tidak baik.
Padahal pesan yang hendak kami sampaikan adalah : Jangan mempersempit sesuatu yang luas dan jangan mempersulit urusan yang sebenarnya mudah dalam agama ini.
Apa susahnya sih menghapus satu huruf yang terselip ?
Tidak ada yang susah. Yang susah itu menyadarkan orang yang sebenarnya benar, tapi berubah menjadi salah karena menganggap diri paling benar lalu selain dia salah semua...
Tentang penulisan حسن الخاتمه saya memakai dua-duanya koq : Husnul Khatimah dan juga Khusnul khatimah. Dan kalau ada jodoh eh umur panjang rencana mau empat sekalian biar lengkap :
1. Husnul Khatimah
2. Khusnul Khatimah
3. Chusnul Khatimah
4. Husnulkhatimah
Semoga ada manfaatnya...
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq