Apakah Boleh Mengadakan Mabit Atau Bakar Jagung/Bakar Ayam di Malam Tahun Baru Masehi?
Mari kita mulai analisa ini dengan memahami hadis
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ. رواه أبو داود
Artinya:
"Siapa saja orang yang menyerupai suatu kaum, dia adalah bagian dari kaum yang diserupainya". HR. Abu Daud.
Hadis ini menurut Imam Ibnu Hajar adalah hadis Hasan.
Diantara pesan penting dari hadis ini menurut Prof. Dr. Nuruddin 'Itr rahimahullah;
1. Hadis ini mengajarkan kepada umat agar berusaha menyerupai kepribadian orang-orang shalih; para ulama yang mengamalkan ilmunya dan orang-orang bertaqwa yang wara'. Agar bisa menjalani hidup seperti mereka.
2. Hadis ini mengingatkan kepada umat agar tidak menyerupai kepribadian orang-orang yang tidak istiqomah dalam beragama dan selain orang-orang shalih. Terutama pada hal-hal yang menjadi identitas spesifik mereka dan penanda mereka.
3. Makruh hukumnya menyerupai kepribadian ahli bid'ah pada hal-hal yang tercela dan menjadi pembeda mereka dengan yang lain; model jenggot, rambut, dan pakaian.
4. Makna gamblang dari redaksi hadis فهو منهم bahwa menyerupai kepribadian orang-orang kafir dalam berpakaian bisa menyebabkan seseorang menjadi kafir. Ini pandangan mayoritas Ulama. Sementara ulama madzhab Hambali berpendapat sekedar haram dilakukan.
Pandangan mayoritas ulama bahwa "menyerupai kepribadian orang-orang kafir dalam berpakaian bisa menyebabkan seseorang menjadi kafir" dengan syarat:
Menyerupai orang-orang kafir dilakukan di negeri yang penduduknya beragama Islam
b. Menyerupai orang-orang kafir bukan dalam kondisi darurat (menurut syariat).
c. Menyerupai orang-orang kafir dilakukan pada hal-hal yang khusus menjadi identitas orang-orang kafir.
d. Menyerupai orang-orang kafir dilakukan pada momen yang memakai pakaian tertentu menjadi syi'ar/simbol bagi orang-orang kafir.
e. Menyerupai orang-orang kafir dilakukan karena adanya kecenderungan kepada orang-orang kafir. Kalau penyerupaan tidak atas dasar kecenderungan kepada orang-orang kafir, pelakunya sekedar berdosa. Tidak sampai kafir
5. Menyerupai orang-orang kafir pada urusan kehidupan sehari-hari yang sudah lumrah dipakai oleh semua orang; bukan menjadi ibadah bagi mereka, atau hari raya mereka, atau kostum khusus mereka, atau apa saja yang tidak termasuk kepada kategori seperti penjelasan sebelumnya adalah BOLEH.
6. Hadis ini mengajarkan agar seorang muslim komitmen menjaga identitasnya. Tidak mudah taqlid kepada non muslim, karena taqlid seperti ini membawa pengaruh negatif. Rasulullah shalallahu alayhi wa sallam telah melarang siapapun muslim untuk bertaqlid kepada orang-orang asing yang tidak berkarakter dengan karakteristik seorang muslim. Inilah taqlid buta yang tercela itu. Sedangkan taqlid kepada ahli ilmu yang memang ahlinya adalah terpuji dan menyelamatkan di dunia dan di akhirat.
Lalu, apakah boleh masyarakat muslim mengadakan acara muhasabah, kajian, mabit dan berbagai bentuk kegiatan serupa lainnya di malam tahun baru Masehi?
Jika sekedar untuk muhasabah dan mengisinya untuk hal-hal yang bermanfaat secara agama, tentu saja BOLEH. Justru menjadi terpuji dilakukan dan menjadi bid'ah hasanah yang bermanfaat. Bukan bid'ah dhalalah. Apalagi pelakunya dituduh telah menjadi bagian dari orang kafir, hanya beda casing saja dengan mereka.
Kalau sekedar bakar ayam karena besok libur dan mumpung lagi ngumpul, tentu juga BOLEH. Karena tidak melakukannya dengan motif menyerupai orang-orang kafir dan memiliki kecenderungan kepada mereka. Silahkan pelajari fatwa Imam Ibnu Hajar al-Haitami berikut di dalam kitab al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra berikut
(وَسُئِلَ) - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - وَرَضِيَ عَنْهُ هَلْ يَحِلُّ اللَّعِبُ بِالْقِسِيِّ الصِّغَارِ الَّتِي لَا تَنْفَعُ وَلَا تَقْتُلُ صَيْدًا بَلْ أُعِدَّتْ لِلَعِبِ الْكُفَّارِ وَأَكْلُ الْمَوْزِ الْكَثِيرِ الْمَطْبُوخِ بِالسُّكَّرِ وَإِلْبَاسُ الصِّبْيَانِ الثِّيَابَ الْمُلَوَّنَةِ بِالصُّفْرَةِ تَبَعًا لِاعْتِنَاءِ الْكَفَرَةِ بِهَذِهِ فِي بَعْضِ أَعْيَادِهِمْ وَإِعْطَاءِ الْأَثْوَابِ وَالْمَصْرُوفِ لَهُمْ فِيهِ إذَا كَانَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُمْ تَعَلُّقٌ مِنْ كَوْنِ أَحَدِهِمَا أَجِيرًا لِلْآخَرِ مِنْ قَبِيلِ تَعْظِيمِ النَّيْرُوزِ وَنَحْوِهِ فَإِنَّ الْكَفَرَةَ صَغِيرَهُمْ وَكَبِيرَهُمْ وَضَعِيفَهُمْ وَرَفِيعَهُمْ حَتَّى مُلُوكَهُمْ يَعْتَنُونَ بِهَذِهِ الْقِسِيِّ الصِّغَارِ وَاللَّعِبِ بِهَا وَبِأَكْلِ الْمَوْزِ الْكَثِيرِ الْمَطْبُوخِ بِالسُّكَّرِ اعْتِنَاءً كَثِيرًا وَكَذَا بِإِلْبَاسِ الصِّبْيَانِ الثِّيَابَ الْمُصَفَّرَةَ وَإِعْطَاءَ الْأَثْوَابِ وَالْمَصْرُوفِ لِمَنْ يَتَعَلَّقُ بِهِمْ وَلَيْسَ لَهُمْ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ عِبَادَةُ صَنَمٍ وَلَا غَيْرِهِ وَذَلِكَ إذَا كَانَ الْقَمَرُ فِي سَعْدِ الذَّابِحِ فِي بُرْجِ الْأَسَدِ وَجَمَاعَةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ إذَا رَأَوْا أَفْعَالَهُمْ يَفْعَلُونَ مِثْلَهُمْ فَهَلْ يَكْفُرُ، أَوْ يَأْثَمُ الْمُسْلِمُ إذَا عَمِلَ مِثْلَ عَمَلِهِمْ مِنْ غَيْرِ اعْتِقَادِ تَعْظِيمِ عِيدِهِمْ وَلَا افْتِدَاءٍ بِهِمْ أَوْ لَا؟
(فَأَجَابَ) نَفَعَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى بِعُلُومِهِ الْمُسْلِمِينَ بِقَوْلِهِ لَا كُفْرَ بِفِعْلِ شَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ فَقَدْ صَرَّحَ أَصْحَابُنَا بِأَنَّهُ لَوْ شَدَّ الزُّنَّارَ عَلَى وَسَطِهِ، أَوْ وَضَعَ عَلَى رَأْسِهِ قَلَنْسُوَةَ الْمَجُوسِ لَمْ يَكْفُرْ بِمُجَرَّدِ ذَلِكَ اهـ.
فَعَدَمُ كُفْرِهِ بِمَا فِي السُّؤَالِ أَوْلَى
[ابن حجر الهيتمي، الفتاوى الفقهية الكبرى، ٢٣٨/٤]
وَهُوَ ظَاهِرٌ بَلْ فَعَلَ شَيْئًا مِمَّا ذُكِرَ فِيهِ لَا يَحْرُمُ إذَا قَصَدَ بِهِ التَّشْبِيهَ بِالْكُفَّارِ لَا مِنْ حَيْثُ الْكُفْرُ وَإِلَّا كَانَ كُفْرًا قَطْعًا فَالْحَاصِلُ أَنَّهُ إنْ فَعَلَ ذَلِكَ بِقَصْدِ التَّشْبِيهِ بِهِمْ فِي شِعَارِ الْكُفْرِ كَفَرَ قَطْعًا، أَوْ فِي شِعَارِ الْعَبْدِ مَعَ قَطْعِ النَّظَرِ عَنْ الْكُفْرِ لَمْ يَكْفُرْ وَلَكِنَّهُ يَأْثَمُ وَإِنْ لَمْ يَقْصِدْ التَّشْبِيهَ بِهِمْ أَصْلًا وَرَأْسًا فَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ ثُمَّ رَأَيْت بَعْضَ أَئِمَّتِنَا الْمُتَأَخِّرِينَ ذَكَرَ مَا يُوَافِقُ مَا ذَكَرْتُهُ فَقَالَ وَمِنْ أَقْبَحِ الْبِدَعِ مُوَافَقَةُ الْمُسْلِمِينَ النَّصَارَى فِي أَعْيَادِهِمْ بِالتَّشَبُّهِ بِأَكْلِهِمْ وَالْهَدِيَّةِ لَهُمْ وَقَبُولِ هَدِيَّتِهِمْ فِيهِ وَأَكْثَرُ النَّاسِ اعْتِنَاءً بِذَلِكَ الْمِصْرِيُّونَ وَقَدْ قَالَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - «مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ» بَلْ قَالَ ابْنُ الْحَاجِّ لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَبِيعَ نَصْرَانِيًّا شَيْئًا مِنْ مَصْلَحَةِ عِيدِهِ لَا لَحْمًا وَلَا أُدْمًا وَلَا ثَوْبًا وَلَا يُعَارُونَ شَيْئًا وَلَوْ دَابَّةً إذْ هُوَ مُعَاوَنَةٌ لَهُمْ عَلَى كُفْرِهِمْ وَعَلَى وُلَاةِ الْأَمْرِ مَنْعُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ ذَلِكَ وَمِنْهَا اهْتِمَامُهُمْ فِي النَّيْرُوزِ بِأَكْلِ الْهَرِيسَةِ وَاسْتِعْمَالِ الْبَخُورِ فِي خَمِيسِ الْعِيدَيْنِ سَبْعَ مَرَّاتٍ زَاعِمِينَ أَنَّهُ يَدْفَعُ الْكَسَلَ وَالْمَرَضَ وَصَبْغِ الْبَيْضِ أَصْفَرَ وَأَحْمَرَ وَبَيْعِهِ وَالْأَدْوِيَةُ فِي السَّبْتِ الَّذِي يُسَمُّونَهُ سَبْتَ النُّورِ وَهُوَ فِي الْحَقِيقَةِ سَبْتُ الظَّلَّامِ وَيَشْتَرُونَ فِيهِ الشَّبَثَ وَيَقُولُونَ إنَّهُ لِلْبَرَكَةِ وَيَجْمَعُونَ وَرَقَ الشَّجَرِ وَيَلْقُونَهَا لَيْلَةَ السَّبْتِ بِمَاءٍ يَغْتَسِلُونَ بِهِ فِيهِ لِزَوَالِ السِّحْرِ وَيَكْتَحِلُونَ فِيهِ لِزِيَادَةِ نُورِ أَعْيُنِهِمْ وَيَدَّهِنُونَ فِيهِ بِالْكِبْرِيتِ وَالزَّيْتِ وَيَجْلِسُونَ عَرَايَا فِي الشَّمْسِ لِدَفْعِ الْجَرَبِ وَالْحَكَّةِ وَيَطْبُخُونَ طَعَامَ اللَّبَنِ وَيَأْكُلُونَهُ فِي الْحَمَّامِ إلَى غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ الْبِدَعِ الَّتِي اخْتَرَعُوهَا وَيَجِبُ مَنْعُهُمْ مِنْ التَّظَاهُرِ بِأَعْيَادِهِمْ اهـ.
[ابن حجر الهيتمي، الفتاوى الفقهية الكبرى، ٢٣٩/٤]
Sumber FB Ustadz : Alnofiandri Dinar