Bolehkah Mengatakan “Dokter Menyembuhkan Saya”?
Pada hakikatnya yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
أَذْهِبْ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
“Hilangkan penyakit ini wahai Tuhan manusia. Sembuhkanlah. Engkaulah satu-satunya penyembuh. Tiada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu.
Dari hadis ini dipahami bahwa penyembuh yang sebenarnya hanyalah Allah SWT. Prinsip ini berlaku untuk semua perbuatan, misalnya menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rezeki dan sebagainya. Satu-satunya pelaku hanyalah Allah SWT semata. Tiada sekutu bagi-Nya. Sedangkan selain Allah hanyalah perantara atau sebab belaka.
Tidak mengapa menyematkan perbuatan-perbuatan tersebut kepada selain Allah sebagai bentuk perantara atau sebab. Contohnya, “Nabi Isa menciptakan burung dan menghidupkan orang mati.”
Allah SWT berfirman:
وَرَسُولًا إِلَىٰ بَنِیۤ إِسۡرَ ٰۤءِیلَ أَنِّی قَدۡ جِئۡتُكُم بِـَٔایَةࣲ مِّن رَّبِّكُمۡ أَنِّیۤ أَخۡلُقُ لَكُم مِّنَ ٱلطِّینِ كَهَیۡـَٔةِ ٱلطَّیۡرِ فَأَنفُخُ فِیهِ فَیَكُونُ طَیۡرَۢا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُبۡرِئُ ٱلۡأَكۡمَهَ وَٱلۡأَبۡرَصَ وَأُحۡیِ ٱلۡمَوۡتَىٰ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُنَبِّئُكُم بِمَا تَأۡكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِی بُیُوتِكُمۡۚ إِنَّ فِی ذَ ٰلِكَ لَـَٔایَةࣰ لَّكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِینَ﴿ ٤٩ ﴾
“Aku (Nabi Isa) telah datang kepada kamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku menciptakan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah.” (Ali Imran 49)
Meskipun Nabi Isa menggunakan kata “aku menciptakan”, “aku menyembuhkan” dan “aku menghidupkan”, tapi maksudnya hanyalah menjadi perantara dan penyebab penciptaan, kesembuhan dan kehidupan. Pelaku sebenarnya hanyalah Allah SWT.
Imam Qarafi, ulama besar dari Madzhab Maliki yang wafat tahun 684 H, semoga Allah merahmatinya, berkata dalam kitabnya berjudul “Al Furuq”:
وَكَذَلِكَ الْخَلْقُ وَالرِّزْقُ وَالْأَمَانَةُ وَالْإِحْيَاءُ وَالْبَعْثُ وَالنَّشْرُ وَالسَّعَادَةُ وَالشَّقَاءُ وَالْهِدَايَةُ وَالْإِضْلَالُ وَالطَّاعَةُ وَالْمَعْصِيَةُ وَالْقَبْضُ وَالْبَسْطُ فَيَجِبُ عَلَى كُلِّ أَحَدٍ أَنْ يَعْتَقِدَ تَوْحِيدَ اللَّهِ تَعَالَى وَتَوَحُّدَهُ بِهَذِهِ الْأُمُورِ عَلَى سَبِيلِ الْحَقِيقَةِ، وَإِنْ أُضِيفَ شَيْءٌ مِنْهَا لِغَيْرِهِ تَعَالَى فَإِنَّمَا ذَلِكَ عَلَى سَبِيلِ الرَّبْطِ الْعَادِيِّ لَا أَنَّ ذَلِكَ الْمُشَارَ إلَيْهِ فَعَلَ شَيْئًا حَقِيقَةً. كَقَوْلِنَا: "قَتَلَهُ السُّمُّ" و"َأَحْرَقَتْهُ النَّارُ" و"َرَوَاهُ الْمَاءُ": فَلَيْسَ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ يَفْعَلُ شَيْئًا مِمَّا ذُكِرَ حَقِيقَةً، بَلْ اللَّهُ تَعَالَى رَبَطَ هَذِهِ الْمُسَبَّبَاتِ بِهَذِهِ الْأَسْبَابِ كَمَا شَاءَ وَأَرَادَ، وَلَوْ شَاءَ لَمْ يَرْبِطْهَا وَهُوَ الْخَالِقُ لِمُسَبِّبَاتِهَا عِنْدَ وُجُودِهَا لَا أَنَّ تِلْكَ الْأَسْبَابَ هَذِهِ الْمُوجِدَةُ.
وَكَذَلِكَ إخْبَارُ اللَّهِ تَعَالَى عَنْ عِيسَى - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ - أَنَّهُ كَانَ يُحْيِي الْمَوْتَى وَيُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ مَعْنَاهُ: أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى كَانَ يُحْيِي الْمَوْتَى وَيُبْرِئُ عِنْدَ إرَادَةِ عِيسَى - عَلَيْهِ السَّلَامُ - لِذَلِكَ لَا أَنَّ عِيسَى - عَلَيْهِ السَّلَامُ - هُوَ الْفَاعِلُ لِذَلِكَ حَقِيقَةً، بَلْ اللَّهُ تَعَالَى هُوَ الْخَالِقُ لِذَلِكَ. وَمُعْجِزَةُ عِيسَى - عَلَيْهِ السَّلَامُ - فِي ذَلِكَ رَبْطُ وُقُوعِ ذَلِكَ الْإِحْيَاءِ وَذَلِكَ الْإِبْرَاءِ بِإِرَادَتِهِ، فَإِنَّ غَيْرَهُ يُرِيدُ ذَلِكَ وَلَا يَلْزَمُ إرَادَتُهُ ذَلِكَ، فَاللُّزُومُ بِإِرَادَتِهِ هُوَ مُعْجِزَتُهُ - عَلَيْهِ السَّلَامُ -، وَكَذَلِكَ جَمِيعُ مَا يَظْهَرُ عَلَى أَيْدِي الْأَنْبِيَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ مِنْ الْمُعْجِزَاتِ وَالْكَرَامَاتِ اللَّهُ تَعَالَى هُوَ خَالِقُهَا [الفروق (3 /24-25)]
“Begitu pula menciptakan, memberi rezeki, mematikan, menghidupkan, membangkitkan, mengumpulkan, kebahagiaan, kesengsaraan, memberi hidayah (petunjuk), menyesatkan, ketaatan, kemaksiatan, meluaskan dan menyempitkan (rezeki), setiap orang wajib meyakini keesaan Allah dan kemahatunggalan Allah dalam semua perkara tersebut secara hakikat. Kalau ada salah satu dari perkara-perkara tersebut disematkan kepada selain Allah, maka maksudnya hanyalah ikatan kebiasaan, bukan berarti yang ditunjuk tersebut melakukannya secara hakikat. Umpamanya kita mengatakan, ‘Racun telah membunuhnya’ atau ‘Api telah membakarnya’ atau ‘Air telah mengenyangkannya’, maka tidak ada satu pun dari benda-benda tersebut yang melakukannya secara hakikat. Akan tetapi Allah mengikat kejadian-kejadian tersebut dengan penyebab-penyebabnya, sekehendak Dia dan semau Dia. Andai mau, bisa saja Allah tidak mengikatnya. Dialah pencipta satu-satunya semua kejadian tersebut ketika semua itu terjadi, bukan penyebab-penyebab itu yang menciptakannya.
Begitu juga firman Allah bahwa Nabi Isa alaihissalam menghidupkan orang mati dan menyembuhkan orang buta dan berkusta, maksudnya Allah menghidupkan orang mati dan menyembuhkan ketika Nabi Isa berkehendak untuk itu, bukan Nabi Isa yang melakukannya secara hakikat. Allah lah satu-satunya pencipta semua itu. Mukjizat Nabi Isa di sini hanyalah pengikatan kejadian tersebut dengan kehendaknya. Padahal selain beliau berkehendak juga tapi tidak selalu terjadi. Maka, adanya ikatan antara kehendak beliau dengan terjadinya apa yang beliau kehendaki itulah mukjizat beliau. Begitu juga semua mukjizat para nabi dan karomat para wali, semua itu Allah lah penciptanya.” (Al Furuq, 3/24-25)
Berdasarkan data di atas, maka ucapan “Dokter menyembuhkan saya” kalau yang dimaksud adalah dokter penyebab kesembuhan, bukan pencipta kesembuhan secara hakikat, maka tidak ada masalah sama sekali.
Wallahu a’lam bis showab.
Sumber FB Ustadz : Danang Kuncoro Wicaksono