BENARKAH MUSYRIKIN JAHILIYAH MENYEMBAH BERHALA DEMI MENDEKAT PADA ALLAH?
Bila pertanyaan dalam judul ini ditanyakan pada Syaikh Ibnu Taymiyah dan para Taymiyun-Wahabi, maka jawabannya jelas: "Benar, musyrikin jahiliah menyembah berhala karena semata menjadikannya wasilah untuk mendekat pada Allah". Saya merasa tidak perlu mengutip soal ini sebab kitab-kitab Ibnu Taymiyah dan Ibnu abdil Wahab dan apalagi pengikutnya penuh sesak dengan doktrin ini. Landasan mereka adalah ayat berikut:
أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّینُ ٱلۡخَالِصُۚ وَٱلَّذِینَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِهِۦۤ أَوۡلِیَاۤءَ مَا نَعۡبُدُهُمۡ إِلَّا لِیُقَرِّبُونَاۤ إِلَى ٱللَّهِ زُلۡفَىٰۤ
"Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” [Surat Az-Zumar 3]
Sepintas, Ayat yang dihafal nyaris oleh semua Taymiyun-Wahabi seantero dunia itu memang cocok dengan doktrin mereka. Al-Qur’an memang menukil ucapan musyrikin jahiliah yang mengaku bahwa penyembahan mereka pada berhala hanya semata untuk mendekat kepada Allah. Dengan kata lain, berhala hanya dijadikan wasilah. Dari sinilah kemudian doktrin takfir terhadap tawassul itu muncul dan penjajahan atas tanah Hijaz di masa lalu dimulai.
Jadi, Ibnu Taymiyah, Ibnu Abdil Wahhab dan seluruh pengikutnya meyakini bahwa pengakuan musyrikin jahiliah tersebut benar dan jujur. Karenanya, mereka menjadikan pengakuan tersebut sebagai asas bagi doktrin takfiri mereka.
Tapi benarkah demikian? Mari kita baca ayat tersebut secara utuh tanpa terpotong. Selengkapnya, ayat tersebut sebagai berikut:
أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّینُ ٱلۡخَالِصُۚ وَٱلَّذِینَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِهِۦۤ أَوۡلِیَاۤءَ مَا نَعۡبُدُهُمۡ إِلَّا لِیُقَرِّبُونَاۤ إِلَى ٱللَّهِ زُلۡفَىٰۤ إِنَّ ٱللَّهَ یَحۡكُمُ بَیۡنَهُمۡ فِی مَا هُمۡ فِیهِ یَخۡتَلِفُونَۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَهۡدِی مَنۡ هُوَ كَـٰذِبࣱ كَفَّارࣱ
"Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk KEPADA PARA PENDUSTA dan orang yang sangat ingkar." [Surat Az-Zumar 3]
Perhatikan bagian akhir ayat tersebut, apakah Allah menyebut ucapan musyrikin jahiliah tersebut sebagai kejujuran sehingga harus kita percayai? Ternyata tidak, justru Allah menyebut mereka yang berkata itu sebagai para pendusta. Tentu saja otomatis berarti ucapan mereka yang dibahas dalam ayat tersebut tidak lebih dari keduataan belaka.
Syaikh Ibu Asyur dalam tafsirnya menjelaskan:
(إنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَن هو كاذِبٌ كَفّارٌ﴾ يَجُوزُ أنْ يَكُونَ خَبَرًا ثانِيًا عَنْ قَوْلِهِ ﴿والَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أوْلِياءَ﴾ وهو كِنايَةٌ عَنْ كَوْنِهِمْ كاذِبِينَ في قَوْلِهِمْ ﴿ما نَعْبُدُهم إلّا لِيُقَرِّبُونا إلى اللَّهِ﴾
"Firman Allah: "Sungguh Allah tidak memberi petunjuk KEPADA PARA PENDUSTA yang kafir" bisa menjadi predikat kedua dari firman Allah "orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia". Itu adalah ungkapan dari kebohongan perkataan mereka yang berkata "Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (Ibnu Asyur, at-Tahrir wat-Tanwir).
Jadi memang jelas sekali bahwa menurut ayat itu sendiri ucapan orang musyrik itu hanya omong kosong untuk membuat kesyirikan mereka seolah terlihat benar. Tentu saja kebohongan semacam ini tidak dapat dijadikan rujukan atau pedoman kebenaran. Ada seabrek ayat lain dalam al-Qur’an yang menjelaskan bahwa para berhala dijadikan saingan Allah oleh para musyrikin. Tentu saja yang namanya saingan selalu setara, bukan hanya sebatas wasilah/perantara.
Apalagi faktanya musyrikin mendekat pada berhala dan menyembelih sesajen pada berhala, bukan pada Allah. Makin lengkap bukti bahwa musyrikin itu hanya berbohong ketika bilang berhala hanyalah perantara untuk mendekat pada Allah.
Dengan memakai logika hitam putih yang biasa dipakai Wahabi, sekarang silakan anda pilih: mau ikut Taymiyun-Wahabi yang menganggap musyrikin itu jujur atau ikut al-Qur’an yang menyatakan mereka berbohong?
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad