Khawatir Akan Merusak Niat dan Hati
Seorang alim bernama Ibnu Muhairiz suatu kali pernah datang ke penjual pakaian. Di toko tersebut, beliau menunjuk sebuah pakaian kemudian bertanya, "wahai tuan, berapa harganya ini?", penjual pakaian yg tdk tahu siapa Ibnu Muhairiz itu menjawab dgn singkat, "sekian!".
Di toko itu ada seorang laki-laki yg mengenali Imam Ibnu Muhairiz, orang itu kemudian memberi tahu penjual tersebut bahwa yg ingin membeli dagangannya adalah Ibnu Muhairiz, seorang alim yg masyhur. Laki-laki itu menyuruh agar penjual tersebut memberikan pelayanan yg terbaik dgn harga yg terbaik pula.
Mendengar itu, Ibnu Muhairiz mengatakan,
"إنما أنا جئت أشتري بمالي، ولم أجئ أشتري بديني"
[حلية الأولياء، ٥\١٣٨]
"Saya datang ke sini ingin membeli dengan uang saya, saya tidak datang tuk membeli dengan "agama" saya".
Setelah itu, beliau langsung beranjak pergi dan tidak jadi membeli.
Beliau tidak ingin diperlakukan lebih hanya karena dikenal alim dan sholeh, khawatir akan merusak niat dan hatinya.
___
Menjadi alim dengan harapan agar dihormati, disegani, disambut, dan diperlakukan baik oleh orang-orang adalah di antara niat buruk dalam menuntut ilmu. Berharap saat jadi orang alim, ketika membeli sesuatu dimurahkan harganya, ketika melamar seseorang dimudahkan, ketika berkunjung ke suatu tempat akan disalami dan dicium tangan, ketika hadir di majelis, para hadirin akan berdiri hormat, dan harapan-harapan duniawi yg lain.
Rusaknya niat inilah cikal bakal sifat ujub dan sombong pada diri seorang alim.
Orang alim yg hatinya dipenuhi sifat ujub dan sombong ketika diperlakukan baik oleh manusia, yg terlintas di hatinya, "memang mereka selayaknya hormat kepada saya, saya orang alim".
Dan ketika diperlakukan buruk oleh orang, akan terbesit di hatinya, "Dia sepertinya tidak tahu siapa saya....".
Semoga Allah selalu menjaga hati dan harap kita.
Sumber FB Ustadz : Amru Hamdany