JALANNYA PERTEMPURAN AINUN JALUT
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Pembaca yang telah menyimak tulisan saya sebelumnya tentang dahsyatnya perang Ainun Jalut meminta saya untuk menggambarkan sekilas jalannya pertempuran legendaris tersebut.
Dan berikut saya nukilkan dari beberapa sumber kitab ulama yang menceritakan jalannya perang Ainun Jalut.
1. Di pihak muslim, pasukan ini dipimpin oleh Saifudin Qutuz rahimahullah. Sedangkan di pihak mongol komandannya adalah Qitbuka Noyan dan Baidara, yang merupakan wakil Hulagu di wilayah Syam dan sekitarnya.
Pasukan Mongol menuju ke medan pertempuran dengan jumawa dan kepercayaan diri yang tinggi. Sedangkan pasukan Islam dirundung ketakutan dan kecemasan.
Sebagaimana hal ini dituturkan oleh Taqiyuddin al Maqrizi :
وتقدم الملك المظفر لسائر الولاة بإزعاج الأجناد للخروج للسفر. ومن وجد منهم قد إختفى يضرب بالمقارع. وسار حتى نزل الصالحية. وتكامل عنده العسكر
“Raja Mudzafar Saifuddin Qutuz maju memimpin pasukannya yang sedang dirundung rasa ketakutan untuk meneruskan perjalanan. Jika beliau menemukan adanya pasukan yang mogok bersembunyi, maka ia memukulnya dengan tongkatnya.
Hingga kemudian ia bersama pasukannya bisa mencapai daerah Shalihiyah dan pasukannya bisa berkumpul dengan sempurna.”
2. Ketakutan ini juga menyusup ke hati para komandan dan Amir. Bahkan sebagian mereka karena takutnya ada yang berencana untuk balik ke Mesir.
Maka sang pemimpin agung ini menyampaikan ucapannya yang kemudian tercatat dalam sejarah dengan tinta emas :
يا أمراء المسلمين لكم زمان تأكلون من بيت المال، و أنتم للغزاة كارهون، وأنا متوجِّه فمن اختار الجهاد يصحبني، ومن لم يختر ذلك يرجع إلى بيته،فإن الله مطَّلع عليه، وخطيئة حريم المسلمين في رقاب المتأخرين.
“Wahai orang-orang yang telah diserahi urusan kaum muslimin, sekian lama kalian telah makan dari harta baitul Mal. Lalu sekarang kalian enggan untuk berperang ?
Adapun aku, sungguh akan tetap berangkat ke pertempuran meskipun sendirian. Barang siapa yang memilih jihad, maka silahkan ia bersamaku. Dan siapa yang enggan, silahkan ia pulang ke rumahnya.
Sungguh Allah maha mengawasi, kesalahan para pendahulunya, akan ikut ditanggung oleh generasi sesudahnya."
Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan, Qutuz suatu malam keluar mengendarai kudanya seraya berkata : “Aku akan menghadapi Tartar meski sendirian.”
Begitu para amir melihat gerak dan tekat Saifuddin Qutuz yang tak tergoyahkan. Mereka pun akhirnya ikut bergerak menyongsong musuh meski masih dilanda keragu-raguan.
3. Sebelum masuk ke wilayah musuh, Qutuz mengirimkan pasukan pelopor yang dikomandoi oleh panglimanya Ruknudin Baibars. Pasukan ini bergerak cepat melakukan penetrasi ke wilayah Tartar yang ada di Gaza.
Menghancurkan satuan-satuan kecil patroli musuh, lalu melakukan aksi pengintaian dengan mempelajari posisi, kekuatan, jenis senjata, garis komando dan strategi yang digunakan oleh lawan.
Di luar dugaan, pasukan pelopor ini berhasil melakukan banyak operasi gemilang. Baibars bahkan berhasil merebut Gaza dan mengusir Tartar dari wilayah tersebut.
Hal ini membuat komandan tertinggi Tartar di perang Ainun Jalut, Kitbuqa marah besar. Ia sempat melampiaskan kemarahannya kepada para panglimanya di tenda-tenda pasukannya.
Bagaimana bisa tentaranya yang dikenal tak pernah kalah bisa dibuat kocar-kacir oleh satuan pasukan pelopor.
4. Mental pasukan Islam yang mulai bangkit karena kemenangan Gaza dan juga hasil gembelengan Qutuz yang setiap saat memberikan khutbah penyemangatnya mulai mengatur strategi.
Sultan Saifudin Qutuz rahimahullah dalam pertempuran ini menerapkan gabungan beberapa strategi. Di awal beliau menerapkan strategi jebakan. Di Mana beliau memerintahkan pasukan intinya untuk bersembunyi di garis belakang di balik pepohonan.
Lalu memerintahkan sebagian pasukannya untuk melakukan penyerangan ke barisan musuh. Ketika pertempuran berkecamuk, pasukan ini ditarik berlahan seakan mundur karena kalah.
5. Mereka bergerak berlahan ke belakang yang disusul oleh pasukan Tartar yang terus mendesak. Musuh tidak menyadari sama sekali bahwa mereka sedang digiring ke lubang pembantaian. Bahkan mereka terus meningkatkan tekanan karena mengira pasukan muslimin sudah kewalahan.
Begitu musuh sudah masuk semakin dalam ke area jebakan, tiba-tiba bergema suara takbir yang menggelegar, disusul keluarnya puluhan ribu pasukan penunggang kuda dari balik pepohonan yang melesat bak anak panah.
Mereka menghantam dan mencabik-cabik barisan tentara Mongol yang tak banyak berkutik. Mode pertempuran pasukan Islam pun berganti dari defensif ke strategi mufaja’ah, yakni serangan mematikan dengan mengandalkan kecepatan pasukan kavaleri.
6. Pasukan kuda kaum muslimin bergerak cepat merobek-robek barisan demi barisan tentara Tartar di garis belakang. Kondisi tidak terduga membuat musuh benar-benar tidak berdaya dan sangat menguntungkan pasukan Islam.
Pasukan musuh di garis belakang sedang santai, karena mereka mengira pasukan mereka yang menyerang maju depan sukses menghajar musuh.
Sedangkan kenyataan yang mereka lihat yang datang kembali bukan rekan-rekan mereka yang habis melibas lawan, tapi justru pasukan musuh yang menyerang secara tiba-tiba. Lalu kemana rekan-rekan mereka ? Pikir mereka. Tak tahunya sudah ludes mampus.
7. Terjadilah pertempuran babak kedua yang jauh lebih sengit. Mari kita simak penuturan langsung dari salah satu saksi sejarah peperangan ini,
Taqiyuddin al Maqrizi rahimahullah : “Tatkala pasukan sudah saling bertemu dan saling mendesak, sayap pasukan kaum muslimin bergerak cepat merobohkan posisi lawan. Di tengah pertempuran sultan Saifuddin Qutuz melepaskan helmnya dan melemparkannya ke tanah seraya berseru :
وا اسلا ماه
“Oh demi Islam !”
Beliau bersama pasukannya terus memberi desakan hebat ke arah musuh. Lalu Allah berkenan memberikan kemenangan kepadanya. Katbuga Noyan beserta beberapa panglima Mongol dan pemimpin arab yang berpihak kepadanya tewas dalam pertempuran.”
8. Di pertempuran paroh kedua ini juga diceritakan, bahwa Qutuz sempat terkena anak panah, riwayat lain menyebutkan kudanya yang terkena hingga beliau jatuh.
Ternyata pemanahnya adalah seorang anak muda yang tadinya ikut dalam satuan perang Tartar, setelah tertangkap ia dibebaskan, tapi justru kembali memihak musuh. Iapun akhirnya dibunuh oleh beberapa pasukan Qutuz.
Dalam pertempuran tersebut, sultan Qutuz rahimahullah berteriak dengan sangat keras menggelorakan semangat pasukannya, seraya berdo’a :
وا إسلاماه ثلاث مرات. يا الله، انصر عبدك قطز على التتار
“Oh demi Islam, oh demi Islam oh demi Islam. Ya Allah ! Tolonglah hamba-Mu Qutuz dalam menghadapi tartar.”
9. Hancurnya pasukan Tartar di Ainun Jalut ternyata bukanlah akhir dari pertempuran ini. Karena kekuatan mereka yang besar di berbagai wilayah kemudian mulai berdatangan dan menyusun pasukan baru di daerah Baisan.
Sebenarnya jumlah pasukan musuh yang dihadapi oleh kaum muslimin di Baisan lebih besar dari yang ada di Ainun Jalut. Tapi mereka bisa mengalahkan musuh dengan lebih mudah.
10. Hal ini selain karena pertolongan Allah sebab keikhlasan mereka dalam berjihad, juga karena runtuhnya mitos bahwa Tartar tak mungkin dikalahkan. Bertahun-tahun kaum muslimin disusupi rasa takut kepada kekejaman mongol yang dikatakan sebagai tentara yang tak mungkin bisa dikalahkan.
Para ulama munafik yang telah menjual agmanya dengan dunia telah lama menghembuskan pemahaman bahwa Tartar sebenarnya adalah hukuman Allah yang harus diterima dengan ikhlas oleh kaum muslimin dan tak mungkin untuk dilawan.
Bahkan sebagian pihak ada yang meyakini bahwa mereka ini adalah bangsa perusak Ya’juj Ma’juj yang disebutkan dalam al Qur’an.
11. Pertempuran dahsyat ini terjadi pada pada hari Jum’at tanggal 25/26 Ramadhan 658 H, mulai di waktu pagi buta hingga sore harinya.
Berita kekalahan Tartar baru tersebar luas di hari Ahadnya. Hal ini karena tak satupun musuh yang berhasil melarikan diri untuk mengkhabarkan kekalahan mereka kepada rekan-rekannya di Damaskus dan wilayah mereka lainnya.
Begitu berita kekalahan tartar ini sampai, para pejabat boneka dan simpatisan Mongol segera melarikan diri karena takut ditangkap oleh rakyat. Tapi sebagian mereka berhasil ditangkap dan disita hartanya.
12. Sultan Mudzafar Saifuddin Qutuz rahimahullah lalu mengirimkan surat kepada kaum muslimin di Damaskus dan wilayah Islam lainnya untuk menyampaikan khabar gembira kemenangan di Ainun Jalut.
Diantara petikan kalimat dalam surat tersebut adalah :
وعسكر المسلمين مستوطنة في مواطنها، جاذبة عقبانها في وكور ظباها، رابضة آسادها في غيل أقناها، ما تزلزل لمؤمن قدم إلا و قَدَمَ إيمانه راسخة، ولا ثبتت لأحد حجة إلا و كانت الجمعة ناسخة، ولا عقدت برجمة ناقوس إلاّ و حلّها الأذان، ولا نطق كتاب إلا وأخر سه القرآن.
“Pasukan kaum Muslimin telah berhasil merebut wilayah yang telah mereka kuasai. Singa-singa kaum muslimin telah berhasil masuk ke sarang mereka dan menderum di sana.
Bencana yang telah menimpa muslimin ini telah mengkokohkan iman mereka. Anggapan bahwa tentara tartar kuat tak terkalahkan telah terhapus saat kedua pasukan bertemu. Suara lonceng telah tergantikan dengan lantunan adzan, hukum buatan mereka tak berlaku lagi dan berganti hukum al Qur’an.”
Semoga Allah merahmatimu wahai pahlawan kebanggaan kami, Singa dan pedang Allah yang terhunus, Saifuddin Qutuz rahimahullah....
______
📜Rujukan : Sultan Mudzafar Saifudin Qutuz Bathal Ma’rakah Ainun Jalut hal 114-142, as Suluk (1/430- 432), An Nujum Adz Dzahirah (7/82-83)
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq