Aturan Berdoa Di Makam
Syekh Asy-Syaukani (1255 H/1839 M), salah satu ulama yang tidak mengikatkan diri pada Mazhab tertentu di bidang fikih, ternyata membolehkan tawassul dan berdoa di makam para ulama.
Beliau memiliki banyak kitab, baik kumpulan takhrij hadis, syarah hadis, thabaqat ulama hingga kumpulan zikir. Kitab terakhir ini bernama Tuhfah Adz-Dzakirin. Di dalamnya Syekh Asy-Syaukani menjelaskan:
ﻭﻳﺘﻮﺳﻞ ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﺑﺄﻧﺒﻴﺎﺋﻪ ﻭاﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ
Seseorang boleh bertawasul kepada Allah dengan para Nabi dan orang-orang saleh (Tuhfah Adz-Dzakirin, 55)
Di kitab tersebut, Syekh Asy-Syaukani menjelaskan tempat-tempat yang dianjurkan untuk berdoa karena diberi keberkahan sehingga mustajab saat berdoa. Diantaranya adalah:
1. Doa Di Makam Para Nabi
(ﻭﻋﻨﺪ ﻗﺒﻮﺭ اﻷﻧﺒﻴﺎء) ﻭﻭﺟﻪ ﺫﻟﻚ ﻣﺰﻳﺪ اﻟﺸﺮﻑ ﻭﻧﺰﻭﻝ اﻟﺒﺮﻛﺔ ﻭﻗﺪ ﻗﺪﻣﻨﺎ ﺃﻧﻬﺎ ﺗﺴﺮﻱ ﺑﺮﻛﺔ اﻟﻤﻜﺎﻥ ﻋﻠﻰ اﻟﺪاﻋﻲ ﻛﻤﺎ ﺗﺴﺮﻱ ﺑﺮﻛﺔ اﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ اﻟﺬاﻛﺮﻳﻦ اﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺩﺧﻞ ﻓﻴﻬﻢ ﻣﻤﻦ ﻟﻴﺲ ﻫﻮ ﻣﻨﻬﻢ ﻛﻤﺎ ﻳﻔﻴﺪﻩ ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻫﻢ اﻟﻘﻮﻡ ﻻ ﻳﺸﻘﻰ ﺑﻬﻢ ﺟﻠﻴﺴﻬﻢ
"Penjelasannya, karena memiliki tambahan kemuliaan dan turunnya berkah. Telah kami sampaikan bahwa keberkahan tempat bisa berdampak pada orang yang berdoa, sama seperti keberkahan orang saleh yang zikir kepada Allah berdampak kepada orang yang ada di dalamnya padahal tidak ikut zikir, sebagaimana dalam hadis Nabi shalallahu alaihi wasallam: "Mereka adalah kaum yang tidak mencelakai orang yang duduk bersamanya [HR Bukhari]"
2. Doa Di Makam Ulama
(ﻗﻮﻟﻪ ﻭﺟﺮﺏ اﺳﺘﺠﺎﺑﺔ اﻟﺪﻋﺎء ﻋﻨﺪ ﻗﺒﻮﺭ اﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ) ﺃﻗﻮﻝ ﻭﺟﻪ ﻫﺬا ﻣﺎ ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ ﻫﻬﻨﺎ ﻭﻓﻴﻤﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﻭﻟﻜﻦ ﺫﻟﻚ ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻥ ﻻ ﺗﻨﺸﺄ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ ﻣﻔﺴﺪﺓ ﻭﻫﻲ ﺃﻥ ﻳﻌﺘﻘﺪ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ اﻟﻤﻴﺖ ﻣﺎ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ اﻋﺘﻘﺎﺩﻩ ﻛﻤﺎ ﻳﻘﻊ ﻟﻜﺜﻴﺮ ﻣﻦ اﻟﻤﻌﺘﻘﺪﻳﻦ ﻓﻲ اﻟﻘﺒﻮﺭ ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻗﺪ ﻳﺒﻠﻐﻮﻥ اﻟﻐﻠﻮ ﺑﺄﻫﻠﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺷﺮﻙ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻓﻴﻨﺎﺩﻭﻧﻬﻢ ﻣﻊ اﻟﻠﻪ ﻭﻳﻄﻠﺒﻮﻥ ﻣﻨﻬﻢ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻄﻠﺐ ﺇﻻ ﻣﻦ اﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻭﻫﺬا ﻣﻌﻠﻮﻡ ﻣﻦ ﺃﺣﻮاﻝ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ اﻟﻌﺎﻛﻔﻴﻦ ﻋﻠﻰ اﻟﻘﺒﻮﺭ ﺧﺼﻮﺻﺎ اﻟﻌﺎﻣﺔ اﻟﺬﻳﻦ ﻻ ﻳﻔﻄﻨﻮﻥ ﻟﺪﻗﺎﺋﻖ اﻟﺸﺮﻙ
Sudah terbukti doa dikabulkan di dekat makam para ulama. Penjelasannya sama seperti sebelumnya. Namun ada syarat, yakni tidak menimbulkan mafsadah. Yaitu keyakinan terhadap mayit dalam hal-hal yang tidak boleh diyakini, seperti yang terjadi pada pemilik keyakinan terhadap kuburan. Mereka terkadang berlebihan dengan pemilik kubur yang mengarah kepada syirik. Mereka menyeru kepada orang-orang saleh bersama seruan kepada Allah dan meminta kepada mereka sesuatu yang tidak diminta kecuali kepada Allah. Ini dapat diketahui dari orang-orang yang berdiam diri di kuburan, khususnya orang awam yang tidak memahami kesamaran syirik (Tuhfah Adz-Dzakirin, 74)
Bagaimana dengan orang yang ziarah sambil menyeru kepada orang saleh di dekat makamnya? Menyeru atau memanggil nama para ulama yang diamalkan oleh Nahdliyyin bukan meyakini dapat mengabulkan doa dan memenuhi permintaan. Tapi meyakini hanya Allah yang mengabulkan. Memangnya ada dalil bahwa arwah para ulama bisa mendoakan? Dalilnya ada di kolom komentar. Di sini terlalu panjang.
• Ziarah ke Makam Syaikhona Kholil Bangkalan, tak sengaja berjumpa dengan nama yang sangat terkenal di kalangan KUA, Hakim PA, Modin se Jatim dan TV Swasta, Mantuan H Farmadi Hashim
Sumber FB Ustadz : Ma'ruf Khozin
lanjutan di komentar :
Diantara hadis yang lebih ringkas tentang doa dari keluarga yang sudah wafat untuk keluarga yang masih hidup adalah:
قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم إِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى أَقَارِبِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ مِنَ الأَمْوَاتِ فَإِنْ كَانَ خَيْراً اسْتَبْشَرُوا بِهِ وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ قَالُوا اللَّهُمَّ لاَ تُمِتْهُمْ حَتَّى تَهْدِيَهُمْ كَمَا هَدَيْتَنَا
Sabda Nabi: “Sungguh amal kalian dilaporkan pada keluarga dan kawan yang sudah mati. Jika mereka melihat yang baik maka mereka bahagia. Jika melihat amal yang buruk mereka berdoa: “Ya Allah. Jangan matikan mereka hingga Engkau memberi hidayah kepada mereka seperti Engkau memberi hidayah kepada kami” (HR Ahmad. Ada juga hadis lain diriwayatkan oleh Ibnu Mubarak dan Syekh Albani menilai sahih)