Kenapa Al-fatihah disebut Surat Paling Utama, dan Ayat Kursi disebut Pemimpin Ayat-Ayat Al-Quran?
Kita meyakini bahwa semua ayat dalam Al-Quran adalah firman Allah, namun keutamaan pada surat dan ayat tertentu niscaya adanya. Tentu beda ayat yang menjelaskan tentang Sifat Allah yang mulia dengan ayat yang menjelaskan Abu Lahab yang masuk neraka. Keutamaan surat tertentu itu ada dengan penjelasan dari Nash hadits Nabi.
Misalnya hadits tentang Al-Fatihah dan Ayat Al-Kursi.
Hadits Al-Fatihah diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Al-Baihaqi melalui jalur Sahabat Sayyidina Anas:
فاتحة الكتاب أفضل القرآن
“Surat Al-Fatihah adalah surat yang paling utama dalam Al-Quran”
Hadits Ayat Kursi diriwayatkan oleh Al-Hakim melalui Sahabat Abu Hurairah:
آية الكرسي سيد آي القرأن
“Ayat Al-Kursi adalah pemimpin para ayat dalam Al-Quran”.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Jawahir Al-Quran menjelaskan dengan sangat baik tentang mengapa Al-Fatihah disebut surat yang paling utama, sedangkan Ayat Kursi disebut dengan pemimpin para ayat.
Namun sebelum itu, beliau terlebih dahulu membagi muatan Al-Quran menjadi 6 bagian:
Ada ayat-ayat yang menjelaskan tentang Allah, sifat dan tindakan-tindakan-Nya (af'al).
Ada ayat-ayat yang menerangkan cara seorang hamba bisa sampai kepada Allah.
Ada ayat-ayat yang menggambarkan keadaan setiap hamba di akhir nanti, baik yang berada di Surga maupun yang di Neraka.
Ada ayat-ayat yang berisi kisah para orang-orang suci yang penuh dengan hikmah, dan juga kisah orang yang celaka seperti Fir'aun yang dapat diambil pelajaran.
Ada ayat-ayat yang berisi dialog argumentatif yang membantah pemikiran-pemikiran yang melenceng.
Dan yang terakhir ayat-ayat yang mengarahkan para hamba bagaimana caranya menyiapkan bekal perjalanannya menuju akhirat, dan cara menjaga bekal tersebut agar tidak hilang
Semua muatan isi Al-Quran tersebut akan berfokus pada mengenal Allah, karena memang itu tujuan alam semesta ini diciptakan. Maka ayat yang paling fokus membahas Allah, akan menjadi ayat yang paling unggul dari yang lainnya.
•••
Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat.
Ayat pertama, “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”, berisikan dengan menyebut Allah dan dua sifatnya, yang mana ini bagian pertama yang disebut Al-Ghazali.
Ayat kedua, “Segala puji bagi Allah Tuhan Alam semesta”, berisikan dua hal: cara seorang hamba sampai kepada Allah dengan bersyukur, yang mana menurut Al-Ghazali, bersyukur ini lebih cepat mengantarkan seorang hamba kepada Allah dari pada bersabar. Sebab syukur berisi dengan ketenangan, dan kesenangan, sedangkan bersabar berisi dengan rasa sempit dan kecemasan.
Pada ayat itu juga berisikan tentang af'al Allah yang menciptakan alam semesta yang segala isinya dengan lafadz yang begitu singkat dan padat.
Ayat ketiga, “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”, menyebutkan sifat Allah untuk kedua kalinya, namun ini bukan mengulang dari isi ayat pertama. Karena setiap ayat memiliki maksudnya tersendiri. Adapun pada ayat ini, karena disebut setelah penciptaan alam semesta, seolah Allah ingin memberitahu bahwa ciptaan alam semesta yang ada diciptakan sesempurna mungkin, dan disebut sebelum ayat ketiga yang menjelaskan hari kiamat seolah ingin menggambarkan kasih sayang Allah di hari akhir nanti.
Ayat keempat, “Raja pada hari akhir”, berisikan tentang keadaan hari akhir, yang mana ditulis oleh Imam Ghazali di bagian ke tiga. Juga lafadz Raja menyebutkan salah satu sifat Allah.
Ayat kelima, “hanya kepada-Mu kami menyembah, hanya kepada-Mu kami meminta”, bagian pertama berisikan dua hal: pertama, ibadah dengan ikhlas, yang mana ini adalah cara utama seorang hamba sampai kepada Allah. Kedua, keyakinan bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah.
Bagain kedua, yaitu “hanya kepada-Mu kami meminta” berisikan pokok ajaran Tauhid yang melepaskan segala daya dan upaya manusia dan meyakini semua kuasa hanya milik Allah.
Bagian pertama seolah memberi isyarat untuk menghiasi diri dengan ibadah dan ikhlas, dan bagian kedua membersihkan diri dari menyekutukan Allah dengan daya dan upaya selain dari Allah.
Ayat ke-enam, “Tunjukkan kepada kami jalan yang lurus” berisi doa dan permintaan, yang mana pada hadits disebutkan bahwa berdoa adalah inti dari ibadah, karena di sana hamba memperlihatkan kelemahannya dan Allah memperlihatkan kuasanya.
Ayat ketujuh, menjelaskan tentang nikmat Allah untuk para kekasihnya, dan amarah-Nya untuk para musuh-Nya, dan ini adalah bagian dari menyebut para orang Suci dan para orang yang celaka.
Dengan ini, Al-Fatihah yang terdiri dari 7 ayat hampir mencangkup mayoritas isi kandungan Al-Quran. Pada tujuh ayat itu, terdiri dari menyebut Allah, sifat-Nya, cara hamba sampai kepada-Nya, nikmat untuk para kekasih, dan celaka untuk para musuh.
••
Adapun ayat kursi, keseluruhannya berisi dengan menyebut Allah dan segala sifatnya. Dari awal hingga akhir. Pembahasan ayat tersebut adalah pembahasan inti dari Al-Quran, yaitu mengenal Allah.
Meskipun isinya mirip dengan beberapa akhir ayat di surat Al-Hasyr, namun bedanya ayat kursi hanya terdiri dari satu ayat saja yang menyangkut Allah, sifat, dan kehendak-Nya, sedangkan akhir surat Al-Hasyr untuk meliputi tiga hal tersebut, masih terdiri dari beberapa ayat.
••
Melihat dari kandungan isinya, maka Imam Ghazali memahami dari perbedaan dua hadits yang disebut di awal tadi. Mengapa Al-Fatihah disebut dengan surat yang paling utama, dan Ayat Kursi menjadi pemimpin para ayat. Imam Ghazali mengatakan:
والسر في هذا التخصيص أن الجامع بين فنون الفضل وأنواعها الكثيرة يسمى فاضلا، والذي يجمع أنواعا أكثر... يسمى أفضل، فإن الفضل هو الزيادة، فالأفضل هو الأزيد، وأما السؤدد فهو عبارة عن رسوخ معنى الشرف الذي يقتضي الإستتباع ويأبى التبعية.
“Dan rahasia dibalik pengkhususan ini, bahwa sesuatu yang mengumpulkan banyak keutamaan disebut dengan fadhil, dan yang terbanyak disebut dengan afdhal (yang terbaik), karena makna fadhl adalah kuantitas, dan yang terbaik adalah yang paling banyak isinya. Adapun memimpin, maknanya adalah tertanamnya makna kemuliaan yang menuntut untuk diikuti namun enggan mengikuti (karena ayat kursi bersisi tentang Allah, sifat dan Af'alnya, yang mana semua ayat Al-Quran bertu
Kamis, 24 November 2022.
Madinah Buuts Al-Islamiyyah, Kairo.
Sumber FB Ustadz : Fahrizal Fadil