Hijrah Meninggalkan Indonesia
Keputusan Bahtsul Masail PWNU Jatim di Sidogiri, 2002, membedakan 2 istilah Darul Islam dan Daulah Islamiyyah.
Daulah Islamiyyah ini secara keseluruhan memakai hukum Islam, mulai konstitusi hingga sistem. Seperti Arab Saudi. Namun bagi kelompok Hizbiyyun, Arab Saudi belum dikatakan Kaffah karena menerapkan kerajaan, bukan Khilafah.
Untuk Darul Islam tidak harus menerapkan sistem Islam. Ketika ajaran Islam sudah berlaku dan dijalankan maka sudah sah sebagai Darul Islam. Mana dalilnya? Mari perhatikan hadis sahih berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ إِذَا غَزَا بِنَا قَوْمًا لَمْ يَكُنْ يَغْزُو بِنَا حَتَّى يُصْبِحَ وَيَنْظُرَ ، فَإِنْ سَمِعَ أَذَانًا كَفَّ عَنْهُمْ ، وَإِنْ لَمْ يَسْمَعْ أَذَانًا أَغَارَ عَلَيْهِمْ
Anas berkata bahwa jika Nabi akan berperang maka Nabi tidak langsung menyerang, tapi menginap sampai pagi dan menunggu. Jika Nabi mendengar azan maka Nabi menahan diri tidak perang. Jika tidak mendengar azan maka menunggu sampai semalam (HR Bukhari)
ﻭﻣﻨﻬﺎ - ﻭﻫﻮ اﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺑﻬﺬا اﻟﺒﺎﺏ -: ﺃﻧﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻛﺎﻥ ﻳﺠﻌﻞ اﻷﺫاﻥ ﻓﺮﻕ ﻣﺎ ﺑﻴﻦ ﺩاﺭ اﻟﻜﻔﺮ ﻭﺩاﺭ اﻹﺳﻼﻡ، ﻓﺈﻥ ﺳﻤﻊ ﻣﺆﺫﻧﺎ ﻟﻠﺪاﺭ ﻛﺤﻜﻢ ﺩﻳﺎﺭ اﻹﺳﻼﻡ
Di antara ilmu yang terdapat dalam hadis ini dan sebagai tujuan bab, bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam menjadikan azan sebagai pembeda antara Darul Kufr dan Darul Islam. Maka jika Nabi mendengar azan bagi sebuah negeri maka sama seperti negeri-negeri Islam lainnya (Fathul Bari, 4/201)
Kalau masih menganggap Indonesia sebagai Darul Kufr dan bukan Darul Islam maka kita tunggu hijrah mereka keluar dari Indonesia.
Sumber FB Ustadz : Ma'ruf Khozin