DIANTARA JASA DAN KEBAIKAN HAJJAJ BIN YUSUF
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Ternyata dibalik kebengisan dan kejahatan penjahat yang satu ini, ia mempunyai kebaikan dan juga jasa-jasa yang sangat besar bagi kaum muslimin dan masyarakatnya saat itu, bahkan sebagiannya masih kita rasakan hingga hari ini.
1. Hajjaj adalah seorang yang hafal al-Qur’an dan sangat bersungguh-sungguh dalam program-progam pengembangan baca, tulis dan upaya penghafalannya. Sebagian riwayat menyebutkan ia mengkhatamkan al-Qur’an dalam 3 hari sekali.
2. Hajjaj menerapkan kebijakan dengan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi, yang ini bukan hanya berlaku di wilayah pemerintahannya tapi juga berlaku diseluruh wilayah kekhalifahan Islam.
3. Dia adalah orang yang berjasa dalam penulisan al-Qur’an untuk pertama kalinya diberi tanda baca (fathah, kasrah, dhammah, sukun, dan tasydid) untuk memudahkan umat Islam dalam membaca al-Qur’an.
Bahkan sebagian riwayat pembagian Qur'an menjadi 30 juz adalah berasal dari ijtihadnya sesuai perintah dari khalifah Abdul Malik bin Marwan.
Hal-hal di atas jelas-jelas masih kita rasakan manfaatnya hingga sekarang.
4. Hajjaj mengerahkan pasukan dalam jumlah besar yang dipimpin oleh salah satu panglima Islam terkenal, Muhammad Qasim untuk menolong umat Islam yang diserang oleh kerajaan Hindu di India.
Karena usahanya inilah wilayah pemerintahan Islam di sana bisa dipertahankan.
5. Hajjaj mengkukuhkan kekuatan Islam di Turkestan dengan mengirim tentara pimpinan Qutaibah bin Muslim sehingga berhasil menembus perbatasan negara China.
6. Hajjaj turut serta berpartisipasi dalam mengirimkan para mujahidin masuk ke wilayah Eropa untuk bergabung dengan pasukan Islam yang dipimpin oleh Musa bin Nusair dan Thoriq bin Ziyad masuk ke wilayah Spanyol.
7. Hajjaj tidak pernah menggunakan harta kekayaan atau fasilitas negara untuk kesenangannya. Bahkan sebaliknya ia dan keluarganya dikenal hidup sederhana. Saat ia mati, tak ditemukan pada harta-harta kekayaan apapun.
Ibnu Katsir menukil dalam Bidayah wa Nihayah (12/552) :
أن الحجاج مات ولم يترك إلا ثلاثمائة درهم، ومصحفا، وسيفا، وسرجا، ورحلا، ومائة درع موقوفة
"Hajjaj meninggal tidaklah meninggalkan apapun kecuali hanya uang 300 dirham (32 juta), sebuah mushaf, sebilah pedang, pelana, sekedup, dan 100 baju besi yang ia waqafkan."
8. Ketika akan wafat ia membaca sebuah do'a yang membuat orang seperti Umar bin Abdul Aziz iri dengan do'a tersebut :
اللهم اغفرلي فإن الناس يزعمون انك لا تفعل
"Ya Allah ampuni aku, karena manusia semua mengira engkau tidak bisa melakukan itu."
Lihatlah, manusia dengan jasa sebesar itu, ketika ia berlaku dzalim apalagi mudah menumpahkan darah saat memerintah, iapun dalam sejarah dicatat sebagai salah satu manusia paling durjana dalam dunia Islam.
Bahkan ulama sampai berbeda pendapat tentang status keimanannya, apakah dia masih muslim ataukah telah murtad.
Lalu bandingkan dengan hari ini, adanya para penguasa-penguasa yang minim prestasi dan tindak tanduknya menyusahkan rakyat satu negeri hingga sekian generasi.
1. Jangankan hafal Qur'an bisa baca atau tidak saja belum pasti, apa lagi rutin mengkhatamkannya meski setahun sekali.
2. Boro-boro bisa apa lagi cinta bahasa Arab, justru anti dan alergi dengan segala sesuatu yang berbau Arab (baca : Islam)
3. Tak punya jasa apapun dalam pengembangan Qur'an. Jika hendak dipaksakan juga disebut jasa, paling ia terlibat dalam kegiatan lomba-lomba Qur'an yang sebenarnya ia cuma numpang nama dari anggaran negara.
4. Jangankan hingga menggerakkan pasukan seperti Hajjaj, bersuara terang dan tegas untuk saudara muslim yang sedang tertindas pun tak dilakukannya.
5. Jangankan membantu meneguhkan wilayah Islam, tanah suci kaum muslimin dijajah hingga hari ini pun mereka masih sangat kalem dan bisa mesra dengan para penjajah.
6. Tidak pernah berpartisipasi nyata dalam jihad, bahkan sebaliknya kata jihad saja dimusuhi dan disamakan dengan terorisme.
7. Jangankan kas negara, bantuan sosial untuk rakyat yang sedang kesulitan pun diembat. Rekening pejabat pada gendut.
Dan semua kejahatan dan kekurangan para penguasa ini "tertutupi" hanya karena mereka pandai memainkan pencitraan.
Kebodohan Hajjaj adalah ia terlalu jujur dalam kejahatannya. Coba kalau ia main halus dan pandai (mau) menutupi kekurangannya seperti penguasa hari ini, ia sangat mungkin akan dipersamakan dengan Harun ar Rasyid, Umar bin Abdul Aziz atau bahkan Umar bin Khattab.
Semoga mereka yang mendukung kedzaliman penguasa dengan jargon "penguasa kita tak sejahat Hajjaj bin Yusuf" bisa menyadari : Hajjaj memang jahat, bahkan sangat jahat, tapi kejahatan sebagian penguasa jahat hari ini banyak yang bahkan lebih jahat dari si Hajjaj.
Wallahu musta'an...