MEMBELA IBNU TAYMIYAH
Sebagaimana dimaklumi, saya sering mengkritik Syaikh Ibnu Taymiyah demi kejujuran ilmiah di bagian yang mana beliau memang salah, misalnya akidah tajsim, yang tentu wajib dikatakan salah. Banyak yang meradang dengan kritik tersebut meskipun mereka tidak dapat memberi pembelaan kecuali hanya bisa bilang bahwa saya bukan siapa-siapa atau bilang bahwa mencela ulama itu terlarang (meskipun mereka sendiri adalah pencela ulama ketika ulama berbeda pendapat dengan mereka).
Agar seimbang, demi kejujuran ilmiah pula kali ini saya akan membela ucapan Syaikh Ibnu Taymiyah yang benar sebab saya tahu betul bahwa ucapan itu benar-benar sesuai dengan ajaran para salafus shalih. Berikut ini perkataan beliau:
فَمَذْهَبُ السَّلَفِ رِضْوَانُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ إثْبَاتُ الصِّفَاتِ وَإِجْرَاؤُهَا عَلَى ظَاهِرِهَا وَنَفْيُ الْكَيْفِيَّةِ عَنْهَا. لِأَنَّ الْكَلَامَ فِي الصِّفَاتِ فَرْعٌ عَنْ الْكَلَامِ فِي الذَّاتِ وَإِثْبَاتُ الذَّاتِ إثْبَاتُ وُجُودٍ؛ لَا إثْبَاتُ كَيْفِيَّةٍ فَكَذَلِكَ إثْبَاتُ الصِّفَاتِ
"Mazhab para salaf radliyallahu anhum adalah menetapkan adanya sifat dan memberlakukannya menurut dhahirnya dan MENAFIKAN KAIFIYAH dari sifat tersebut sebab berbicara tentang sifat adalah cabang dari berbicara tentang dzat. Menetapkan Dzat Allah adalah menetapkan wujudnya, BUKAN MENETAPKAN KAIFIYAHNYA, maka seperti itu juga menetapkan sifat (sama bukan menetapkan kaifiyah)". (Majmu' Fatawa)
Di tempat lain dari kitab yang sama, Syaikh Ibnu Taymiyah berkata tentang akidah Salafiyah sebagai berikut:
وَأَمَّا السَّلَفِيَّةُ " فَعَلَى مَا حَكَاهُ الخطابي وَأَبُو بَكْرٍ الْخَطِيبُ وَغَيْرُهُمَا قَالُوا: مَذْهَبُ السَّلَفِ إجْرَاءُ أَحَادِيثِ الصِّفَاتِ وَآيَاتِ الصِّفَاتِ عَلَى ظَاهِرِهَا. مَعَ نَفْيِ الْكَيْفِيَّةِ وَالتَّشْبِيهِ عَنْهَا
"Golongan Salafiyah seperti apa yang diceritakan oleh al-Khattabi, Abu Bakar al-Khatib dan selain keduanya. Mereka berkata: Mazhab salaf adalah memberlakukan hadis sifat dan ayat sifat sesuai dhahirnya beserta PENAFIAN KAIFIYAH dan penyamaan dari sifat-sifat tersebut." (Majmu' Fatawa)
Benar sekali pernyataan Syaikh Ibnu Taymiyah di atas, kaifiyah itu dinafikan dan sama sekali tidak ditetapkan. Menetapkan Dzat Allah bukanlah menetapkan kaifiyah bagi dzat Allah. Sebab itu, menetapkan sifat bukanlah berarti menetapkan kaifiyah sifat.
Ketika membahas Dzat Allah, maka Dzat tersebut kita yakini wujud, tapi tidak boleh kita menetapkan kaifiyah dzat tersebut seperti misalnya kaifiyahnya berukuran besar, padat, punya sisi-sisi yang berbeda, terdiri dari organ-organ dan seterusnya. Ini semua adalah kaifiyah yang WAJIB DINAFIKAN.
Ketika membahas Sifat Allah, maka sifat Allah itu diimani sebagaimana dhahir lafadznya. Ketika Allah dan Rasul menyatakan bahwa Allah istawa, nuzul dan seterusnya maka itulah yang wajib ditetapkan sesuai dengan kelayakan bagi Allah yang maha Suci, tetapi tidak boleh menetapkan kaifiyahnya seperti bertempat, berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dan seterusnya. Itu kaifiyah yang WAJIB DINAFIKAN.
Jadi, menurut penjelasan tersebut, kaifiyah itu dinafikan bukan ditetapkan lalu dimajhulkan. Orang yang berkata bahwa Dzat dan sifat Allah ada kaifiyahnya tapi kaifiyahnya tidak diketahui adalah jelas salah menurut penjelasan Ibnu Taymiyah ini. Jangan sampai tertipu dengan tahrif (plintiran) Ibnu Abil Izz dan lain-lain yang menyatakan bahwa yang dinafikan adalah ilmu terhadap kaifiyah sebab yang asli dinafikan oleh salaf adalah kaifiyahnya itu sendiri.
Syaikh Ibnu Taymiyah berulang menukil dan berhujjah dengan nama dua orang imam Salaf di atas, yakni Imam Sulaiman al-Khattabi dan Imam Abu Bakar al-Khatib al-Baghdadi. Benar sekali hujjah dan rekomendasi Ibnu Taymiyah ini. Keduanya adalah para imam besar yang menjadi panutan umat dan yang merepresentasikan ajaran salaf. Dan, perlu diketahui bahwa keduanya adalah tokoh besar Asy'ariyah. Tak salah Ibnu Taymiyah memilih tokoh untuk dirujuk. Di bagian lain, dia memuji keduanya sebagai berikut:
وَهُمَا إمَامَانِ مِنْ أَصْحَابِ الشَّافِعِيِّ مُتَّفَقٌ عَلَى عِلْمِهِمَا بِالنَّقْلِ وَعِلْمُ الخطابي بِالْمَعَانِي - أَنَّ مَذْهَبَ السَّلَفِ إجْرَاؤُهَا عَلَى ظَاهِرِهَا مَعَ نَفْيِ الْكَيْفِيَّةِ وَالتَّشْبِيهِ عَنْهَا. وَاَللَّهُ يَعْلَمُ أَنِّي قَدْ بَالَغْت فِي الْبَحْثِ عَنْ مَذَاهِبِ السَّلَفِ فَمَا عَلِمْت أَحَدًا مِنْهُمْ خَالَفَ ذَلِكَ.
"Keduanya adalah dua orang imam pengikut Syafi'i yang disepakati keilmuannya tentang naql (al-Qur'an dan hadis) serta kelimuan al-Khatthabi tentang ma'ani. Bahwasanya mazhab salaf adalah memberlakukan sesuai dhahirnya beserta MENAFIKAN KAIFIYAH dan tasybih dari sifat tersebut. Allah sangat tahu bahwa aku (Ibnu Taymiyah) sudah sangat bersungguh-sungguh dalam pembahasan mazhab-mazhab salaf dan aku tidak mengetahui seorang pun menyelisihinya". (Majmu' Fatawa)
Jadi, bahkan Ibnu Taymiyah memastikan bahwa penafiyan Kaifiyah itu adalah mazhab salaf yang disepakati sehingga tidak ada seorang pun yang menyelisihinya. Dengan demikian, kalau ada yang sepintas menyelisihi penafian kaifiyah ini, maka itu harus dipahami dalam konteks yang benar. Selengkapnya tentang akidah salaf yang lain dapat dilihat dari kitab-kitab kedua imam yang dipuji setinggi langit tersebut, yakni Imam Sulaiman al-Khattabi al-Asy'ari dan Imam Khatib al-Baghdadi al-Asy'ari.
Itulah pembelaan saya pada Syaikh Ibnu Taymiyah. Yang berbeda dari ini tidak akan saya bela sebab seperti kata Ibnu Taymiyah sendiri di atas, akidah salaf yang asli adalah yang begini. Kalau pun di tempat lain ada pernyataan Ibnu Taymiyah yang berbeda, maka itu artinya bagian itu bukan akidah salaf sehingga tidak perlu saya bela. Kalau di antara pembaca ada yang hendak membahas bagian lain itu, maka silakan saja dilakukan dan saran saya diberi judul "Kontradiksi Ibnu Taymiyah".
Semoga bermanfaat.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad
20 Oktober 2022 pada 09.09 ·