Pentingnya Belajar Sifat Mustahil Bagi Allah !
Oleh Ustadz : Rahmat Taufik Tambusai
Seorang dosen bertanya ke beberapa mahasiswa, yang sedang makan siang di salah satu kantin kampus, kebetulan saya juga lagi makan siang di situ, saya duduk tidak jauh dari meja dosen dan mahasiswa tersebut.
Pertanyaannya membuat saya gelisah ingin ikut nimbrung menjawab, karena pertanyaan tersebut, jika tidak pas jawabannya menyebabkan mahasiswa menjadi liberal, ateis dan wahhabi.
Diantara pertanyaannya, bagaimana Allah akan mengazab dan membakar iblis sedangkan iblis diciptakan dari api, dan mana mungkin api bisa membakar api ?
Saya melihat mahasiswa mengangguk dan ketawa plus mengiyakan apa yang dikatakan pak dosen, dan ada yang mencoba menjawab tetapi tidak pas dengan yang diinginkan oleh sang dosen.
Lalu saya minta izin, pak boleh saya ikut menjawab, langsung pak dosen menjawab silahkan.
Untuk menjawab pertanyaan bapak, saya ingin balikkan pertanyaannya, manusia diciptakan dari tanah termasuk bapak, sekarang kalau saya pukul dengan tangan saya yang juga terbuat dari tanah kira - kira sakit tidak ? atau saya ambil segenggam tanah, lalu saya lempar kepada bapak kira - kira merasa sakit tidak ? bukankah kita dari tanah, kenapa bisa merasa sakit, begitu pula halnya iblis, ia akan merasa sakit ketika dibakar dengan api.
Artinya asal usulnya benar dari api dan tanah tetapi sudah dibentuk dalam wujud lain, maka tidak bisa dipersamakan lagi dengan sifat asal usulnya.
Kemudian pak dosen kembali bertanya, Allah itu maha berkehendak dan berkuasa, apakah Allah mampu menciptakan benda yang Allah sendiri tidak mampu mengangkatnya ?
Saya perhatikan tidak satu pun mahasiswa yang berani menjawabnya, karena secara fitrah mereka menolak pertanyaan seperti itu, sebab bertolak belakang dengan logika sebagai seorang muslim.
Kemudian saya bertanya ke pak dosen, pak dosen pernah belajar sifat 20 mustahil bagi Allah ? pernah kata pak dosen.
Apa yang bapak pahami dari sifat 20 mustahil bagi Allah ? saya kurang paham jawab pak dosen.
Lalu saya katakan, saya juga tidak terlalu paham pak, tapi saya akan coba untuk menjelaskannya sesuai yang pernah saya pelajari.
1. Tujuan disusunnya Sifat mustahil bagi Allah adalah untuk mensucikan Allah dari sifat kekurangan.
2. Agar tidak terjerumus kepada paham tajsim mengganggap Allah punya jisim / berbentuk tubuh dan paham tasybih menyerupakan Allah dengan makhluk ciptaannya.
3. Agar terhindar dari paham liberal, paham reinkarnasi, dan tuhan menjelma menjadi salah satu makhluknya.
4. Untuk menjaga keagungan dan kemuliaan Allah, karena sesuatu yang membuat rendah dan hina kedudukan Allah maka harus dibuang, sebab mustahil Allah rendah dan hina, karena rendah dan hina sifat kekurangan, setiap sesuatu yang kurang bagi tuhan wajib disucikan.
Jika dikatakan, apakah Allah mampu menciptakan benda yang tidak mampu diangkatnya, maka sama halnya mengganggap Allah itu sama dengan makhluk, karena membuat diluar kemampuan merupakan sifat makhluk, sedangkan kesurapaan merupakan sifat kekurangan, maka Allah harus disucikan dari sifat kekurangan.
Mengangkat dan menurunkan merupakan sifat makhluk, sama halnya duduk dan berdiri, maka tidak layak menanyakan Allah dengan sifat makhluk, karena sama halnya kita menyamakan Allah dengan makhluk, maka mustahil Allah serupa dengan makhluk.
Setiap sesuatu yang menjatuhkan keagungan dan kemuliaan Allah maka wajib ditiadakan, karena dapat menyebabkan timbul prasangka - prasangka yang tidak layak bagi Allah.
Pertanyaan di atas merupakan jebakan, jika dijawab tidak mampu, berarti Allah lemah, dan jika dijawab mampu, berarti Allah pada hakikatnya tidak kuasa atas ciptaannya, buktinya tidak mampu mengangkatnya, sehingga kesimpulannya bahwa tuhan itu tidak ada, bisa membawa orang kepada ateis.
Jika Allah berkehendak tanpa dibatasi dengan sifat mustahil menurut akal, maka jangan heran ada yang jatuh kepada paham tajsim, Allah mampu berkehendak menjadi manusia, duduk diatas nyamuk dll.
Seandainya ini terjadi, maka apa bedanya Allah dengan tuhan - tuhan yang disembah oleh agama lain,
Dalam akidah islam, jangankan berubah kepada bentuk makhluk, menyerupai sedikit saja sifat makhluk mustahil bagi Allah, karena dapat merendahkan kedudukan Allah, merendahkan merupakan sifat kekurangan, dan sifat kekurangan mustahil bagi Allah.
Sama halnya pertanyaan, apakah tuhan mampu menciptakan tuhan ? adanya dua tuhan mustahil menurut akal, jika ada dua tuhan, berarti tuhan yang ada bersifat lemah, tidak mampu mengatur alam semesta, mustahil tuhan bersifat lemah.
Maka tuhan harus bersifat wahdaniat dan qiyamuhu binafsihi, jika dua sifat wajib ini sudah ada pada tuhan, maka tidak dibutuhkan kepada tuhan yang lain, karena mustahil Tuhan butuh kepada yang lain.
Timbulnya pertanyaan nyeleneh di atas, salah satu akibat tidak belajar sifat mustahil bagi Allah.
Dengan dibatasi dengan sifat mustahil bagi Allah, maka akal akan lurus dalam pengenalan akan Allah, tidak akan berani mengatakan Allah serupa dengan makhluk atau mensifati Allah dengan sifat makhluk dan mengatakan sesuatu yang tidak layak bagi Allah.
Sifat kuasa dan kehendak Allah bukan untuk membuat tandingan bagi Allah, merendahkan kedudukan Allah, dan menjatuhkan keagungan dan kemuliaan Allah.
Oleh sebab itu, setiap kuasa dan kehendak yang dinisbatkan kepada Allah yang menyebabkan jatuh kepada merendahkan kedudukan Allah dan membuat tandingan bagi Allah, maka itu semua mustahil bagi Allah dan wajib ditiadakan.
Sebagai contoh ada yang mengatakan Allah kuasa mengambil tempat di atas sayap nyamuk, membesar dan mengecil sesuai kehendaknya.
Ini jelas paham mujassimah, yang diingkari oleh ulama ahlus sunnah wal jamaah asyariyah wal maturidiyah.
Dalu - dalu, Senin 29 Agustus 2022
Yuk umroh yang minat hubungi kami.
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa
29 Agustus 2022 pada 19.53 ·