Luasnya Ilmu Agama
Sebagaimana ilmu alam atau ilmu umum, ternyata ilmu agama itu juga mengalami perkembangan yang sangat luas dan beragam. Semakin bertambah zaman, semakin bertambah cabang dan spesialisasinya. Bukan hanya itu, tetapi juga semakin mendalam dan mendetail.
Apa-apa yang di masa kenabian belum jadi suatu ilmu, beberapa tahun kemudian sudah menjadi disiplin ilmu tersendiri. Lalu ilmu itu pecah lagi menjadi beberapa bidang tersendiri yang berbeda.
Sebutlah misalnya ilmu bahasa Arab, mana ada di masa kenabian pelajaran cabang-cabangnya seperti ilmu Nahwu, Sharaf, Balaghah, Bayan, Badi' dan rombongannya.
Bukan berarti Nabi SAW dan para shahabat tidak mengerti semua ilmu itu, namun di masa mereka, bahasa Arab hanya dipraktekkan saja dalam kehidupan sehari-hari. Namun belum jadi sebuah bidang kajian khusus.
Beberapa puluh tahun kemudian barulah bahasa Arab itu diteorikan, dikodifikasi dan jadi disiplin ilmu tersendiri. Kejadiannya justru setelah para shahabat membawa Islam keluar dari batas negeri Arab.
Sibawaih yang dikenal sebagai tokoh besar dalam Ilmu Nahwu, ternyata justru bukan orang Arab asli.
* * *
Begitu juga dengan cabang ilmu lain seperi ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqih, ilmu Ushul fiqih bahkan ilmu tajwid dan lainnya.
Semua cabang ilmu itu belum tumbuh dan berkembang di masa kenabian. Bukan karena mereka tidak berilmu, tapi karena di masa itu ilmunya memang belum berkembang.
Oh ya, tahu kah anda bahwa di masa kenabian belum ada pelajaran Sirah Nabawiyah. Tahukah sebabnya?
Ya iya lah, kan mereka pelakunya langsung. Jadi ngapain mereka belajar tentang diri mereka sendiri? Ngapain belajar Sirah Nabawiyah? Kan itu kita.
* * *
Maka tidak aneh kalau di masa lalu ada banyak ulama yang punya banyak disiplin ilmu. Sebab ilmu di masa lalu belum terlalu banyak berkembang seperti di masa kemudian.
Banyak sosok ulama di masa lalu yang juga seorang dokter. Kita mungkin berdecak kagum. Tapi ketahuilah bahwa ilmu kedokteran di masa itu belum senjelimet sekarang.
Di masa lalu, asalkan hafal banyak nama penyakit dan obatnya, sudah dianggap dokter. Jumlah penyakit juga amat terbatas.
Tapi hari ini, ilmu kedokteran itu sudah naik ke level spesialisasi. Khusus untuk jantung, paru-paru, hati, ginjal, ada spesialisasinya dan juga ada dokter ahlinya.
Di masa lalu mana ada rumah sakit khusus jantung? Khusus paru-paru? Khusus otak? Khusus ibu hamil?
Hari ini tidak ada dokter yang lulus jadi dokter spesialis di semua jenis penyakit. Itu karena saking luas dan dalamnya ilmu kedokteran.
Maka dalal ilmu agama juga seperti itu. Keahlian masing-masing ilmu menuntut spesialisasi khusus. Ahli fiqih itu belum tentu ahli hadits. Dan ahli tafsir itu belum tentu ahli Nahwu.
Masing-masing ada spesialisasinya. Tidak bisa dipukul rata.
***
Jenjang ilmu agama itu dengan ilmu umum. Kalau masih di level dasar, insyaallah semua cabang ilmu bisa dikuasai.
Ibarat guru SD, dia bisa ngajar semua mata pelajaran.
Namun berbeda dengan guru SMA, guru matematika belum tentu bisa mengajar kesenian, olah raga atau pun tata boga. Bukan karena guru itu bodoh, tapi karena memang bukan bidangnya.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
7 Juli 2022 ·