Penetapan suara dalam kalamullah sama seperti penetapan qunut subuh
Mau sekuat apa pun orang Syafi'iyah menetapkan qunut subuh, mau menukil perkataan Imam Syafi'i dan ribuan ulama lain pun tetap percuma. Semua nukilan itu akan ditolak oleh pengikut Imam Ahmad (Hanabilah) sebab dalilnya dianggap lemah menurut versi mereka. Kalau pun seorang pengikut Imam Syafi'i menukil hadis sahih versi Syafi'iyah yang jelas menyunnahkan qunut subuh, maka status kesahihan hadisnya akan ditolak oleh mereka. Kalau pun dinukil hadis tentang qunut yang disepakati sahih oleh kedua pihak, maka Hanabilah akan bilang bahwa konteknya adalah qunut nazilah, bukan qunut subuh.
Kasusnya sama dengan penetapan suara dalam kalamullah. Mau sekuat apa pun Hanabilah menetapkannya, pasti ditolak oleh mayoritas Asy'ariyah sebab dasarnya dianggap pemah oleh mereka. Meskipun Hanabilah menukil perkataan Imam Ahmad atau ribuan pendukungnya tetap percuma tidak akan diterima sebab dalilnya dianggap lemah. Kalau pun mereka mengutip hadis yang dalam versi mereka sahih tentang suara yang jelas-jelas dari Allah, maka status kesahihan itu akan dikritik. Kalau pun mereka berhasil menukil hadis tentang suara yang disepakati kesahihannya, maka Asy'ariyah akan bilang bahwa itu konteknya adalah suara malaikat bukan suara Allah.
Begitulah kasusnya sehingga perbedaan soal ini tidak akan selesai. Kedua kasus itu masalah utamanya adalah ijtihad tentang kesahihan dalil sehingga percuma kalau cuma menukil pendapat tokoh A,B,C,D dan seterusnya. Demikian juga dengan menukil vonis sesat, bid'ah dan semacamnya juga percuma tak ada gunanya dan takkan ada yang takut sebab masing-masing merasa paling sesuai dengan dalil. Inilah yang tidak dipahami oleh orang yang hanya bisa copas pernyataan ulama tertentu karena menyangka itulah dalil padahal itu hanya pendapat pribadi ulama yang dicopas.
NB: Perlu dicatat bahwa "suara" versi Hanabilah yang asli di sini bukanlah suara dalam definisi yang kita kenal di buku-buku sains atau suara yang setiap saat masuk menggetarkan gendang telinga kita, tapi istilah suara yang tidak kita pahami. Dengan kata lain makna suara ditafwidh. Pemahaman ini berbeda dengan pendapat para Taymiyun yang juga sering mengaku-ngaku Hanabilah padahal sejatinya Hasyawiyah.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad
24 Mei 2022 ·