Bermadzhab, Kenapa Dirisaukan?

Bermadzhab, Kenapa Dirisaukan?

Bermadzhab, Kenapa Dirisaukan?

Fenomena kesadaran untuk bermadzhab dengan salah satu madzhab dari madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali, wa bil khusus madzhab Syafi’i) yang begitu besar di sebagian kelompok atau komunitas yang sebelumnya tidak atau bahkan anti madzhab, merupakan perkara yang patut untuk disyukuri. Kami optimis, semakin ke depan, gelombang ini akan semakin besar lagi. 

Madzhab hakikatnya sebuah metodologi dalam memahami teks-teks dalil yang di susun oleh para ulama mujtahidin dalam menyimpulkan hukum-hukum syar’i. Metode ini dikaji secara mendalam, terukur, dan dalam masa yang sangat panjang (selama berabad-abad). Metodologi ini dipakai dan diamalkan oleh Jumhur (mayoritas) ulama dunia dari masa ke masa di berbagai belahan dunia Islam sampai zaman kita sekarang ini. Hampir-hampir tidak tidak dijumpai seorang ulama pun kecuali bermadzhab.

Menurut syekh ‘allamah Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi rhm, manusia itu cuma ada dua jenis, yaitu ; mujtahid dan awam (muqallid). Mujtahid, mereka yang mampu untuk mengakses dalil dan menyimpulkan hukum darinya. Adapun jenis yang kedua ini (awam/muqallid), Allah Tidak menyuruh mereka ini untuk merujuk langsung kepada Quran dan hadis, tapi memerintahkan mereka untuk bertanya kepada jenis pertama (ulama). Allah berfirman : “Maka bertanyalah kepada ahli dzikir (ulama) jika kalian tidak mengetahui.”(QS. An-Nahl ; 43).  Dan bertanya itu merupakan bentuk taqlid kepada ulama.

Maka, bermadzhab merupakan representasi dari perintah “bertanya kepada ahli dzikir” yang termaktub dalam ayat di atas. Bermadzhab berarti merujuk kepada dalil (Quran dan hadis) melalui tangga pemahaman para ulama yang kredibel. Sebab, orang awam tidak akan mampu mengakses langsung disebabkan berbagai keterbatasan ilmu yang dimiliki. (Al-Laamadzhabiyyah akhtharu bid’atin tuhaddidu Asy-Syari’at Al-Islamiyyah, hlm. 33 – 35 dengan penyesuasian dan tambahan).

Semakin masalah tamadzhub (bermadzhab) dibahas, disudutkan, dikritisi, dituduh, difitnah dan diremehkan, bukan menjadikannya semakin meredup apalagi padam, justru akan menjadi promosi gratis sehingga semakin moncer dan viral/booming. Akhirnya, semakin banyak orang yang asalnya tidak atau anti madzhab, jadi penasaran. Kalau sudah penasaran, biasanya akan mencoba dan endingnya akan mengikuti dengan taufiq dari Allah Ta’ala.

Jadi, fenomena ini tidak perlu dirisaukan. Tapi syukuri dan beri apresiasi, karena semua akan bermadzhab pada waktunya, kawan !

(Abdullah Al-Jirani)

Baca juga kajian ulama tentang mazhab berikut :

  1. Madzhab
  2. Jika Hadits itu Shahih, maka ia adalah Mazhabku
  3. Mungkinkah Tersesat Jika Tidak Bermazhab?
  4. Pertanyaan Seputar Bermazhab
  5. Boleh Belajar Madzhab Asal Jangan Fanatik?

Sumber FB Ustadz : Abdullah Al Jirani

13 Mei 2022  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Bermadzhab, Kenapa Dirisaukan? - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®