= Mengaku Sufi, Tapi Mengabaikan Syariat? =
Imam Asy-Syathibi menukilkan sebuah kisah di dalam kitab beliau, Al-I’tisham, bahwa suatu ketika, Abu Yazid Al-Busthami diajak untuk menemui seorang lelaki yang terkenal sebagai sufi karena kezuhudannya. Beliau dan kawannya pun berjalan, hingga dari jauh melihat lelaki sufi yang dimaksud.
Saat hendak memasuki masjid, lelaki yang dianggap sufi tadi meludah ke arah kiblat, terkejutlah Abu Yazid saat menyaksikannya. Ia pun berbalik, pulang, tak jadi menemuinya. Kemudian ia berkata, “Lelaki ini tidak bisa mempraktekkan adab yang diajarkan Nabi Saw, lalu bagaimana mungkin ia mengaku-ngaku sebagai seorang sufi?”
***
Kita tidak menafikan adanya wali-wali yang mastur, yang secara tampilan, tidak meyakinkan.
Ada yang menyembunyikan kelebihannya yang Allah berikan, karena takut terjerumus sebagaimana Azazil dahulu juga terjerumus. Ada juga, yang begitu tenggelam dalam cinta kepada Allah, sehingga batinnya tidak lagi bersama jasadnya.
Menafikan kewalian dari sosok-sosok seperti ini bukanlah maksiat, karena kita diperintahkan oleh Nabi ﷺ untuk berpegang kepada yang zahir, dan serahkan urusan batin kewaliannya kepada Allah.
Bahkan sekiranya ada seorang mengaku wali, kemudian ia minum khamar, ia tetap harus didera sebanyak 40 kali, atau 80 kali berdasarkan ijtihad Sayyidina Umar.
Perkara darahnya wangi, lukanya membentuk asma husna, itu urusan belakangan, karena syariat harus tetap ditegakkan, dipegang erat, walaupun dengan gigi geraham, apalagi di akhir zaman ini!
Kira-kira inilah yang dapat saya tarik dari salah satu ceramah Buya Yahya.
***
Saya telah melakukan wawancara pula secara pribadi, kepada beberapa mursyid surau Thariqah Mu'tabarah di Payakumbuh dan 50 Kota, mengenai beberapa pengamal thariqah yang mengaku telah sampai pada level ma'rifat, sehingga kemudian mereka mengabaikan syariat.
Semua yang saya wawancarai menegaskan bahwa yang seperti itu bukan representasi thariqah.
***
Disini saya bagikan kembali tulisan lama, ketika saya mulai mengkaji kembali tasawuf. (url tidak bisa dibagikan, jadi saya tulis kembali saja di kolom komentar).
Wali bisa saja menyembunyikan kelebihan, namun wali sekali-kali tak akan menzahirkan maksiat, kecuali ia bukan lagi mukallaf.
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik..
Sumber FB Ustadz : Fakhry Emil Habib
10 Maret 2022 ·