KERJA OTAK VS KERJA OTOT
Oleh : Abdul Wahid Al-Faizin
Ada dua jenis pekerjaan yang menarik untuk direnungkan dalam Al-Quran, yaitu:
Pertama, kerja otak (menggunakan skill, keahlian dan ilmu) seperti yang digambarkan dalam kisah Nabi Yusuf yang menawarkan diri menjadi bendaharawan negara berikut
قَالَ ٱجۡعَلۡنِي عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلۡأَرۡضِۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٞ
"Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga (amanah), dan berpengetahuan.” [Surat Yusuf: 55]
Kedua, kerja otot (mengandalkan kekuatan tubuh) seperti yang digambarkan dalam kisah Nabi Musa yang diminta menjadi penggembala berikut
قَالَتۡ إِحۡدَىٰهُمَا يَٰٓأَبَتِ ٱسۡتَـٔۡجِرۡهُۖ إِنَّ خَيۡرَ مَنِ ٱسۡتَـٔۡجَرۡتَ ٱلۡقَوِيُّ ٱلۡأَمِينُ
"Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, "Wahai ayahku! Jadikanlah dia (Musa) sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya (amanah).” [Surat Al-Qashash: 26]
Untuk kerja otak seperti pada contoh pertama sifat amanah disebutkan pertama kali yaitu lafaz حَفِيظٌ (pandai menjaga atau manah). Namun untuk kerja otot seperti pada contoh kedua sifat amanah disebutkan terakhir yaitu lafaz ٱلۡأَمِينُ (dapat dipercaya).
Hal tersebut menunjukkan bahwa sifat amanah merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam jenis pekerjaan yang menggunakan otak. Karena bahaya yang ditimbulkannya sangat besar sekali ketika tidak diiringi dengan sifat amanah.
Kuli gembala yang tidak amanah (kerja otot) ketika tidak amanah mungkin hanya bisa mengambil satu atau dua ekor sapi yang diamanahkan padanya. Namun pengambil kebijakan yang tidak amanah (kerja otak) bisa mengambil jatah kuota sapi satu negara.
Kuli angkut minyak goreng yang tidak amanah (kerja otot) mungkin hanya bisa mengambil beberapa bungkus minyak goreng. Tapi para pemilik kebijakan dan pengusaha oligarki yang tidak amanah bisa menimbulkan kelangkaan stok minyak goreng satu negara...
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahid Alfaizin
9 Maret 2022 ·