𝗛𝗮𝘂𝗹 𝗜𝗺𝗮𝗺 𝗔𝘀𝘆-𝗦𝘆𝗮𝗵𝗶𝗱
(𝗙𝗲𝗻𝗼𝗺𝗲𝗻𝗮 𝗦𝘆𝗲𝗸𝗵 𝗔𝗹-𝗕𝗼𝘂𝘁𝘆 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗗𝘂𝗻𝗶𝗮 𝗞𝗲𝗶𝗹𝗺𝘂𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗠𝗼𝗱𝗲𝗿𝗻)
Oleh: Fauzan Inzaghi
Syekh al-Bouty tidak melakukan sesuatu yang baru. Apa yang beliau katakan dalam kitabnya, Kubra Yaqiniyat sama dengan apa yang dikatakan oleh para Salaf dan Khalaf umat ini. Beliau hanya memperbarui bahasa syariat agar dipahami oleh umat zamannya, inilah "𝘵𝘢𝘫𝘥𝘪𝘥", memperbarui bahasa syariat, bukan memperbarui syariat. Karena syariat dari dulu, ya, sama dan 𝘮𝘢𝘣𝘯𝘺 dengan 𝘯𝘢𝘲𝘭, jadi gak ada yang berubah, yang berubah adalah bahasa dan tantangan. Kalau dulu ilmu kalam membersihkan syubhat Mu'tazilah, Karamiyah, Bathiniyah dan filsafat klasik seperti Aristo, dll. Sekarang difokuskan pada pembersihan syubhat Abduhisme, Wahabiyah, Rafidhah dan filsafat modern seperti Kant, dll.
Sekali lagi, membahasakan syariat dengan bahasa yang dipahami umat semasanya, itulah 𝘵𝘢𝘫𝘥𝘪𝘥. Maka jangan heran, jika ilmu kalam sebelum Syekh al-Bouty dan sesudahnya sangat berbeda bahasanya, walaupun isinya sama. Inilah salah satu yang membuat Syekh al-Buty menjadi idola ulama Aswaja yang hidup setelah tahun 60-an. Karena beliau dianggap mewakili mereka dalam menjelaskan syariat yang mereka pahami dengan bahasa yang sesuai dengan zamannya. Itu dia yang menjadi alasan kitab modern, Kubra Yaqiniyat menembus pasar kitab turast.
Sekilas info, kitab Kubra Yaqiniyat telah dicetak tidak kurang dari 40 kali, itu baru cetakan pasar, belum lagi cetakan khusus kampus. Karena kitab ini dijadikan kurikulum di beberapa kampus dengan cetakan khusus, ditambah lagi dengan cetakan terjemahannya. Perlu diingat, buku ini berat untuk akademisi, bukan buku sastra dan bukan buku ensiklopedia yang diletakkan di perpustakaan untuk rujukan, tapi buku bacaan. Makanya, jangan lupa beli buku beliau ini dan menikmati buku fenomenal ini, udah ada terjemahan Indonesianya 𝘬𝘰𝘬.
Sumber FB : Serambi Salaf
26 Maret 2022 ·