TURUNNYA AL-FATIHAH DAN KEUTAMAANNYA
Al-Fatihah berasal dari kata fataha, yaftahu, fathah yg berarti pembukaan dan dapat pula berarti kemenangan. Dinamai demikian karena dilihat dari segi posisinya surat Al-Fatihah berada pada bagian awal yg mendahului surat-surat lain. Sedangkan fatihah dalam arti kemenangan dapat dijumpai pada nama surat yg ke-48 yg berjudul Al-Fath yg berarti kemenangan.
Surat Al-Fatihah memiliki kedudukan yg tinggi dalam ajaran Islam. Karena dia merupakan surat yg paling mulia dalam Al-Quran.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga bersabda tentang surat Al-Fatihah :
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا أُنْزِلَتْ فِي التَّوْرَاةِ، وَلاَ فِي الإِنْجِيْلِ، وَلاَ فِي الزَّبُوْرِ وَلاَ فِي الْفُرْقَانِ مِثْلُهَا، إِنَّهَا سَبْعٌ مِنَ الْمَثَانِي وَاْلقُرْآنُ الْعَظِيْمُ الَّذِي أُعْطِيْتُهُ. (رواه الترمذي)
“Demi yg jiwaku ada di Tangannya, belum pernah diturunkan dalam Taurat, Injil, Zabur dan Al-Quran (surat) semacamnya, dialah As-Sab’un minal Matsani (Al-Fatihah) dan Al-Qur’an yg Agung yg diberikan kepadaku.” (HR. Imam At-Tirmidzi rahimahullah, wafat 9 Oktober 892 M, Termez, Uzbekistan).
Riwayat Turunnya Al-Fatihah
Adapun Asbabun Nuzul atau sebab turunnya surah Al-Fatihah, menjadi salah satu penguat bukti surah ini diturunkan di kota Mekah. Ulama Al-Mufassir Ali Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ali Al-Wahidi An-Naisaburi Asy-Syafi'i atau Al-Imam Al-Wahidi rahimahullah (wafat 1075 M di Iran), menafsirkan riwayat dari Ali bin Abu Thalib karramallahu wajhah (17 Maret 599 M, Ka'bah Makkah - 29 Januari 661 M, Grand Mosque of Kufah, Irak), dalam kitabnya yg berjudul Asbabun Nuzul dan Ats-Tsa'labim berkata, "Surat Al-Fatihah diturunkan di Mekkah, dari dalam suatu perbendaharaan di bawah 'Arsy."
Terdapat juga riwayat dari Abdullah bin Muhammad bin Al-Qadli Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman bin Kuwasta atau
Al-Hafizh Abu Syaibah atau Imam Ibnu Abi Syaibah rahimahullah (wafat 2 Agustus 849 M, Kufah, Irak) dalam kitab al-Mushannaf, Al-Imam Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin Musa bin Mihran Al Muhrani Al Ashbihani Asy-Syafi'i Al-Asy'ari atau Abu Nu'aim Al-Isfahani rahimahullah (947 - 1038 M, Isfahan, Iran) dalam kitab Dalailun-Nubuwwah dan Al-Hafizh Al-Imam Abubakar Ahmad bin Husain bin Ali bin Abdullah al-Baihaqi Asy-Syafi'i atau Imam al-Baihaqi rahimahullah (994 - 1066 M, Naisabur, Iran) dalam kitab as-Tsa'labi dan Al Imam al-Wahidi rahimahullah dari hadits Aamir bin Syurahbil bin Abdi Dzi Kibar asy-Sya'bi rahimahullah (wafat 722 M) menceritakan bagian setelah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengeluhkan pengalamannya di dalam Gua Hiro.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, menerima wahyu pertama dan mengabarkan pada istrinya, Sayyidah Khadijah Binti Khuwailid Radhiyallahu Anha (wafat 22 November 619 M, Mekkah). Kemudian beliau pun diajak oleh Khadijah untuk menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay Al-Quraisyi atau Waraqah (wafat 1 Januari 610 M, Mekkah). Di sana, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mulai menceritakan kewahyuannya kepada Waraqah.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bercerita bahwa ketika beliau tengah sendiri, beliau seringkali mendengar suara dari belakang yg memanggilnya, Rasul bersabda : "Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhammad! Mendengar suara itu aku pun lari,"
Kemudian Waraqah menjawab, "Jangan engkau berbuat begitu. Jika engkau dengar suara itu tetap tenanglah engkau. Sehingga dapat engkau dengar apa lanjutan perkataannya itu,"
Selanjutnya Rasulullah shalallahu alaihi wa kembali lagi menemuinya dan berkata : "Maka datang lagi dia dan terdengar lagi suara itu: 'Ya Muhammad!' Katakanlah: Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Alhamdulillahi-Rabbil Alamin, sehingga sampai kepada Waladh-Dhaalin,'"
Kemudian turunlah surah Al Fatihah ayat 1 - 7. Riwayat ini menjadi bukti bahwa surah Al-Fatihah termasuk surat Makkiyah.
Dari Abu Sa’id Rafi' bin Al-Mu’alla radhiallahu ‘anhu (wafat 692 M di Madinah) dia berkata, “Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : ‘Aku akan beritahukan kepadamu surat yg paling mulia dalam Al-Quran, sebelum engkau keluar dari masjid,” kemudian beliau memegang kedua tanganku. Ketika hendak keluar dari masjid. Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, tadi engkau katakan akan memberitahukan surat yg paling mulia dalam Al-Quran,’ Beliau bersabda : ‘Baik…. al-Hamdu lillahi rabbil ‘aalamiin, (surat Al-Fatihah) adalah As-Sab’ul Matsani dan surat yg paling mulia yg diberikan kepadaku". (HR. Bukhari 4474)
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu (612 M, Madinah - 709 M, Basrah Iraq) berkata : "Tatkala Nabi shalallahu alaihi wasallam dalam sebuah perjalanan, lalu turun dari kendaraannya, turun pula seorang lelaki di samping beliau. Lalu, Nabi menoleh ke arah lelaki tersebut kemudian berkata: Maukah kamu aku beritahukan surat yg paling utama di dalam al-Quran ? Anas berkata: Kemudian Nabi shalallahu alaihi wasallam membacakan ayat ‘segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.’
Amr bin Shalih bertutur kepada kami : "Ayahku bertutur kepadaku, dari al-Kalbi, dari Abu Salih As-Samman (Dzakwan bin ‘Abdillah maula Ummil Mukminin Juwairiyah al-Ghathafaniyah, wafat 719 M di Madinah), dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, ia berkata : “Nabi berdiri di Mekah, lalu beliau membaca, Dengan menyebut nama Allah yg Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Kemudian orang-orang Quraisy mengatakan, “Semoga Allah menghancurkan mulutmu (atau kalimat senada).”
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, “Rosulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda saat Ubai bin Ka’ab (Ubay bin Ka'ab bin Qais bin Ubaid bin Zaid bin Mu'awiyah bin Amr bin Malik bin Taimullah bin Tsa'labah bin al-Khazraj, wafat 649 M) Radhiyallahu Anhu, membacakan Ummul Quran pada beliau, “Demi Dzat yg jiwaku ada di tangan-Nya, Allah tidak menurunkan semisal surat ini di dalam Taurat, Injil, Zabur dan al-Quran. Sesungguhnya surat ini adalah Ad-sab’ul Matsani (tujuh kalimat pujian) dan al-Quran Al-’Adhim yg diberikan kepadaku.”
Surat Alfatihah turun di Makkah. Salah satu dalil penguatnya adalah ayat 87 dari surat al-Hijr. Dalam ayat ini Allah mengingatkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam atas karunia diturunkannya surat al-Fatihah. Hal ini menunjukkan bahwa surat al-Fatihah diturunkan sebelum surat al-Hijr. Padahal surat al-Hijr adalah Makkiyyah, dgn demikian, maka surat al-Fatihah pun juga Makkiyyah. (Kitab Tafsir Al-Baghawi I/49 dan kitab Tafsir Al-Qurthubi I/177).
Dalam kitab Ma'alimut Tanzil atau Tafsir Al-Baghawi karya Al-Imam Al-Hafidh, Syaikhul Islam Muhyis Sunnah Ruknuddin Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud bin Muhammad al-Farra’ al-Baghawi Asy-Syafi'i atau Imam Al-Baghawi rahimahullah (1044 - 1122 M Iran) menjelaskan bahwa surat Al-Fatihah turun setelah surat Al-Hirj, sebagaimana dalam surat Al-Hijr ayat 87.
وَلَـقَدْ اٰتَيْنٰكَ سَبْعًا مِّنَ الْمَـثَا نِيْ وَا لْـقُرْاٰ نَ الْعَظِيْمَ
"Dan sungguh kami telah memberikan kepada mu (Muhammad) tujuh ayat yg dibaca berulang2, dan Al-Qur’an yg agung.
Makiyyah
Surat Al-Fatihah diturunkan di Mekkah, sehingga disebut sbg surat Makkiyah, sebelum Rasulullah shalallahu alaihi wasallam hijrah ke Madinah, ini juga pendapat Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu (wafat 678 M di Masjid Thaif), Abdul Khotin Qatadah bin an-Nu'man Radhiyallahu Anhu (wafat 673 M di Madinah) dan Abu Al-aliyah Rufai bin Mihran Ar-Riyahi Al-Bashri rahimahullah (wafat 711 M di Basrah Iraq).
Yang menguatkan surat Al-Fatihah termasuk Makkiyyah adalah sekelompok peneliti ulama’ ahli tafsir terkemuka, seperti Ibnu Taimiyah (wafat 26 September 1328 M, Istana Damaskus, Suriah), Imam Ibnu Katsir (wafat 18 Februari 1373 M, Damaskus, Suriah), Ibnu Hajar Al-Asqalani (wafat 2 Februari 1449 M, Kairo, Mesir), Imam Al Baidhowi (wafat 1286 M, Tabriz, Iran), Imam Ahmad bin Yusuf Al-Kawasyi (wafat 1281 M) rahimahumullah dan lainnya. Silahkan melihat kitab ‘Al-Makky wal Madany’ karangan Abdur Rozzaq husain, (1/446-468).
Kitab Tafsir Jalalain yg ditulis oleh Al-Imam Jalaluddin Abu Abdillah Muhammad bin Syihabuddin Ahmad bin Kamaluddin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hasyim Al-`Abbasi Al-Anshari Al-Mahalli Al-Qahiri Asy-Syafi`i atau Al-Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah (wafat 5 Juli 1460 M, Kairo, Mesir) dan Jalaluddin Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad bin Sabiquddin Al-Misri As-Suyuthi Asy-Syafi'i Al-Asy'ari atau Al-Imam As-Suyuthi rahimahullah (wafat 18 Oktober 1505 M, Kairo, Mesir) mengatakan bahwa Surat Al-Fatihah terbilang Makkiyyah.
Surat Al-Fatihah terbilang Makkiyyah, atau turun di Mekkah. Surat ini turun setelah surat Al-Muddatsir, hal ini dikemukakan oleh Syekh Wahbah Musthofa Az-Zuhaili Asy-Syafi'i rahimahullah (wafat 8 Agustus 2015 M, Suriah), dalam kitab Tafsir Al-Munir fil Aqidah was Syariah wal Manhaj, Beirut, Darul Fikr Al-Mu‘ashir: 1418 H, cetakan kedua)
Madaniyyah
Namun, sebagian ulama lainnya mengatakan, justru Surat Alfatihah tergolong surat Madaniyah (surat yg diturunkan di kota Madinah), yg ini adalah pendapat Abu Hurairah Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi Ad-Dausi Radhiyallahu Anhu (603 - 678 M, Madinah), Mujahid bin Jabir al-Makky Abul Hajjad al-Makhzumy al-Muqry, maula as-Saib bin Abi as-Saib atau Imam Mujahid Bin Jabir rahimahullah (642 - 722 M di Makkah), Al-Qadhi Al-Faqih Abu Muhammad Atha’bin Yasar Al-Hilali Al-Madani rahimahullah (wafat 721 M di Mesir) dan Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidullah bin Abdullah bin Syihab bin Abdullah bin al-Harith bin Zuhrah atau Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri rahimahullah (671 - 741 M, Madinah).
Makiyyah dan Madaniyyah
Sementara Al-Faqih Al-Muhaddits Al-Mufassir Abu al-Layts Nashr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim as-Samarqandi al-Balkhi Al-Hanafi atau Abul Laits As-Samarqandi rahimahullah (944 - 983 M Samarkand, Uzbekistan), berpendapat bahwa setengah Surat Al-Fatihah turun di Makkah. Setengahnya lagi turun di Madinah. Tetapi, pendapat ini sangat jarang dikemukakan orang. Demikian dinukil oleh Imam Al-Qurthubi rahimahullah (Termaktub dalam Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Azhim, Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun, juz I, halaman 😎.
Ada pula yg mengatakan surah Al Fatihah diturunkan dua kali. Pertama di Kota Mekah, lalu yg kedua di Kota Madinah. Di antara perbedaan pendapat tsb, ahli tafsir Imam Ibnu Katsir Ad Dimasyqi rahimahullah mengatakan yg lebih mendekati kebenaran adalah pendapat surat Al Fatihah turun di Kota Mekah, pendapat pertama diatas di anggap lebih solid.
Tiada Kepastian
Menurut Al-Habib Prof. DR KH. Muhammad Quraish Shihab MA, Beliau tidak menemukan informasi yg pasti, tentang kapan persisnya surat ini turun. Ada riwayat yg menyatakan bahwa ia turun sesudah surat Al-Muddatsir, ada juga yg berpendapat turunnya sesudah surat Al-Muzammil dan Al- Qalam.
Namun demikian, tidak terdapat keterangan tentang sebab2 atau peristiwa yg menyertai turunnya surat Al-Fatihah itu, serta dalam situasi dan kondisi yg bagaimana surat itu turun, dan tahun berapa tepatnya surat itu turun, pertanyaan ini belum ada riwayat yg menjelaskannya. Namun, dari keterangan bahwa Surat Al- Fatihah itu turun pada awal disyari'atkannya Shalat, maka dapat diperkirakan pada saat Isro' Mi'raj Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, yg menurut sejarah disekitar satu tahun menjelang Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pindah hijrah ke Madinah, yaitu pada tahun ke 13 dari kenabian Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Wallahu A'lam
Kandungan
Meskipun Al-Fatihah bukanlah surat yg turun pertama kali, tetapi surat ini diletakkan dalam awal urutan surat dalam Al-Quran. Hal ini karena, surat Al-Fatihah merupakan surat yg diturunkan sbg inti dari seluruh ajaran dalam Islam dan intisari kandungan Alquranul Karim.
Kandungan surat al-Fatihah sangat dalam dan komprehensif, mulai hal2 yg bersifat langit (celestial) sampai ke hal2 yg bersifat bumi (terestrial); dari hal2 yg bersifat duniawi (worldly) sampai ke hal2 yg bersifat ukhrawi (escatologis), janji dan ancaman, dan penghambaan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Meskipun hanya ada tujuh ayat dalam surat al-Fatihah, ketujuh ayat ini mencakup keseluruhan, baik urusan makrokosmos berupa alam semesta maupun urusan mikrokos mos, baik urusan dunia maupun urusan akhirat, baik urusan Tuhan maupun urusan manusia dan alam lingkungan hidupnya. Semuanya dibicarakan secara komprehensif dan saling mendukung satu sama lain di antara ayat2nya.
Menurut Syekh Prof. DR. Muhammad Ali As-Shabuni rahimahullah (1 Januari 1930 M, Aleppo, Suriah - 19 Maret 2021 M, Yalova, Turki), dalam kitab Shafwatut Tafasir, (Jakarta, Darul Kutub Al-Islamiyah: 1999 M / 1420 H, cetakan pertama, juz I, halaman 24), menerangkan bahwa surat ini mengandung makna agung Al-Qur’an. Kandungan Surat Al-Fatihah ini mencakup tujuan asasi Al-Qur’an secara umum, yaitu prinsip dan turunan ajaran agama yg meliputi aqidah, ibadah, syariah, keyakinan atas hari akhir, keimanan atas sifat mulia Allah, pengesaan dalam penyembahan, permohonan pertolongan melalui doa, permohonan atas hidayah agama yg lurus kepada-Nya, permohonan ketetapan iman di jalan orang2 saleh terdahulu, dijauhkan dari jalan orang yg dimurka dan orang sesat. Surat ini juga mengandung kabar umat terdahulu, penglihatan atas tangga kebahagiaan, dan jurang2 kesengsaraan, penilaian ibadah atas perintah-Nya, penjauhan larangan-Nya, dan banyak tujuan serta maksud lainnya. Dalam kaitannya dengan surat2 mulia lainnya dalam Al-Qur’an, Surat-Al-Fatihah layaknya ibu karena ia mengandung prinsip2 asasi semua surat dalam Al-Qur’an sehingga tidak heran Surat Al-Fatihah dinamai juga Ummul Kitab.
Nama Lain
Menurut Abul Fida' Imam Ibnu Katsir rahimahullah, ahli tafsir yg bermazhab Syafi’i dalam tafsirnya mengatakan bahwa Surat Al-Fatihah terdiri atas 25 kata dan 113 huruf.
Mengutip pendapat Abu 'Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Anshari al-Qurthubi Al-Maliki atau Imam Al-Qurtubhi rahimahullah (wafat 29 April 1273 M Mesir) serta pendapat Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya, bahwa surat Al-Fatihah memiliki 12 nama, antara lain :
Ash-Shalah (doa dan salat),
Al-Hamd (segala pujian),
Fatihatul Kitab (pembuka kitab),
Ummul Kitab (induk alkitab),
Ummul Qur’an (induk Al-Quran),
Al-Matsaniy (berulang-ulang),
Al-Qur’an al-‘Adzim (semua ilmu Al-Quran),
Asy-Syifa’ (penawar, obat, penyembuh),
Ar-Ruqiyyah (rukyah),
Al-Asas (fondasi),
Al-Wafiyyah (yang menyeluruh, komprehensif), dan
Al-Kafiyyah (yang sempurna).
Peristiwa Menyertai Turunnya Alfatihah
Sebagaimana keterangan Imaduddin Abu Al-Fida Al-Hafidh Al-Muhaddits Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i Imam Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 774 H Damaskus) dalam kitab Tafsir Al-Qur’an al-‘Adhim atau Kitab Tafsir Ibnu Katsir (Riyadh: Dâr Thayyibah, Cet. 2009 M, halaman 106, Jilid I) bahwa :
1. Allah subhanahu wa ta'ala, mengutus malaikat yg belum pernah turun kebumi, dan turun melewati pintu langit yg belum pernah dibuka.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ بَيْنَمَا جِبْرِيلُ قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- سَمِعَ نَقِيضًا مِنْ فَوْقِهِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ هَذَا بَابٌ مِنَ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلاَّ الْيَوْمَ فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ فَقَالَ هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى الأَرْضِ لَمْ يَنْزِلْ قَطُّ إِلاَّ الْيَوْمَ فَسَلَّمَ وَقَالَ أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِىٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلاَّ أُعْطِيتَهُ.
“Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu (619 M, Mekkah - 687 M, Tha'if) beliau berkata : saat Jibril duduk disamping Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mendengar suara dari atasnya maka dia menengadahkan kepalanya dan berkata : (suara) ini adalah salah satu pintu langit yg dibuka hari ini, belum pernah dibuka kecuali hari ini. Maka turunlah seorang malaikat , dia berkata : ini adalah seorang malaikat yg turun kebumi, dimana dia sama sekali belum pernah kebumi kecuali hari ini, kemudian malaikat itu mengucap salam dan berkata : berilah dengan kabar gembira dgn dua cahaya ini yg telah diberikan padamu, yg tidak pernah diberikan kepada nabi sebelummu, surat al-Fatihah dan akhir ayat al-Baqarah, tidaklah engkau membacanya kecuali akan diberikan.” (HR. Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi Asy-Syafi'i atau Imam Muslim rahimahullah, wafat 5 Mei 875 M, Naisabur, Iran)
Naqiidh adalah suara pintu saat dibuka (Imam An-Nawawi Abu Zakariya Yahya bin Syaraf wafar 676 H / 1277 M di Syuriah, kitab Syarhu Shahih Muslim, Kairo : Daar al-Hadits, Cet. 4 2001 M, halaman 352, Jilid 3).
Redaksi lain
حديث آخر: روى مسلم في صحيحه، والنسائي في سننه، من حديث أبي الأحوص سلام بن سليم، عن عمار بن رُزَيق، عن عبد الله بن عيسى بن عبد الرحمن بن أبي ليلى، عن سعيد بن جبير، عن ابن عباس، قال: بينا رسول الله صلى الله عليه وسلم وعنده جبريل، إذ سمع نقيضًا فوقه، فرفع جبريل بصره إلى السماء، فقال: هذا باب قد فتح من السماء، ما فتح قط. قال: فنزل منه ملك، فأتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: أبشر بنورين قد أوتيتهما لم يؤتهما نبي قبلك: فاتحة الكتاب، وخواتيم سورة البقرة، ولن تقرأ حرفًا منهما إلا أوتيته. وهذا لفظ النسائي
“Hadits lain riwayat Imam Muslim rahimahullah dalam kitab Shahih-nya dan Ahmad bin Syu'aib Al Khurasany Al-Makki Asy-Syafi'i atau Imam An-Nasa’i rahimahullah (wafat 28 Agustus 915 M, Mekkah) dalam kitab Sunan-nya dari hadits Abul Ahwash Salam bin Salim Al-Hanafi (wafat 795 M di Kufah), dari Abu Al-Ahwas Ammar bin Ruzaiq Adl-Dlabbiy At-Tamimiy (wafat 775 M di Kufah), dari Abdullah bin Isa bin Abdurrahman bin Abu Layla, dari Abu Muhammad Abu Abdullah Sa’id bin Jubair (wafat 714 M, Kufah, Irak) rahimahumullah, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, ia bercerita, ‘Ketika kami bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan di dekatnya ada Jibril Alaihis Salam, tiba2 ia mendengar suara dari atas. Jibril memandang ke langit dan berkata, ‘Pintu langit ini dibuka, pintu yang belum pernah dibuka sama sekali.’ Satu malaikat turun melalui pintu langit tersebut dan mendekati Rasulullah shalallahu alaihi wasallam lalu berkata, ‘Selamat, Berbahagialah atas dua cahaya yg diberikan kepada Anda, anugerah yg tidak pernah diberikan kepada nabi sebelum Anda, yaitu Fatihatul Kitab dan akhir Surat Al-Baqarah. Tiada satu huruf pun yg Anda baca dari keduanya, melainkan ia akan diberikan kepada Anda.’’ Ini lafal redaksi An-Nasai,” (Sumber : Imam Ibnu Katsir, kitab Tafsirul Qur’anil Azhim, Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun, juz I, halaman 11).
2. Diturunkan dari bawah perbendaharaan ‘Arsy
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قال : أَرْبعُ آياتٍ مِنْ كَنْزِ الْعَرْشِ لَيْسَ يَنْزِلُ مِنْهُ شَيْءٌ غيرُهن غيرُ أمِّ الكِتَابِ فَإِنَّهُ يَقُوْلُ: وَإنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لعَلِيٌّ حَكِيْمٌ ، وآيةُ الْكُرْسِي ، وَخَاتِمَةُ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ، وَاْلكَوْثَر.
“Dari Abu Umamah al-Bahili Radhiyallahu Anhu (wafat 700 M di Homs Suriah) beliau berkata : ada empat ayat yg turun dari perbendaharan ‘Arsy, tidak ada yg turun darinya selain yg empat ini. Surat al-Fatihah, ayat kursi, akhir surat al-Baqarah, dan surat al-Kautsar.” (HR. Abul-Qasim Sulaiman bin Ahmad al-Lakhmiy ath-Thabrani atau Imam At-Thabarani rahimahullah wafat 26 September 971 M di Isfahan Iran, dgn syawahid yg menguatkan keshahihannya, seperti Al-Baihaqiy dll)
3. Iblis menjerit saat diturunkannya surat al-Fatihah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : رَنَّ إِبْلِيسُ حِيْنَ أُنزِلَتْ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu (wafat 678 M di Jannatul Baqi' Madinah) beliau berkata : Iblis menjerit saat turunnya surat al-Fatihah.” (HR. Abdullah bin Muhammad bin Al-Qadli Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman bin Kuwasta atau Imam Ibnu Abi Syaibah rahimahullah, wafat 2 Agustus 849 M di Kufah Irak, dgn sanad yg shahih)
Pahala Membaca Surat Al Fatihah
Setiap bacaan surat Al-Fatihah yg diamalkan, akan mendapatkan pahala. Apalagi jika dilakukan dgn rutin dalam kehidupan sehari2. Bahkan, pahala yg didapatkan dari membaca Al-Fatihah, setara dgn 2/3 Al-Quran. Hal ini dinyatakan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu (619 M, Mekkah - 687 M, Tha'if), Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : "Surah Al-Fatihah sama dgn dua per tiga Al-Qur'an." (HR. Abu Bakar Abdullah bin Zubair bin Isa bin Usamah Al-Qurasyi Al-Asadi Al-Humaidi Al-Makki atau Abdullah bin Humaid atau Imam Al-Humaidi rahimahullah wafat 834 M di Makkah dalam kitab Musnadnya, beliau murid Imam Syafi'i).
Diriwayatkan dari Syeikhul Akbar Muhyiddin Abu Abdullah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abdullah Hatimi Ath-Tha'i atau Syaikh Ibnu Arabi rahimahullah (wafat 16 November 1240 M, Damaskus, Suriah) di dalam kitab ‘Qaddasallaahusirrahu, berikut rangkuman fadhillah dan keutamaan membaca Al Fatihah.
1. Mendapat pahala sepertiga Al Qu’ran
Dalam kitab ‘Qaddasallaahusirrahu, dalam riwayat Syeikh Muhyiddin Ibnul Arabi rahimahullah, salah satu fadhillah yg akan didapati para mukmin ketika membaca surat Al Fatihah adalah sama seperti pahala membaca sepertiga Al Qur’an. Masya Allah!
2. Mempermudah dalam memperoleh ilmu pengetahuan
Masih dalam kitab dan riwayat yg sama yakni Syeikh Muhyiddin Ibnul Arabi rahimahullah, amalan membaca Al Fatihah sebanyak 70x sehari, dalam keadaan berwudhu serta ditiupkan kepada air dan diminum selama tujuh hari, insya Allah mempermudah siapapun dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Selain juga dapat mengontrol hati serta pikiran dari hal yg merusak.
3. Melindungi diri dari gangguan syaiton saat tidur
Amalan Al Fatihah ini dibaca saat hendak tidur. Setelah itu diikuti dgn membaca surat Al Ikhlas 3x, Al Falaq 3x dan an-Nas 3x. Insya Allah selama tidur akan merasa aman dan tentram serta jauh dari gangguan syaiton.
4. Dimakbulkannya hajat dan dilancarkan rezeki
Menurut Syeikh Muhyiddin Ibnul Arabi rahimahullah membaca surat Al Fatihah sebanyak 20x setiap sehabis shalat fardhu, insya Allah akan dilancarkan rezeki yg baik serta dimudahkan urusan hidupnya. Keluarganya pun akan diberi perlindungan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Selain itu, membaca surat Al Fatihah 41x saat sahur juga dapat membuka pintu rezeki yg luas.
Setengah ulama, bahkan menganjurkan untuk membaca Al Fatihah sebanyak 40 x sehabis shalat Maghrib dan sunnahnya. Dengan demikian, insya Allah hajatnya akan terkabulkan.
Khasiat membaca surat Al Fatihah sebanyak 100 kali dalam sehari lainnya adalah akan mendapat kemudahan dalam menuntut ilmu pengetahuan.
Bila kita merasa gusar, galau dan was2, ada baiknya membaca surah Al Fatihah 100 kali dalam sehari. Maka pikiran dan hari selalu terhindar dari hal2 yg memberi akibat buruk dan dimudahkan menjaga kebaikan serta kesehatan hati dan pikiran.
Membaca surat Al Fatihah juga dapat menangkal sihir dgn membacanya 40 kali dalam sehari. Juga untuk diberi kemudahan dalam mencari nafkah serta kelapangan rezeki, dianjurkan mengamalkan surat Al Fatihah sebanyak 30x usai sholat Subuh, 25x usai sholat Dzuhur, 20x usai sholat Ashar, 15x usai sholat Maghrin dan 10x usai sholat Isya.
Doa Surat Al-Fatihah
Pada saat hendak membaca surat Al Fatihah, tentunya umat muslim sangat dianjurkan memajatkan doa sebelum membaca al quran terlebih dahulu. Setelah selesai dari itu, umat muslim juga dianjurkan mengamalkan doa setelah membaca Al Quran.
Mengapa doa ini sangat dianjurkan, sebab dgn memanjatkan doa ini, surat yg penuh makna Al Fatihah tentu akan menjadi semakin sempurna.
Doa sesudah membaca surat Al-Fatiha, tentunya hanya dapat dibaca pada saat kita selesai mebaca surat Makkiyah ini. Namun asalkan surat yang dibaca bukan surat Al Fatihah pada saat sholat, sebab setelah Al Fatihah sholat, gerakan selanjutnya adalah membaca suratan di dalam Al-Quran.
اللَّهُمَّ بِحَقِّ الْفَاتِحَةِ وَبِسِرِّ الْفَاتِحَةِ وَبِبَرَكَةِ الْفَاتِحَةِ وَبِكَرَامَةَ الْفَاتِحَةِ أَنْ تَفْتَحَ لَنَا أَبْوَابَ الْخَيْرِ , وَأَنْ تَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِكُلِّ الْخَيْرِ, وَأَنْ تَجْعَلَنَا مِنْ أَهْلِ الْخَيْرِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلَامٌ وآخِرُ دَعْوَاهُمْ عَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ
Allohumma bi haqqil fatihahati wa bi sirril fatihati wa bi karomatil fatihati an taftaha lana kulla khoirin wa tatafadhdhola ‘alaina bi kullil khoiri wa an taj’alana min ahlil khoiri subhanakallohumma wa tahiyyatuhum fiha salam wa akhiru da’wahum anilhamdulillahi robbil ‘alamina.
"Ya Allah, dgn kebenaran Al-Fatihah, dgn rahasia Al-Fatihah, dgn kemuliaan Al-Fatihah, Engkau bukakanlah kepada kami pintu2 kebaikan, dan karuniakanlah kepada atas kami semua kebaikan, dan jadikanlah kami bagian dari ahli kebaikan. Maha Suci Engkau Ya Allah, dan penghormatan mereka di surga adalah salam, dan akhir doa mereka adalah alhamdulillahi robbil ‘alamin."
Bacaan Doa Tolak Bala
Berikut ini adalah bacaan doa tolak bala dalam redaksi bahasa Arab, latin dan terjemahnya. Doa tolak bala ini dikutip dari kitab Kifayah Al-Ubbaddin atau kitab parukunan, yg memuat berbagai cara2 dan praktek pelaksanaan ibadah sehari2.
اللّٰهُمَّ بِحَقِّ الْفَاتِحَةِ وَسِرِّ الْفَاتِحَةِ يَا فَارِجَ الْهَمِّ وَيَاكَاشِفَ الْغَمِّ، يَامَنْ لِعِبَادِهِ يَغْفِرُوَيَرْحَمُ، يَادَافِعَ الْبَلَاءِ يَا اَللّٰهُ، وَيَادَافِعَ الْبَلَاءِ يَارَحْمٰنُ وَيَادَافِعَ الْبَلَاءِ يَارَحِيْمُ وَ صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Allohumma bihaqqil Fatihah, Wasirril fatihah, Yaa Faarijal hamma, wa Yaa kasyifal ghomma, Yaa Man li ibaadihi yaghfiru wa yarham, Yaa dafi'al bala-i Yaa Allah, wa Yaa dafi'al bala-i Ya rohman, wa Yaa dafi'al bala-i Yaa Rohiim. wa sholallohu wa sallama 'ala khoiri kholqihi sayyidina Muhammadin wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in. Subhaana robbika robbil izzati amma yashifun. Wasalamun 'alal mursalin walhamdulillahi robbil 'alamiin.
"Ya Allah, dengan kebenaran Al-Fatihah dan rahasia Al-Fatihah, Wahai sang pembedah kegelisahan, wahai Sang penyingkap kebingungan, Wahai dzat yang mengampuni dan mengasihi para hambanya, Wahai Sang Penolak Bala, Ya Allah. Wahai Sang Penolak Bala, Ya Rohman. Wahai Sang Penolak Bala, Ya Rohim. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah untuk baginda Nabi Muhammad dan para keluarga serta sahabatnya semua, Maha suci Tuhanmu, Yang Memiliki Keperkasaan (lzzah) dari apa yang mereka katakan. Keselamatan semoga dilimpahkan kepada para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
Bi Barokatil Fatihah
Kenapa warga nahdliyin setiap doa ada "bi barokatil faatihah"nya.
Ucapan Bi barokatil Fatihah atau bi sirri asroril fatihah, yg diucapkan setelah berdoa atau sebelum berdoa memang tidak ada dasarnya secara langsung. Namun, bukan berarti dilarang. Ucapan seperti itu dibolehkan sbg bentuk tawasul pada Al-Quran kalamullah yg otomatis merupakan sifat Allah subhanahu wa ta'ala. Tawasul pada sifat Allah dibolehkan.
Di bawah ini ada tiga jawaban fatwa. Yabg pertama dari ulama Madzhab Maliki yg berarti Aswaja. Sedangkan yg kedua dari ulama Salafi, Kedua2nya membolehkan ucapan seperti "bibarokatil faatihah" atau "bi sirri asroril fatihah". Sedangkan yg ketiga dari Sayyidil Habib Zein bin Smith Ba’alwi Madinah, Ketua Umum Rabithah Alawiyah Indonesia.
Wallahu A'lam. Semoga bermanfaat
Written from various sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama'ah Sarinyala Kabupaten Gresik
YouTube : Majelis Ngaji Sarinyala
Twitter : sarinyala.id
Facebook : Jama'ah Sarinyala
Facebook : sarinyala.id
Website : www.sarinyala.id
Instagram : ahmadzainialawi
Sumber FB : Sarinyala.id sedang di Majelis Ngaji Sarinyala.
8 November 2021 pada 20.22 · Gresik, Jawa Timur ·