Surga dan Neraka Urusan Tuhan?
Kerap kita dengar ucapan orang yang mengaku islam namun dengan penuh percaya diri berkata bahwa surga dan neraka urusan Tuhan, bukan urusan manusia. Biasanya yang berkata demikian mempunyai satu atau lebih ciri-ciri berikut:
1. Doyan maksiat dan tidak mau diingatkan
2. Tidak mau shalat, puasa, dan kewajiban agama lain dan tidak rela diajak
3. Membenarkan semua agama, semua aliran dan semua yang asal bicara
4. Anti pada kata kafir. Bahkan yang jelas-jelas di al-Qur'an disebut kafir pun tidak dia relakan dibilang kafir.
5. Merasa dengan tingkahnya itu dia akan masuk surga
Surga dan Neraka memang urusan Tuhan. Dia satu-satunya yang berhak menentukan siapa yang berhak masuk ke sana. Sampai poin ini dia benar, tapi dia lupa atau pura-pura lupa bahwa Tuhan yang dia bicarakan sudah memberi bocoran siapa saja yang mau dimasukkan ke surga dan siapa saja yang mau dimasukkan ke neraka.
Dia pura-pura tidak tahu bahwa Tuhan yang dia maksud tidak akan pernah mengingkari janjinya untuk menghukum orang yang doyan bermaksiat, tidak mau taat ketika disuruh shalat dan puasa, dan akan memasukkan manusia yang tidak menerima dua kalimat syahadat ke neraka. Dia lupa kalau Tuhan menyuruh manusia agar saling mengingatkan dan melarang kemungkaran sehingga tidak pernah terima ketika diingatkan.
Dia mencoba meyakinkan orang bahwa dirinya bisa selamat ke surga dengan tingkahnya itu dan bahkan merasa dapat menyelamatkan orang lain juga. Entah Tuhan mana yang memberinya garansi hingga sepede itu. Mungkin dia punya surga sendiri, surga imaginer di mana dia dan kawan-kawannya yang sama keras kepala ingin tinggal di sana. Atau jangan-jangan dia merasa punya saham di surga?
Meski sudah jelas bahwa dia hanya berimaginasi, tapi memang hidayah hanya milik Tuhan. Hidayah adalah rizki yang paling mahal. Di sinilah pentingnya kita berdoa:
،اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. ،وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
‘’Ya Allah, tampakkanlah kepada kami kebenaran sebagai kebenaran dan beri kami rizki untuk mengikutinya, serta tampakkanlah kepada kami kesalahan sebagai kesalahan dan beri kami rizki untuk menjauhinya.’‘ (HR Imam Ahmad).
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad
10 November 2021·