SEKALI LAGI, BUKAN DOKTOR FILSAFAT
Istilah "doktor filsafat" yang terus dilekat-paksakan oleh kelompok tertentu terhadap Buya Arrazy Hasyim adalah upaya pembu*uhan karakter.
Sudah berulangkali dijelaskan oleh keluarga, sahabat, dan murid-murid beliau, bahwa gelar akademiknya hanya "doktor", bukan doktor filsafat (lagi pula, mana ada gelar akademik seperti itu?), tapi masih juga mereka sorak-sorakkan (kemarin saya pakai diksi "koar-koar", eh, ada yang protes. Hihi).
Walau sebenarnya maruah dan kealiman Buya Arrazy--insyaallah--tak akan semudah itu padam hanya oleh celoteh recehan itu, karena emas tetaplah emas walau saat terciprat lumpur. Tapi, bagi orang awam macam saya ini, julukan seperti itu amat disayangkan, sesayang kita melihat perhiasan emas saat terkena lumpur.
Kita berharap sangat kepada anggota Mazhab-Persatuan-Ummah, tolonglah mereka-mereka ini dinasihati! Jamaah dan penikmat tausiah-tausiah Buya Arrazy kan terus bertambah di berbagai penjuru, kasihan kan mereka kalau istilah ini terus diperdengarkan? Kan ummat bisa jadi bingung? Kan masyarakat awam bisa jadi linglung? Dan kan...kan... yang lainnya. Jadi, please...nasihati mereka!
Nah, pihak-pihak yang kemarin bisa dengan mudahnya melarang mereka datang ke tempat dialog (Pesantren Almanar) dengan alasan keamanan-ketertiban-kedamaian-kerukunan, mestinya dengan sangat mudah juga bisa menahan mereka untuk tidak lagi menyebut istilah "doktor filsafat" untuk Buya Arrazy, dengan alasan yang sama: demi keamanan-ketertiban-kerukunan-kedamaian-keindahan. Tapi, entahlah kalau... (maksudnya: kalau tak pernah mendapat nasihat dari Mazhab Persatuan-entah-iya-entah-tidak)
Mengapa julukan "doktor filsafat" ini tak elok? Pertama, mereka sudah punya penilaian sendiri bahwa semua filsafat itu sesat. Lalu, sesuatu yang dinilai sesat itu mereka lekatkan pada orang lain. Artinya, doktor filsafat yang mereka maksud itu adalah "doktor sesat", lain tidak. Akan berbeda maknanya jika kata filsafat diucapkan oleh orang selain mereka.
Kedua, tak ada gelar akademik seperti itu. Buya Arrazy bergelar doktor (saja), pada Program Studi Pengkajian Islam, konsentrasi Pemikiran Islam, UIN Jakarta. Kalau mengacu pada disertasinya yang membahas tentang akidah, harusnya beliau digelari "doktor akidah" (itu kalau mereka memang niat).
Ada memang gelar S3 yang mirip-mirip itu, yaitu Ph.D, singkatan dari "Doctor of Philosophy" atau "Philosophiae Doctor". Kalau diartikan secara tekstual ala-ala mereka, terjemahannya bisa "doktor filsafat" memang, tapi maksudnya tentu saja bukan doktor yang mengkaji ilmu filsafat. Tapi, apa peduli mereka dengan penjelasan yang rumit-rumit begini? Karena bagi mereka, asal sudah tertulis "philosophy", maka itu filsafat. Sekali filsafat, tetap filsafat. Jangan dibantah! Kita bisa sesat dan kafir dicapnya.
Kalau mereka masih nafsu juga menjuluki ustaz-ustaz dengan "doktor filsafat", jangan ke Buya Arrazy yang jelas-jelas Doktor. Sini saya bantu carikan ustaz yang cocok, yang bergelar Ph.D!
Nah, setidaknya ada tiga:
1) Ustaz Firanda Andirja, Ph.D.
2) Ustaz Syafiq Riza Basalamah, Ph.D.
3) Ustaz Ali Musri Semjan Putra, B.A. M.A., Ph.D.
Entahlah ini benar atau tidak. Tapi saya menemukan yang nomor 1 dan 2 itu di Fanpage resmi (bercentang biru) bernama "Firanda Andirja", dan nomor 3 di Fanpage bernama "Surau An Najah". Kalau ini keliru, silakan komplain ke fanpage itu.
Nah, mulai sekarang silakan sebut: Doktor Filsafat Firanda Andirja, Doktor Filsafat Syafiq Riza Basalamah, dan Doktor Filsafat Ali Musri Semjan Putra.
Adi Yadi Syamsuryadi
Sumber FB Group : Dakwah Buya Arrazy Hasyim
10 November 2021