Rumus Kehidupan
Saudaraku, masih ingatkah kita dengan sejumlah rumus yang pernah diajarkan di sekolah? Seperti rumus luas lingkaran, segitiga, kubus dan sebagainya? Rumus-Rumus itu diajarkan di sekolah untuk memudahkan kita dalam menghitung. Maka, rumus-rumus ini menjadi sangat penting. Orang tidak lulus ujian di sekolah bukan karena salah soal, tetapi karena salah rumusnya. Salah rumus, salah jawabannya.
Begitu dengan kehidupan ini. Rumus kehidupan adalah Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW. Di antaranya adalah rumus untuk menghadapi aneka masalah yang sangat dekat dengan keseharian kita. Kita bisa membacanya pada surah al-baqarah (2) ayat 155-157, “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikan lah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ‘innalillahi wa innailaihi rajiun’
(sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nyalah kami kembali). Merekalah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Rumus ini menerangkan bahwa Allah Ta’ala akan menimpakan sedikit ujian kepada hamba-hamba-Nya. Ketakutan, kelaparan maupun kekurangan harta, itu semua pasti akan ditimpakan kepada manusia, tidak bisa tidak. Namun demikian, ayat tersebut ada sambungannya yaitu bahwa Allah akan memberikan kabar gembira bagi orang orang yang sabar dalam melaluinya. Jadi, kalau kita sabar, kepahitan itu sebetulnya adalah kabar gembira.
Lalu, sabar itu apa? Kita mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa semua milik Allah dan kita pasti kembali kepada-Nya. Satu tidak merasa memiliki. Dua tidak punya tempat kembali. Dengan demikian, selama kita merasa memiliki dan selama kita masih mencari tempat kembali selain Allah, selama itu pula tidak akan ada sabar.
Jadi, dari musibahlah datanya berita gembira bagi orang yang sabar, yaitu orang yang merasa tidak memiliki apapun, kecuali yakin lahir dan batin kalau semuanya milik Allah Ta’ala. Maka, siapa yang inin mendapatkan keberkahan yang sempurna, curahan rahmat dan petunjuk, dia harus siap melewati kepahitan yang sedikit dan yang pasti ditimpakan.
Ketika diberikan sebuah ujian, kita merasa menderita itu bukan karena ujiannya yang besar, Ujiannya itu hanya sedikit dan kepahitannya untuk kita pun sudah diukur. Kita menderita menghadapi ujian karena kita sendiri yang mendramatisasinya. Mengapa? Sebab, kita belum tahu rumusnya.
Ada orang yang malah sengaja mendramatisasi kesulitannya sendiri karena dia tidak tahu atau lupa rumusnya. Kepahitannya justru dijadikan sebagai pencitraan agar orang-orang kasihan lalu membantunya, maupun supaya orang-orang menganggap dirinya hebat.
Jangan saudaraku, untuk apa? Ujian hidup kita yang sedikit itu urusannya dengan Allah Ta’ala dan setiap jalan keluar juga milik-Nya. Berdoalah kepada Allah dan bersabarlah. Tidak akan ada gunanya kita menangisi masalah, mempermasalahkan orang lain, atau mencari simpati dan pencitraan atas masalah yang dihadapi, kecuali hanya akan membuat kita semakin menderita. “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S ar-Ra’d [13] :28)
Jadi, mari kita baca dan pelajari al-Quran dan sunnah. Kita pahami rumus kehidupan yang telah dijelaskan dengan sangat terang agar kita bisa lulus ketika menghadapi ujian dan agar hidup kita yang sementara ini tidak gagal.
“Mustahil bagi kita untuk mendapatkan jalan keluar dari himpitan masalah, tercapai keinginan yang terbaik atau selamat dari ancaman, kecuali hanya dengan pertolongan-Nya.
Sumber : Buku Ikhtiar Meraih Ridha Allah karya Aa Gym
Sumber FB Ustadz : KH. Abdullah Gymnastiar
2 November 2021·